ROYAL Brunei Airlines (RBA) langsung melebarkan sayapnya ke Jakarta, sejak Brunei Darussalam merdeka, 1 Januari lalu. Setiap Selasa dan Sabtu sebuah pesawatnya, Boeing 737, melayani rute penerbangan dua jam antara Bandar Seri Begawan dan Halim Perdanakusumah. Sampai akhir pekan lalu, pesawat berkapasitas 92 kursi itu baru mengangkut 110 penumpang, dalam delapan kali terbang pulang pergi. Bandar Seri Begawan - Halim adalah rute ke-8 yang dibuka RBA. Beroperasi sejak 1974, pada tahun pertama RBA mengembangkan sayapnya ke Singapura, Kota Kinabalu, Kuching, dan Hong Kong. Penerbangannya kemudian meluas ke Manila (1976), Bangkok (1977), dan Kuala Lumpur (1981). Indonesia adalah satu-satunya tetangga anggota ASEAN yang belum didarati sampai Brunei merdeka, padahal armada RBA sudah menjelajah ke Darwin, Australia, sejak pertengahan 1983. "Sampai saat ini, Indonesia belum mempunyai perjanjian bilateral, juga belum mempunyai perjanjian hubungan bisnis transpor udara dengan Brunei," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Marsekal Muda Sutoyo kepada TEMPO, Sabtu lalu. Namun, "izin sementara yang akan dievaluasi setiap tiga atau enam bulan - apakah menguntungkan atau tidak - telah diberikan kepada Royal Brunei," tutur Sutoyo lagi. Izin tadi, selain didasarkan pada pertimbangan politik, juga berasaskan timbal balik bahwa Garuda boleh terbang ke Brunei. Tapi Sutoyo condong menganjurkan Garuda tidak terbang reguler ke Brunei. Ia memperkirakan biaya operasi pesawat B 737 adalah US$ 3.000 - 4.000 per jam, sehingga kalau yang diangkut cuma 3-10 orang, jelas rugi. "Bila ada 100 turis ingin terbang ke Brunei, mungkin bisa terbang dengan sistem carteran," katanya. Bagi RBA sendiri, rute ke Jakarta ini dianggap cukup mempunyai prospek cerah. Penduduk Brunei, 200.000 jiwa yang berpenghasilan rata-rata tertinggi di dunia, banyak yang ingin ke Indonesia. Seperti kata pejabat perwakilan RBA di Jakarta, Benny M.I.H. Slamet, "mereka bagai orang kampung ingin melihat kota." Tarif US$ 215 untuk kelas ekonomi sekali jalan ke Jakarta cukup terjangkau warga Brunei yang rata-rata berpenghasilan 20.000 dolar setahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini