Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bertarung Sengit, Satelit Mengorbit

Satelit 3S akan dimanfaatkan untuk meningkatkan layanan televisi dan Internet berkecepatan tinggi. Membidik pasar perbankan di daerah.

27 Februari 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Ruang Jupiter, kompleks Guiana Space Centre, Guyana, Amerika Selatan, Direktur Utama PT Telkom Alex Sinaga berdiri di depan seratusan undangan yang baru saja menyaksikan detik-detik peluncuran satelit Telkom 3S. Selasa petang, 14 Februari lalu, 3S baru melesat meninggalkan bumi sekitar 50 menit.

Di Ruang Jupiter, kompleks Guiana Space Centre, Guyana, Amerika Selatan, Direktur Utama PT Telkom Alex Sinaga berdiri di depan seratusan undangan yang baru saja menyaksikan detik-detik peluncuran satelit Telkom 3S. Selasa petang, 14 Februari lalu, 3S baru melesat meninggalkan bumi sekitar 50 menit.

Duduk di deretan undangan, antara lain Komisaris Utama PT Telkom Hendri Saparini dan CEO Arianespace—perusahaan yang meluncurkan satelit 3S—Stephane Israel. "Ini fantastis, luar biasa," kata Alex. Ia lalu mengucapkan terima kasih kepada Arianespace dan Thales Alenia atas kerja keras mereka.

Setelah melesat 39 menit dari Ela 3—titik peluncuran yang berjarak 15 kilometer dari Ruang Jupiter—satelit bisa dikatakan telah berada dalam posisi aman. "Karena pada menit ke-39 semua roket yang membawa satelit akan lepas dan satelit meluncur sendiri," ujar Tonda Priyanto, Kepala Proyek Satelit Telkom. Ketika itu satelit sudah menembus angkasa sejauh 250 kilometer.

Satelit buatan Thales Alenia Space (TAS), Prancis, yang diluncurkan pukul 18.39 waktu Guyana, merupakan "pengganti" satelit Telkom 3, yang gagal diluncurkan oleh roket Proton-M milik Rusia pada Agustus 2012. Itu sebabnya, satelit berbobot 3,5 ton ini dinamakan 3S—kependekan dari 3 Substitution.

Kendati sudah diluncurkan dua pekan lalu, 3S tak langsung menempati orbitnya pada 118 derajat bujur timur, di atas Pulau Kalimantan. Ia akan ditempatkan dulu pada 135,5 derajat di ketinggian 36 ribu kilometer untuk "penyesuaian diri" sebelum kemudian digeser ke posisi 118 derajat bujur timur pada ketinggian yang sama. "Sekitar April baru akan menjalankan tugasnya secara penuh," kata Direktur Network dan IT Solution Telkom Abdus Somad Arief. Telkom 3S akan menggantikan satelit Telkom 2 yang umurnya tinggal empat tahun lagi.

Telkom 3S merupakan satelit ketiga yang dimiliki PT Telkom Indonesia. Sebelum meluncurkan 3S, perusahaan pelat merah ini mengorbitkan satelit Telkom 1 pada 1999 dan Telkom 2 pada 2005. Berbeda dengan dua saudaranya, 3S diyakini lebih canggih. Satelit ini memiliki 42 transponder aktif. "Satelit ini akan menjangkau sebagian Asia Tenggara, Malaysia, dan seluruh Indonesia," kata Gilles Obadia, Business Line Telecommunication Thales Alenia.

Alex Sinaga menegaskan, satelit baru itu akan memiliki kualitas yang jauh lebih bagus ketimbang dua satelit sebelumnya. Menurut Alex, sekitar 70 persen transpondernya akan digunakan Telkom, sisanya disewakan.

l l l

Peluncuran satelit 3S merupakan antisipasi Telkom demi masa depan ceruk bisnis mereka. Sebagai perusahaan badan usaha milik negara yang ladang uangnya, antara lain, sangat bergantung pada kualitas satelit, Telkom berharap tetap menjadi pemain nomor satu di Indonesia. Apalagi pertarungan di industri telekomunikasi kian sengit. Itu sebabnya perusahaan pelat merah ini terus menambah jumlah satelit mereka.

Kendati sudah memiliki dua satelit, Telkom selama ini masih menyewa sejumlah satelit dari negara asing. Karena itu, menurut Alex Sinaga, dengan Telkom 3S, perusahaan tak akan memperpanjang sewa satelit asing lagi. "Akan kami maksimalkan untuk kepentingan sendiri," katanya.

Menurut Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo, TAS dipilih karena reputasinya. Belajar dari kegagalan roket mereka yang diluncurkan di Rusia, Telkom memberi syarat lain saat membuka tender pengadaan satelit. Di antaranya rekam jejak perusahaan dalam meluncurkan satelit. Dari sepuluh peserta tender, pilihan jatuh pada TAS. Pada 14 Juli 2014, kontrak pembuatan satelit pun ditandatangani. Total nilainya US$ 215 juta (sekitar Rp 3 triliun), termasuk biaya peluncuran dan asuransi.

Demi menghindari risiko, Telkom memilih sistem in orbit delivery dalam pemesanan satelit mereka. Thales kemudian memilih siapa yang akan meluncurkan satelit itu. Ini berbeda dengan on ground delivery, yang mengharuskan pemesan satelit mencari sendiri perusahaan yang meluncurkan satelit mereka. Thales memilih Arianespace—juga perusahaan Prancis—untuk meluncurkan Telkom 3S.

Berdiri sejak 1980, Arianespace sudah meluncurkan sekitar 500 satelit dari Guiana Space Centre, kompleks peluncuran seluas 700 kilometer persegi di Kota Kourou, Guyana. Lokasi ini ideal sebagai tempat peluncuran satelit. Selain dekat dengan ekuator, angin dan cuaca di sana relatif stabil. Dua syarat tadi penting untuk melentingkan satelit.

Menurut Arif Prabowo, Telkom 3S akan meningkatkan kualitas layanan Telkom dalam bisnis mereka, antara lain dalam layanan televisi dan data akses Internet kecepatan tinggi. Salah satu yang akan mereka bidik adalah wilayah Indonesia timur. "Di Papua memang akan lebih efektif dengan satelit daripada memakai kabel optik," kata Arif.

Selama ini Telkom memakai jaringan kabel optik sebatas pada kota-kota di pinggir laut Papua, seperti Jayapura dan Merauke. Kabel Telkom juga berada di dalam laut, menghubungkan sejumlah tempat seperti Natuna-Pontianak dan Batam-Dumai.

l l l

PELUNCURAN satelit 3S diyakini bakal makin memoncerkan bisnis Telkom, terutama sebagai penyedia sarana Internet. Pelanggan Telkom saat ini 164 juta orang, jauh lebih besar ketimbang provider lain. Dengan pelanggan sebanyak itu, Telkom menargetkan pendapatan tahun ini Rp 94 triliun, naik sepuluh persen dari tahun lalu.

Kendati Telkom kini memiliki satelit baru, dua perusahaan papan atas yang juga bergerak di bidang telekomunikasi tak waswas ceruk bisnis mereka terampas Telkom. "Kami tidak merasa terancam dengan adanya satelit itu," kata Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo, Deva Rachman. Memiliki sejarah panjang sebagai perusahaan penanaman modal asing pertama di Indonesia dalam bidang telekomunikasi, Indosat kini memiliki pelanggan tak kurang dari 81 juta.

General Manager Corporate Communication PT XL Axiata Tri Wahyuningsih juga menyatakan tak khawatir dengan satelit baru Telkom. "Kami punya strategi masing-masing," ucapnya.

Telkom, kata dia, juga lebih banyak mengincar konsumen perumahan dan institusi. "Telkom pasarnya lain." XL, yang kini memiliki 46,5 juta pelanggan, merupakan operator telekomunikasi seluler. "Sehingga tidak memerlukan satelit," ujar Tri.

Kepada Tempo, seorang pejabat Telkom menyatakan ada ceruk bisnis lain yang diincar Telkom setelah mereka memiliki 3S, yakni perbankan. "Pertumbuhan bank-bank daerah yang memerlukan layanan online akan membutuhkan teknologi yang dimiliki Telkom," katanya. "Di sinilah pentingnya satelit 3S itu."

Lestantya Baskoro (Kourou, Guyana) | Friski Riana dan Ghoida Rahman (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus