Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PATRICK Walujo merasa lebih lega pada awal tahun ini. Go-Jek, perusahaan yang didanainya dalam tiga tahun terakhir, semakin dilirik investor raksasa. Tak tanggung-tanggung, Google turut menggelontorkan uang segar untuk Go-Jek. Perusahaan teknologi asal California, Amerika Serikat, itu resmi tercatat sebagai investor strategis per pekan ketiga Januari ini. "Sekarang Go-Jek mulai diperhitungkan di mata dunia," kata Co-Founder dan Managing Partner Northstar Group itu, Rabu pekan lalu.
Patrick membawa kembali ingatannya saat awal mula mengongkosi Go-Jek. Sebagai pemegang saham pengendali, Northstar dan NSI Venture berhasil mengumpulkan US$ 2 juta dari rekanan lain untuk menyediakan layanan pemesanan ojek online. Go-Jek merekrut ribuan sopir, dari eks pengemudi ojek pangkalan hingga mahasiswa. Dana jumbo semakin diperlukan untuk subsidi operasional: menekan tarif penumpang, bonus sopir, teknologi, hingga memperluas daerah layanan.
Selain Northstar, masuk investasi lain dari korporasi pemodal DST Global dan Sequoia Capital pada Oktober 2015. Situs Crunchbase mencatat, pada Agustus 2016, Go-Jek kembali menerima uang segar sebesar US$ 550 juta dari sindikasi yang dipimpin firma Warburg Pincus dan KKR & Co. Beberapa perusahaan bergabung dalam pendanaan ronde ini, di antaranya Rakuten, Farallon Capital Management, dan Capital Group. Valuasi Go-Jek saat itu diprediksi US$ 1,3 miliar. Otomatis, Go-Jek pantas disebut sebagai perusahaan kuda bertanduk alias unicorn.
Masuknya investor-investor asing rupanya membuat perusahaan telekomunikasi asal Cina, Tencent, tergoda melirik Go-Jek. Tencent mengepalai pendanaan bersama empat investor lain: Temasek, Meituan-Dianping, JD.com, dan Google. Kelimanya merupakan perusahaan berbasis teknologi kelas raksasa. Pembiayaan ini diumumkan pada 4 Mei 2017. Total injeksi modal yang dicairkan dari semua perusahaan itu mencapai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 15,9 triliun. Sebelum disuntik pendanaan tersebut, valuasi aset Go-Jek tahun lalu tercatat hingga US$ 1,8 miliar. Total valuasinya saat ini diperkirakan mencapai US$ 3 miliar atau setara dengan Rp 39,9 triliun.
Di antara investor strategis lain, kucuran dana dari Google masuk paling terakhir. "Google berinvestasi sekitar US$ 100 juta (setara dengan Rp 1,3 triliun)," demikian dikutip dari Reuters pada 18 Januari 2018. Artikel itu bahkan menyebutkan Samsung Venture Investment Corp akan bergabung dalam sindikasi ini. Dengan demikian, total valuasi yang diperoleh Go-Jek mencapai US$ 4 miliar- lebih besar daripada perhitungan valuasi yang beredar sebelumnya. Sampai pekan lalu, Go-jek menutup rapat-rapat duit yang mereka terima. "Saya tak bisa mengkonfirmasi besarannya," kata Presiden Go-Jek Andre Sulistyo.
Google setali tiga uang. Melalui pesan WhatsApp, Head of Corporate Communication Google Indonesia Jason Tedjakusuma mengatakan tak tahu mengenai kesepakatan tersebut. Jason meminta Tempo menghubungi departemen komunikasi Google Inc melalui surat elektronik. Hingga lewat tenggat, tim Google belum membalas pesan tersebut.
Proses pendekatan Go-Jek dengan Google tak terwujud begitu saja dalam satu malam. Negosiasi berlangsung sejak Mei tahun lalu. "Mereka tertarik karena apa yang kami ciptakan unik dan belum pernah ada di dunia," kata Andre sumringah. Namun tak berarti kesepakatan ini selalu berjalan mulus. Go-Jek masih harus meyakinkan Google, sehingga sindikasi pendanaan baru berakhir awal tahun ini.
Perusahaan yang berkantor di Silicon Valley itu sudah lama meneropong model bisnis Go-Jek dalam mengangkat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Saat awal diluncurkan, Go-Jek hanya memperkenalkan bisnis pengantaran berbasis sepeda motor dalam aplikasi berbasis Android (Go-Jek App). Tak lama kemudian, muncul permintaan pengantaran barang, sayuran, dan makanan dari para pengguna. Pengguna juga dapat memesan obat hingga ahli pijat. Go-Jek pun membuat platform pembayaran otomatis (Go-Pay) untuk semua transaksi tersebut. Riwayat belanja dan pendapatan sopir terekam di sana. Kini, total terdapat 16 layanan dalam satu aplikasi Go-Jek.
Go-Jek bukanlah perusahaan rintisan pertama yang mendapat aliran dolar dari Silicon Valley. Alphabet Inc, induk perusahaan Google, memiliki tiga anak usaha pendanaan yang berfokus membiayai startup di bidang teknologi. Mereka adalah Google Venture, Google Capital, dan Gradient Venture. Di luar itu, Alphabet sering membuat investasi strategis dengan perusahaan infrastruktur dan teknologi, seperti Space X dan Tesla, yang digawangi Elon Musk. Go-Jek masuk di antara penerima investasi langsung dari kantong Alphabet.
Belakangan, Google semakin gencar melebarkan sayap operasinya di Asia. Proyek ini menjadi bagian dari misi merangkul miliaran pengguna berikutnya (next billion users) yang digaungkan selama dua tahun terakhir. Vice President Product Management Google Caesar Sengupta mengatakan timnya berambisi menyediakan akses yang cepat dan terjangkau untuk masyarakat di berbagai negara. "Kami ingin melanjutkan misi kami mengatur informasi dunia dan membuatnya dapat diakses secara universal," tulis Caesar dalam blog resmi Google, Februari tahun lalu.
Untuk memperkuat basisnya di Singapura, Google mulai mendanai startup aplikasi obrolan instan asal Singapura, Pie.co. Menurut Caesar, Google jatuh hati terhadap semangat kewirausahaan berbasis mobile yang dibangun pendiri Pie, yakni Pieter Walraven dan Thijs Jacobs. Tak hanya memberi bantuan finansial, tim teknologi Google aktif melatih karyawan Pie dan merekrut sarjana teknologi. Setelah Singapura, Google pun menjajaki kerja sama dengan startup Indonesia, Go-Jek. "Mereka ingin menerima masukan bagaimana caranya agar produk Google lebih bisa menyentuh masyarakat negara berkembang," kata Presiden Go-Jek Andre Sulistyo.
Andre yakin kerja sama ini akan menguntungkan bagi kedua pihak. Google memiliki rekaman data dan infrastruktur teknologi yang memadai. Tim Go-Jek siap menyerap ilmu dari para ahli teknologi yang dimiliki Google. Adapun Go-Jek memiliki lebih dari 15 juta pengguna aktif mingguan dengan lebih dari 900 ribu mitra pengemudi, 125 ribu mitra pedagang kuliner, dan 30 ribu mitra fasilitas lain. "Mereka akan belajar kesuksesan mengembangkan UMKM dari Go-Jek," ucap Andre. "Kami belajar dari best practice mereka."
Persaingan meraih pendanaan kini makin ketat bagi perusahaan transportasi online. Mereka ramai-ramai menggaet pemodal berkantong tebal. Salah satunya Uber. Kamis pekan lalu, SoftBank membeli 30 persen saham Uber senilai US$ 48 miliar dan resmi menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan asal California itu. "Bergabungnya SoftBank akan memperkuat pengelolaan usaha dan investasi teknologi kami," kata Chief Business Officer Asia-Pasifik Uber Brooks Entwistle melalui surat elektronik, Kamis pekan lalu.
Sejak pertama kali berdiri hingga Desember tahun lalu, Uber berhasil mengumpulkan pendanaan senilai US$ 22,2 miliar dari 90 investor. Salah satunya suntikan modal seri C dari Google Venture, anak usaha Alphabet Inc. Belakangan, hubungan Uber dengan Google Venture memburuk.
Dengan dana besar, CEO Uber Dara Khosrowshahi mengatakan timnya akan terus mengembangkan investasi di seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara. "Kami bersemangat membangun bisnis berkelanjutan di Indonesia dan Asia," kata Dara, membantah rumor penarikan armada Uber di Asia setelah masuknya SoftBank. SoftBank sempat menyatakan timnya akan meminta Uber berfokus mengembangkan bisnis di Eropa dan Amerika.
SoftBank juga menanamkan modalnya di Grab bersama Emtek Group, Didi Chuxing, Hyundai Motor, Toyota Motor, dan Honda Motor. Crunchbase mencatat total pendanaan yang telah dikumpulkan Grab mencapai US$ 4,1 miliar dari 16 investor.
Meskipun total valuasi belum sebesar dua pesaingnya, Go-Jek semakin percaya diri menerima modal asing. Andre Sulistyo memastikan kontrol saham Go-Jek tetap berada di tangan para pendirinya. "Kepemilikan saham investor tak lebih dari satu digit. Hak suara tetap pada pendiri dan manajemen kami," ucap Andre.
Belakangan, tersiar kabar Go-Jek akan menerima dana segar dari perusahaan otomotif. Andre dan Patrick Walujo hanya tersenyum saat ditanyai soal ini. "Tunggu saja nanti," kata Patrick.
Putri Adityowati, Khairul Anam
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo