Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Belanja Iklan TV Perusahaan Department Store Turun 50 Persen di 2017

VP Operations Sigi Kaca Pariwara, Ridho Marpaung mengatakan belanja iklan televisi perusahaan department store turun 50 persen dibanding tahun sebelumnya.

28 Oktober 2017 | 16.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Calon pembeli mengantre untuk masuk ke gerai Sport Station di Lotus, Jakarta, 25 Oktober 2017. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) bakal menutup tiga gerai Lotus Department Store yang berlokasi di daerah Thamrin, Jakarta Pusat, Bekasi, dan Cibubur. TEMPO/RULLY KESUMA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - VP Operations Sigi Kaca Pariwara, Ridho Marpaung mengatakan belanja iklan televisi perusahaan department store turun 50 persen dibanding tahun sebelumnya. Ridho mengatakan total belanja iklan televisi dari sektor department store mencapai Rp 40 miliar per September 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Angka ini menurun 50 persen year on year di mana tahun lalu pengeluaran belanja iklannya mencapai Rp 80,90 miliar,” kata Ridho di Warung Daun, Jakarta Pusat, Sabtu 28 Oktober 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut data yang dihimpun Sigi Kaca Pariwara, belanja iklan tertinggi per September 2016 berasal dari department store Metro sebesar Rp 37,15 miliar. Matahari mengikuti di belakangnya dengan total belanja iklan televisi Rp 27,33 miliar. Sementara Ramayana mengekor di posisi ketiga dengan belanja iklan televisi Rp 16,42 miliar.

Sedangkan per September 2017, perusahaan department store dengan belanja iklan TV tertinggi adalah Matahari sebesar Rp 22,18 miliar. Ramayana mengikuti di belakang dengan jumlah belanja iklan sebesar Rp 15,52 miliar. Sedangkan Metro yang setahun sebelumnya belanja iklan TV tertinggi, pada 2017 menempati posisi ketiga yakni Rp 2,13 miliar.

Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha retail Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta, percuma apabila perusahaan department store mengeluarkan dana besar untuk iklan televisi. Ia mengatakan, iklan televisi bagi department store tidak akan memberikan pengembalian (return) yang signifikan. Menurut Tutum di era sekarang konsumen cenderung melakukan efisiensi dengan memilih belanja secara online.

“Jadi kalau department store tambah dana iklan, itu membakar uang namanya,” kata Tutum.

Kembali ke data Sigi Kaca Pariwara, jika dibandingkan dengan perusahaan e-commerce, belanja iklan televisi department store jauh lebih rendah. Total belanja iklan televisi dari sektor e-commerce mencapai Rp 1,25 triliun pada 2017. Meskipun begitu, angka ini mengalami penurunan 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 1,47 triliun.

Bukalapak menempati posisi sebagai perusahaan e-commerce dengan pengeluaran belanja iklan televisi terbesar per September 2017 yakni Rp 244,98 miliar. Kemudian disusul Tokopedia Rp 225,70 miliar. Shopee dan Blibli mengikuti di belakangnya dengan belanja iklan masing-masing Rp 177,92 miliar dan Rp 151,34 miliar.

Menurut Tutum wajar apabila belanja perusahaan e-commerce lebih tinggi dibanding department store. Tutum mengatakan, tujuan utama iklan perusahaan e-commerce bukanlah meningkatkan penjualan secara langsung, tetapi mengangkat nilai merek perusahaan.

“Mereka harus memperkenalkan diri mereka kepada masyarakat dengan gencar beriklan. Inilah sedikit perbedaannya dengan konvensional,” kata Tutum.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus