Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HANYA butuh satu tahun bagi Grab menjaring dua pemodal strategis. Setelah memperoleh suntikan dari Toyota pada Agustus tahun lalu, platform transportasi berbasis online asal Malaysia ini menerima kucuran dari Hyundai, raksasa otomotif asal Korea Selatan. Kesepakatan itu diumumkan pada 11 Januari lalu. Persetujuan tersebut bagian dari pendanaan US$ 2,5 miliar (sekitar Rp 33,2 triliun) yang dipimpin Didi Chuxing dan SoftBank sejak pertengahan tahun lalu.
Dari informasi di situs perusahaan, Direktur Inovasi yang juga Kepala Divisi Strategi dan Inovasi Hyundai, Young Cho Chi, mengatakan kemitraan strategis dengan Grab akan membantu Hyundai mengeksplorasi peluang baru di industri mobilitas. Salah satu kerja samanya, Grab akan menggunakan mobil ramah lingkungan keluaran Hyundai, IONIQ Electric. "Ini membawa Hyundai selangkah lebih dekat mewujudkan visi industri mobilitas di masa depan," ujar Young Cho Chi.
Kepada Forbes, Managing Director IHS Markit untuk Asia-Pasifik, James Chao, mengatakan bukan hanya Uber, Grab, dan penyedia mobilitas berbasis aplikasi yang berebut pasar. Para pabrikan mobil dunia juga terlibat perang yang sama. "Semua pembuat mobil berebut memosisikan diri di pasar mobilitas yang baru," ucap Chao. Langkah Hyundai membenamkan duit di Grab merupakan bentuk dari pertempuran merebut pasar mobilitas di masa depan.
Sebelum bekerja sama dengan Grab, Hyundai tampak kepayahan memamerkan mobil ramah lingkungan mereka. Hyundai, misalnya, menyediakan layanan gratis mengendarai IONIQ selama dua jam lewat WaiveCar dan Wina, aplikasi berbagi mobil yang masing-masing berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat, dan Austria. Bahkan, di Amsterdam, Hyundai mengoperasikan aplikasi sendiri, yang memberikan kesempatan kepada konsumen menyewa 100 unit IONIQ yang tersedia. "Inilah gunanya bermitra dengan Grab," kata Chao.
Sejak dua tahun lalu, pembuat mobil dunia memang berinvestasi di perusahaan mobilitas berbasis aplikasi. General Motors pada awal 2016 mengumumkan investasi mereka sebanyak US$ 500 juta di Lyft Inc, perusahaan transportasi berbasis pemesanan (on-demand). Investasi itu untuk mengembangkan layanan pemesanan transportasi nirsopir menggunakan platform .
Perusahaan otomotif Jerman, Volkswagen, juga telah meneken kontrak senilai US$ 300 juta dengan Gett, aplikasi berbagi kendaraan yang berbasis di Tel Aviv, Israel. Pada tahun yang sama, raksasa otomotif asal Amerika, Ford, juga mengakuisisi Chariot. Platform yang menyediakan angkutan komuter alternatif yang beroperasi di San Francisco ini mengoperasikan mobil van yang mengangkut penumpang komuter pada jam dan hari kerja saja.
Kesepakatan strategis pada dua tahun lalu itu dilengkapi dengan deal antara pembuat mobil terbesar dunia, Toyota, dan perusahaan mobilitas terbesar dunia, Uber. Dalam kesepakatan tersebut, pengemudi Uber bisa mencicil pembelian mobil Toyota lewat Toyota Financial Services. Uang cicilan berasal dari pendapatan pengemudi.
Kesepakatan kedua muncul pada awal Januari lalu. Dalam kerja sama ini, keduanya melibatkan Amazon, Didi, dan Pizza Hut. Toyota akan mengembangkan kendaraan antar-jemput tanpa sopir untuk layanan komersial keempat perusahaan tersebut.
Toyota tidak hanya menanam telur di satu keranjang. Penguasa industri otomotif dunia ini, lewat Toyota Tsusho Corp, juga menyuntik Grab. Tidak diketahui berapa duit yang dibenamkan Toyota di Grab pada Agustus 2017. Tapi, pada Juli 2017, seperti dikutip Reuters, dari US$ 2,5 miliar pendanaan, sebanyak US$ 2 miliar berasal dari kantong Didi dan SoftBank. Sisanya dari pemodal lain, yaitu Toyota dan Hyundai, yang baru saja masuk pada 11 Januari lalu.
Khairul Anam (forbes, Reuters)
Ramai di Jalan, Royal di Pendanaan
GOOGLE akhirnya menjadi salah satu investor Go-Jek. Google masuk ke pendanaan yang dipimpin Tencent Holdings, konglomerat asal Cina, itu sejak pertengahan tahun lalu. Tapi, berbeda dengan investasinya di Uber yang menggunakan tangan Google Venture, investasi di Go-Jek menggunakan tangan Google langsung, yang kerap strategis dan berkaitan langsung dengan pengembangan bisnis inti Google. Khairul Anam
Google masuk sebagai salah investor di Go-Jek. Sejak mendirikan perusahaan induknya, Alphabet Inc, pada Oktober 2015, Google makin rajin berinvestasi di perusahaan-perusahaan rintisan. Sebelumnya, lewat Google Venture, Google berinvestasi di Uber.
Kinerja Alphabet (kuartal III 2017, US$)
- Pendapatan: 27,772 miliar
- Pertumbuhan pendapatan (year-over-year): 24%
- Pendapatan operasi: 7,782 miliar
- Pendapatan bersih: 6,732 miliar
Google Rajin Mengakuisisi Perusahaan Teknologi
Alphabet mengakuisisi 180 perusahaan. Lima akuisisi yang diakui paling sukses adalah:
Nest: US$ 3,2 miliar 2014
Youtube: US$ 1,65 miliar 2006
DoubleClick: US$ 3,1 miliar 2007
Waze: US$ 966 juta 2013
SkyBox: US$ 500 juta 2014
Tiga Tangan Alphabet
Perusahaan induk Google, Alphabet, punya tiga tangan untuk menebarkan uangnya, baik dalam bentuk investasi maupun akuisisi.
Google Venture (GV)
Mengelola US$ 2,4 miliar dan menginvestasikannya ke lebih dari 300 perusahaan, seperti Uber, Slack, dan Tunein.
CapitalG (dulu Google Capital)
Berinvestasi di perusahaan-perusahaan startup tingkat lanjut, seperti Care.com. Tidak terkait langsung dengan Google dan hanya mengejar keuntungan finansial.
Google
Investasi strategis yang relevan dengan bisnis Google, seperti SpaceX, dan terakhir Go-Jek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo