Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) meluncurkan buku berjudul "Opus 2019." Buku ini berisi pencapaian Bekraf dan perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Opus diharapkan bisa jadi pedoman untuk pemerintah dan bagi pelaku ekonomi kreatif untuk mengembangkan karya dan bisnis mereka," kata Ricky Joseph Pesik, Wakil Kepala Bekraf, saat acara di Jakarta, Rabu, 17 Oktober 2018.
Buku ini menjabarkan perkembangan 16 subsektor ekonomi kreatif dalam naungan Bekraf. Dan proyeksi sektor tersebut pada tahun mendatang. Menurut data Bekraf, Produk domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif diperkirakan berada di atas Rp1.000 triliun, diprediksi akan naik menjadi Rp1.200 triliun pada 2019.
Bekraf memprediksi subsektor fesyen, kriya dan kuliner masih akan berkontribusi terbesar terhadap industri kreatif. Apalagi subsektor yang tersebut relatif resisten terhadap guncangan ekonomi dunia.
Meski begitu, ada subsektor lain yang berpotensi menjadi kekuatan ekonomi baru, yaitu film, seni, musik dan game atau animasi.
"Opus 2019" juga mengulas pencapaian badan tersebut sejak berdiri melalui berbagai program yang dilaksanakan oleh masing-masing Deputi Bekraf.
Bekraf pertama kali mengeluarkan pencapaian mereka berupa buku "Opus" pada 2017 lalu, perbedaannya kali ini selain sektor yang terus berkembang, buku ini juga ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
"Untuk memperlihatkan Indonesia signifikan sebagai pemain ekonomi kreatif di mata dunia," ujar Ricky.
Penggunaan bahasa Inggris dalam buku Opus agar dapat dipamerkan di konferensi ekonomi kreatif tingkat dunia yang akan diadakan di Nusa Dua, Bali, pada November mendatang.
ANTARA