ADA ulang tahun ke-27, Juli ini, ,J Hotel Indonesia (HI) mendapat kaJ do teka-teki. Di seberangnya tumbuh building estate Plaza Indonesia (PI), yang masih direka-reka kehadirannya. Adakah sosok mewah besar itu akan jadi peluang bisnis? Atau malah berbalik jadi ancaman? PI, yang akan dibuka akhir tahun depan, bukan cuma pusat perbelanjaan. Bangunan ini mempunyai hotel 28 lantai, yang dikategorikan semi-suite. Lagi pula, sebagai lokasi strategis di pusat distrik bisnis Jakarta, kawasan di sekitar HI akan dikembangkan. Tapi, belum apa-apa, pengembangan wilayah berupa pembuatan sarana jalan sudah merenggut lapangan parkir HI yang berkapasitas 60 mobil. "Pelebaran jalan itu memang ada hubungannya dengan pembangunan di sebelah, yaitu Plaza Indonesia. Tapi jangan lupa, mereka sendiri (maksudnya PI) juga dipotong kawasannya untuk kepentingan pemda," kata Dirjen Pariwisata Joop Ave menjelaskan. Konsekuensinya, Hotel Indonesia terpaksa membangun areal parkir baru. Ini juga dibenarkan oleh Joop. Tak bisa diproyeksikan, akan bagaimana prospek HI dengan pelataran parkir yang terpotong kelak. Sampai dengan tahun 1987, hotel ini memang merugi terus. Kerugian yang membengkak sampai Rp 5 milyar di tahun 1986 tidak lepas dari keharusan HI menunjang hotel lain, yang termasuk jaringan PT Hotel Indonesia International (HII) - seluruhnya ada lima hotel. Untunglah, sejak 1985 HI melakukan renovasi kamar dan penambahan sarana berupa pusat bisnis, ruang sidang, dan restoran. Hasilnya, di tahun 1987 HI mencatat keuntungan Rp 6,5 milyar. Malah tahun ini Wim N. Tambayong, Direktur Utama HII, memproyeksikan laba Rp 13 milyar. Pada akhir semester satu yang baru lalu, target itu sudah terpenuhi Rp 7,4 milyar. Dengan kondisi lumayan sehat, HI tampaknya siap menghadapi PI. "Prinsip saya, Plaza Indonesia bukan saingan," kata Wim. "Kita justru harus bisa memanfaatkan PI." Menurut Wim, Hyatt International di PI terkategori hotel mewah, yang dibangun oleh Plaza Indonesia untuk para eksekutif. "Yang bukan eksekutif kan bisa menginap di HI," katanya optimistis. HII juga merencanakan pengembangan HI dan Hotel Wisata Indonesia sekaligus. Selain penyatuan areal parkir, HWI yang kini cuma hotel tiga bintang, menurut Wim, harus dirombak jadi hotel bintang lima, apartemen mewah, atau bisa juga pusat perbelanjaan dan perkantoran. Namun, rencana ini tidak ditunjang sumber dana yang jelas. Selain biaya pembangunan areal parkir belum diperkirakan, rencana reinvestasi HII sebesar Rp 50 milyar sekarang ini masih harus dibagi-bagi kepada lima hotel lainnya itu. Wajar bila Wim berpaling pada usaha patungan, dan juga go public. Seberapa jauh rencana itu akan terbentur nada "tembok" PI, yang pembangunan gedungnya saja menelan US$ 100 juta? Alkisah fisik PI memang kebesaran untuk luas tanahnya. Sarana parkir 3 tingkat di bawah tanah yang berkapasitas 2.000 mobil sebenarnya cuma bisa menampung separuh dari jumlah mobil yang nanti membanjir ke sana. Maka, hampir bisa dipastikan, PT Bimantara Eka Santosa, yang mengusahakan building estate PI, akan tertarik pada pengembangan HWI maupun HI. Mungkin saja, Bimantara di tahap pertama akan menawarkan rencana pembangunan areal parkir bersama. Kemudian, siapa tahu, juga tertarik pada rencana pengembangan HWI. Wim belum melihat peluang ke situ. Tak jelas pula, seberapa kuat bargaining position HII, untuk merealisasikan rencananya itu. Lalu mampukah 825 kamar HI plus apartemen mewah di HWI kelak bersaing dengan PI yang memiliki 475 retail shop, 6 lapangan tenis, kolam renang, lapangan joging, dan 455 suite mewah? Inilah tekateki HI yang agaknya terlalu musykil untuk dipecahkan sendiri oleh HII.Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini