Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Beras Dari Vietnam

Beras indonesia yang dipinjamkan vietnam dan filipina mulai dikembalikan. pemerintah tidsk menganggap zaman swasembada beras berakhir. banyak yang lega dengan berita itu, tapi ada yang menelan pil pahit.

28 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERAS diam-diam merayap masuk. Asalnya dari Vietnam dan Filipina. Zaman swasembada berakhir? Belum jawab pemerintah. Bustanil Arifin Kepala Bulog (Badan Urusan Logistik) lembaga yang paling berkompeten dalam soal stok beras, tak menutupi adanya impor beras. Katanya, seperti dikutip Suara Pembaruan, beras Indonesia yang berada di Filipina dan Vietnam 400 ribu ton. Juga masih ada yang di Mauritus, Fiji. Soalnya begini. Menurut Deputi Pengadaan dan Penyaluran Bulog Beddu Amang Indonesia sudah tiga tahun ini meminjamkan dan mengekspor beras, karena stok di Bulog melimpah. Nah, yang masuk kini adalah pengembaliannya. Adapun Filipina sudah dua kali pinjam beras dari Indonesia. Pinjaman pertama menurut Carl Delrosario Humas The Philippine National Food Authority, terjadi pada November 1984 sekitar 125 ribu ton. Yang kedua terlaksana pada Juli 1985 jumlahnya hampir 40 ribu ton. Pinjaman pertama kata Delrosario sudah dikembalikan. Tapi pinjaman kedua, yang mestinya kembali September 1987, ditunda sampai akhir April tahun ini. Dua pekan lalu, baru pinjaman Vietnam yang masuk. Rencananya 37 ribu ton beras, tapi baru 16 ribu ton yang datang di pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta. Beras itu, menurut Beddu Amang, dibelikan Vietnam dari Muangthai. Pelabuhan Tanjungperak Surabaya pun sedang membongkar 10 ribu ton beras pengembalian dari Vietnam. Menurut Kepala Dolog Jawa Timur Mohammad Amin, Ja-Tim bakal menerima pengembalian seperti itu 40 ribu ton. Banyak yang lega dengan berita itu, tapi tak semua orang bergembira. Pil pahit datang bagi pedagang bahan pokok ini: harga beras turun. Padahal, di musim paceklik seperti bulan ini biasanya harga melambung, apalagi pemenntah telah menaikkan harga dasar gabah kering giling dari Rp 210 jadi Rp 250 per kg di tingkat petani. Untung, seorang pedagang beras di Pasar Dargo, Semarang, mengatakan bahwa beras yang semula per kg harganya Rp 540 turun jadi Rp 520. Beras jenis IR pun turun, dari Rp 440 per kg jadi Rp 430. Di pusat perdagangan beras Jakarta, Pasar Cipinang, Alung, seorang pedagang setempat, tak berani banyak bertingkah. Ia hanya menaikkan Rp 5 per kg untuk beras IR yang dibelinya Rp 485 per kg. Dalam keadaan seperti itu, Bulog bisa menghemat stoknya yang jumlahnya kini masih 800 ribu ton itu. Sebab, operasi pasar untuk menstabilkan harga cuma mengerahkan jumlah persediaan yang kecil. Menurut Beddu Amang, tak sampai 200 ribu ton, padahal rencananya 650 ribu ton. Pengeluaran besar Bulog cuma sekitar 250 ribu ton bagi pegawai negeri untuk dua bulan mendatang. Ini ringan toh ada stok beras dari luar negeri, yang diharap akan masuk semua. Bagaimanapun juga, nampak bahwa swasembada beras bukanlah keadaan yang konstan. Naik-turunnya suplai beras tentu saja tergantung keberhasilan produksi, yang koordinasinya di bawah Departemen Pertanian. Dan Menteri Pertanian Wardoyo tak mau menganggap enteng. Sebab, meskipun ketika produksi melimpah di tahun 1984 kenaikan produksi 8%, laju pertumbuhan seterusnya cenderung turun. Pada 1987 malah cuma 0,88%. Tapi karena bukan soal yang konstan, tahun lalu, ujar Menteri Pertanian, pertumbuhan produksi bisa naik 3,69%. Target produksi pada 1988 ditetapkan 28,9 juta ton beras, atau 42,3 juta ton gabah kering. Pemerintah optimistis. Menurut Muin Pabinru, Dirjen Pertanian Tanaman Pangan angka itu sudah diperkuat angka Agustus-September lalu, bahwa produksi pada 1988 (tak termasuk Desember) sudah 41,6 juta. Beres? Soalnya kemudian bagaimana harga tak teramat naik, sementara untuk berproduksi petani tetap tertarik. Suhardjo Hs., Syafiq Basri (Jakarta), Jalil Hakim (Surabaya), Heddy Lugito (Semarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus