Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil panen raya jagung di Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua, akhir tahun lalu nyaris tak terangkut seluruhnya. Sekitar seribu ton produksi PT Bangun Tjipta Sarana sempat mentok di pinggir Sungai Kumbe. Mestinya truk pengangkut hasil pertanian ini bisa melewati jembatan, menuju Kota Merauke, sekitar dua jam perjalanan.
Namun kondisi jembatan yang reyot tak ”mengizinkan” kendaraan berat melintas. Akhirnya, jagung dipindahkan ke perahu terlebih dulu. Di tepi seberang, sebuah truk siap melanjutkan perjalanan menuju ibu kota kabupaten. ”Ini jembatan satu-satunya menuju Kota Merauke,” kata Siswono Yudohusodo, Komisaris Bangun Tjipta, kepada Tempo, Rabu pekan lalu.
Sudah dua tahun ini Bangun Tjipta membuka lahan di Merauke kota di ujung selatan Pulau Kepala Burung. Di Kurik ada 400 hektare dan di Distrik Wasur 40 hektare. Keduanya ditanami jagung. Dua distrik inilah yang nantinya bakal dijadikan lumbung tanaman pangan nasional alias Merauke Food Estate. Program ini diluncurkan Menteri Pertanian Suswono pada Jumat dua pekan lalu.
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang cocok ditancapkan di bumi Merauke, selain padi, tebu, kacang, dan kedelai. Tapi Bangun Tjipta lebih tergiur pada jagung karena pasar domestik masih menganga. Saban tahun Indonesia mengimpor sekitar 1 juta ton. Sebagian besar untuk pakan ternak. ”Ini produk substitusi, daripada mengimpor.”
Menurut Siswono, proyeknya masih tahap uji coba. Bangun Tjipta sedang mereka reka formula pupuk dan benih yang cocok karena tiap daerah memiliki karakter berbeda. Faktor itulah yang membuat produksi belum optimal. Idealnya, setiap hektare jagung menghasilkan 6 ton. Tapi produksi Bangun Tjipta baru 2,5 ton. ”Ini biasa dalam bertani. Mencari komposisi, resep pupuk, dan benih yang paling pas.”
MedcoEnergi juga mengantongi izin penggunaan lahan di Distrik Semangga dari Bupati Merauke Johanes Gluba Gebze. Melalui Medco Foundation, keluarga Panigoro mendarat di Merauke pada 2007. Mereka memulai dengan program padi SRI organik ramah lingkungan. Menurut Ketua Medco Foundation Roni Pramaditia Rodiat, proyek ini bagian dari corporate social responsibility Grup Medco.
Tahun berikutnya, Medco akan meriset tanaman lain, seperti jagung, sorgum manis, dan kedelai. Lahan yang dibutuhkan Medco tak begitu luas, rata-rata hanya lima hektare per jenis tanaman, tersebar di beberapa titik. Tanah Merauke tergolong subur, meski tak sesubur Jawa, yang banyak kecipratan lahar gunung berapi. Kondisi tanah yang relatif datar juga pas sekali untuk lahan pertanian.
Air pun berlimpah karena tanah itu dilalui sungai-sungai besar, seperti Digul, Bian, Kumbe, Maro, dan Buraka. Sayang, belum ada irigasi yang apik untuk mengelola sumber daya air itu. Belum lagi, kata Siswono, ada ”invasi” air laut. Di Wasur, misalnya, bila laut pasang, air asin mblusuk hingga 30 kilometer ke arah sungai. Tapi, menurut Siswono dan Roni, problem utama tetap infrastruktur. Jalan, jembatan, pelabuhan, dan kapal reguler pengangkut produk ke luar daerah masih belepotan.
Retno Sulistyowati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo