BURSA saham Singapura pekan lalu geger. Apalagi masalahnya terkait pada dua taipan, yakni Liem Sioe Liong dan Lee Kim Yew. Yang disebut terakhir adalah bos perusahaan real estate Singapore Land (SingLand) yang bermarkas di Negara Pulau itu. Kedua pengusaha besar itu telah melakukan tukar menukar (swap) saham dua perusahaan. Praktek swap dalam saham bukanlah hal baru, namun yang diperbincangkan orang ialah harga sahamnya. Harga yang dibayar Liem untuk saham United Industrial Corporation (UIC) ternyata tidak sesuai dengan harga saham UIC di bursa saham Singapura. Duduk perkaranya kira begini. Liem telah menjual 56 juta saham Marina Centre Holdings (MCH) senilai Sing$ 112 juta, berikut surat-surat obligasi MCH senilai Sing$ 89 juta kepada pihak SingLand. Transaksi senilai Sing$ 201 juta itu akan dilunasi pihak SingLand kepada Finnegan Investment (FI). FI adalah perusahaan keuangan Salim Group di Singapura, yang mempunyai hubungan dengan Finnegan Investment PTe Limited yang berpusat di Hong Kong. Hasil penjualan saham MCH tadi ternyata tak akan diboyong Liem ke Indonesia. Uang sebanyak Sing$ 201 juta itu (sekitar Rp 221 milyar) akan dipakainya untuk membeli 100,8 juta saham baru yang akan dikeluarkan United Industrial Corporation (UIC) pada awal 1991. Itu berarti, saham UIC yang akan dibeli Liem berharga sekitar Sing$ 2 per lembar. Padahal, sehari sebelum transaksi dibuat, harga saham UIC di bursa hanya Sing$ 1,35 per lembar. Bahkan setelah transaksi, saham UIC masih terpaku pada angka yang sama. Singkat kata, Liem membayar lebih mahal sekitar Sing$ 0,65 untuk setiap lembar saham UIC. Selisih harga ini cukup besar, hingga dipertanyakan oleh pihak otorita bursa saham Singapura (SES). Menurut harian The Straits Times, pihak UIC diminta menjelaskan bagaimana harga saham UIC bisa sampai dinilai Sing$ 2 per lembar. Selain itu, SES meminta kejelasan dari Finnegan Investment tentang bagaimana penilaian atas aset MCH dan Oriental Hotel. SES juga meminta laporan yang rinci mengenai laba bersih serta laba per saham pada perusahaan UIC maupun SingLand sebagai akibat akuisisi tadi. Jawaban pihak UIC kepada SES, transaksi Sing$ 201 juta itu baru dibuat akhir bulan lalu. Sedangkan harga saham UIC dibuat berdasarkan nilai aset per 30 Juni 1990, yakni Sing$ 1,95 per lembar. Keterangan ini menimbulkan tanda tanya, karena menurut Presiden Komisaris UIC Lee Kim Yew bahwa harga Sing$ 2 itu adalah berkat "kehebatan Chief Executive Officer UIC" Oei Hong Leong dalam bernegosiasi dengan Anthony Salim, putra Liem. Jadi, Salim Group dirugikan? Sampai berita ini diturunkan, kelompok Salim yang dihubungi TEMPO di Jakarta belum bersedia memberikan penjelasan. Bagaimana jawaban FI pada SES juga belum terungkap. Namun, seorang pengusaha besar di Jakarta menduga Liem berani membeli saham UIC lebih mahal, dengan tujuan mengurangi sahamnya pada MCH sekaligus mengoperkan kendali manajemen MCH. Di balik itu, Liem mungkin memperhitungkan bahwa prospek masa depan MCH tidak begitu cerah. MCH adalah perusahaan yang memiliki pusat pertokoan Marina Square dan Oriental Hotel di Singapura. Pihak SingLand tadinya menguasai 44,7% saham MCH. Dengan transaksi tadi, pihak SingLand akan menjadi pemegang saham mayoritas di MCH dengan 63,3% saham. Sebaliknya, saham Liem di UIC akan bertambah 9% menjadi 14,96%. Namun, Liem belum menjadi pemegang saham terbesar di UIC, sebab Chief Executive Officer UIC Oei Hong Leong masih menguasai 20,84%. MW
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini