Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Biar Mahal Asal

Indonesia akan membeli kapal jetfoil dari Pabrik Boeing di Renton, AS, untuk patroli laut. Harganya mahal dan boros BBM.(eb)

28 Juli 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIDAK lama lagi sebuah jetfoil, yang mampu melesat dengan kecepatan sampai 85 km per Jam, akan beroperasi di perairan Indonesia. Penyelundup dan kapal pencuri ikan, yang selama ini bisa main petak umpet, dijamin bakal tak lolos lagi dari kejaran kapal patroli TNI-AL, yang berlari dengan tenaga dorong jet air ini. Tapi, asal tahu saja, kapal bikinan Boeing itu, yang hanya oleng lima derajat dihantam ombak enam meteran, berharga hampir US$ 22 juta. Menurut rencana, jetfoil yang dibikin di pabrik Boeing di Renton, Washington, itu akan tiba tahun ini, dalam keadaan setengahj jadi. Di PT PAL Surabaya, kapal itu kemudian dipersenjatai, dan diberi perlengkapan elektronik. Sesudah itu, tiga lagi, juga dalam keadaan setengah jadi, akan tiba dalam jangka tiga tahun mendatang. Kata Suleman Wiriadidjaja, direktur teknologi PT PAL, kontrak pembelian empat jetfoil itu seluruhnya bernilai US$ 184,7 juta - termasuk untuk membiayai program pendidikan dan pembelian komponen lokal. Sebagian besar dari biaya itu, kata pihak Boeing Marine System di AS, akan dipikul US Eximbank, yang akan mengenakan bunga 9,5% setahun dan jangka penembalian 20 tahun. Sisanya akan diperoleh ari pelbagai pinjaman komersial. Jika opsi pembelian enam jetfoil serupa juga dimasukkan, menurut Boeing, nilai pembeliannya diperkirakan mencapai US$ 330 juta. Kata Menteri Keuangan Radius Prawiro, rencana pembelian empat jetfoil yang menyangkut, "Program alih teknologi itu sudah lama direncanakan dan digolongkan sebagai pemasukan modal dalam neraca pembayaran 1983-1984." Semula memang, sesudah mencoba jetfoil versi sipil Bima Samudera (1982), TNI AL merencanakan membeli 20 jetfoil dengan nilai sekitar US$ 534 juta. Tapi karena devisa pemerintah terbatas, rencana itu bersama puluhan proyek pemakan devisa lalu diciutkan. Kendati demikian, program pembelian yang menarah pada usaha membangun sendiri jetfoirdi galangan lokal PAL itu terus dilanjutkan. Dan, "Mungkin pada produksi ketujuh PAL bisa membuatnya sendiri," ujar Suleman. Jatuhnya, kira-kira pada 1990 nanti. Untuk mendukung program itu, lcbih dari 30 teknisi lulusan STM dengan pengalaman 5-10 tahun dikirim mengikuti latihan ke Renton. Menurut Suleman, yang juga deputi ketua bidang analisa sistem Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dua jetfoil yang dibeli itu akan digunakan sebagai kapal patroli pantai - selebihnya akan dioperasikan sebagai kapal pengangkut yang mampu memuat 100 pasukan dan berlayar nonstop 1.080 km. Kecepatan dan kelincahan jetfoil semacam ini, yang sudah ditunjukkan versi sipil Bima Samudera, dipuji Mayor Laut Teddy Sigar. Di selatan Bili, katanya, Bima Samudera yang beratnya cuma 110 ton hanya oleng maksimum lima derajat dihantam ombak setinggi enam meter. Bandingkan dengan KRI Malahayti, yang berbobot 13.100 ton, oleng sampai 30 derajat. "Kalau oleng sampai 30 derajat, kapal tak mungkin menembakkan roket," ujar Teddy, kapten Bima Samudera itu. Teddy tak lupa memuji kecepatan jetfoil itu di atas kecepatan torpedo konvensional dan mampu berputar 360 derajat hanya dalam tempo satu menit. Tak jelas, apakah jetfoil itu mampu terkelit, jika dikejar Exocet. Yang pasti, kapal dengan teknologi tinggi ini pantang melihat papan dan balok melintang di uas air. Maklum, benda-benda itu bakal dengan mudah merobek-robek savap alumunium yang berada di bawah permukaan air jika sedang "terbang". Dan, "Kalau sayapnya rusak, artinya empat milyar rupiah bisa melayang," ujar Teddy. Cuma, agak sayang, jetfoil dikenal sangat rakus memakan solar. Menurut pengalaman Teddy, pemakaian solar Bima Samudera pada kecepatan ekonomis mencapai 1.890 liter per jam. Alhasil, untuk melayari rute jarak Jakarta-pajang pulang pergi, jetfoil itu bisa menghabiskan 11.500 liter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus