Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Biar Rugi, Asal Fly

Royal brunei airlines (rba), terbang ke jakarta, 3 kali dalam seminggu. masih merugi. (eb)

28 Januari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ROYAL Brunei Airlines (RBA) langsung melebarkan sayapnya ke Jakarta, sejak Brunei Darussalam merdeka, 1 Januari lalu. Setiap Selasa dan Sabtu sebuah pesawatnya, Boeing 737, melayani rute penerbangan dua jam antara Bandar Seri Begawan dan Halim Perdanakusumah. Sampai akhir pekan lalu, pesawat berkapasitas 92 kursi itu baru mengangkut 110 penumpang, dalam delapan kali terbang pulang pergi. Bandar Seri Begawan - Halim adalah rute ke-8 yang dibuka RBA. Beroperasi sejak 1974, pada tahun pertama RBA mengembangkan sayapnya ke Singapura, Kota Kinabalu, Kuching, dan Hong Kong. Penerbangannya kemudian meluas ke Manila (1976), Bangkok (1977), dan Kuala Lumpur (1981). Indonesia adalah satu-satunya tetangga anggota ASEAN yang belum didarati sampai Brunei merdeka, padahal armada RBA sudah menjelajah ke Darwin, Australia, sejak pertengahan 1983. "Sampai saat ini, Indonesia belum mempunyai perjanjian bilateral, juga belum mempunyai perjanjian hubungan bisnis transpor udara dengan Brunei," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Marsekal Muda Sutoyo kepada TEMPO, Sabtu lalu. Namun, "izin sementara yang akan dievaluasi setiap tiga atau enam bulan - apakah menguntungkan atau tidak - telah diberikan kepada Royal Brunei," tutur Sutoyo lagi. Izin tadi, selain didasarkan pada pertimbangan politik, juga berasaskan timbal balik bahwa Garuda boleh terbang ke Brunei. Tapi Sutoyo condong menganjurkan Garuda tidak terbang reguler ke Brunei. Ia memperkirakan biaya operasi pesawat B 737 adalah US$ 3.000 - 4.000 per jam, sehingga kalau yang diangkut cuma 3-10 orang, jelas rugi. "Bila ada 100 turis ingin terbang ke Brunei, mungkin bisa terbang dengan sistem carteran," katanya. Bagi RBA sendiri, rute ke Jakarta ini dianggap cukup mempunyai prospek cerah. Penduduk Brunei, 200.000 jiwa yang berpenghasilan rata-rata tertinggi di dunia, banyak yang ingin ke Indonesia. Seperti kata pejabat perwakilan RBA di Jakarta, Benny M.I.H. Slamet, "mereka bagai orang kampung ingin melihat kota." Tarif US$ 215 untuk kelas ekonomi sekali jalan ke Jakarta cukup terjangkau warga Brunei yang rata-rata berpenghasilan 20.000 dolar setahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus