Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
PLN ICON Plus menawarkan sambungan Internet yang lebih murah.
ICON Plus memanfaatkan jaringan kabel serat optik yang dibangun PLN.
Iconnet sempat akan digabungkan dengan IndiHome.
PUSING dengan tagihan Internet yang membengkak, Riana mencari provider baru yang tarifnya lebih murah. Warga Depok timur, Jawa Barat, itu kapok berlangganan layanan Internet dari sebuah perusahaan telekomunikasi yang tagihannya mencapai Rp 450 ribu sebulan. Riana pun melirik Iconnet, layanan Internet dari anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN yang direkomendasikan rekannya. “Sebulan Rp 230 ribu sudah termasuk pajak 11 persen,” katanya kepada Tempo, Rabu, 28 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski tarifnya lebih murah, Riana harus menunggu instalasi jaringan hingga empat bulan. Menurut dia, pemasangan kabel dan perangkat modem Iconnet harus menunggu masuknya jaringan secara massal ke wilayahnya. Riana memilih paket Iconnet 20 dengan kecepatan akses Internet 20 megabita per detik. "Tidak ada biaya pemasangan,” tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Widhy Wijayanti, warga perumahan Permata Depok Regency, Ratu Jaya, Depok, juga berlangganan Iconnet sejak tujuh bulan lalu. Berbeda dengan Riana yang memasang jaringan baru, perempuan 33 tahun ini meneruskan abonemen yang dijalankan penghuni rumah sebelumnya. Dia mengaku bisa menghemat belanja Internet Rp 50 ribu sebulan. "Tapi pernah dua kali jaringan Internet hilang, padahal sudah bayar tagihan. Terhubung lagi setelah menyalakan ulang perangkat router," ujarnya.
Lewat Iconnet, PLN menjajal bisnis Internet melalui anak perusahaannya, PT Indonesia Comnets Plus (ICON+). ICON+ berubah nama menjadi PT PLN ICON Plus seusai restrukturisasi bisnis PLN yang diumumkan pada pertengahan bulan ini. Iconnet adalah hasil rebranding Stroomnet, layanan Internet broadband full fiber optic yang dijajakan ICON+ sejak 2019. Produk ini menjadi wujud bisnis PLN di samping berjualan setrum.
Pendapatan PLN dari bisnis Internet pun lumayan. Pada 2020, pendapatan dari pelanggan retail Internet mencapai Rp 10,546 miliar atau 0,34 persen dari pendapatan PLN. Saat itu jumlah pelanggan retail sebanyak 16.143 sambungan.
Direktur Utama PLN ICON Plus Ari Rahmat Indra Cahyadi mengatakan Iconnet mencatatkan pertumbuhan jumlah pelanggan dari 15 ribu pada 2021 menjadi 350 ribu hingga pertengahan tahun ini. "PLN menargetkan Iconnet meraih lebih dari 1 juta pelanggan," tuturnya pada Sabtu, 1 Oktober lalu.
Hingga Agustus lalu, PLN ICON Plus sudah membentangkan kabel serat optik sepanjang 217 ribu kilometer di seluruh Indonesia. Menurut Ari, kabel itu digunakan untuk menyediakan layanan pendukung jasa ketenagalistrikan serta sambungan Internet korporat dan retail.
Ilustrasi petugas PLN memeriksa jaringan listrik dan Iconnet PLN. pln.co.id
Kehadiran Iconnet memperketat persaingan bisnis Internet broadband di Indonesia. Selama ini layanan Internet berkecepatan tinggi dikuasai IndiHome besutan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom. Pemain lain adalah First Media dan BizNet.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menyebutkan bisnis layanan Internet PLN ini berpeluang menjadi besar. Bahkan, dia menambahkan, bisnis Internet PLN bisa melampaui penjualan tenaga listrik yang menjadi tumpuan pendapatan PLN selama ini. "ICON Plus mungkin bisa lebih untung dibanding grup PLN," ujarnya pada Rabu, 28 September lalu.
Menurut Heru, ICON Plus bisa meniru model bisnis yang dijalankan PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel, anak perusahaan Telkom, yang bisa mengantongi pendapatan lebih besar ketimbang induknya.
Potensi ini yang dilirik Kementerian Badan Usaha Milik Negara saat meluncurkan subholding dan holding PLN pada Rabu, 21 September lalu. PLN memecah unit bisnisnya dalam empat subholding, yaitu PT PLN Energi Primer Indonesia, PT PLN Nusantara Power (Generation Company 1), PT PLN Indonesia Power (Generation Company 2), dan PLN ICON Plus.
Pemerintah juga berharap PLN ICON Plus bisa meningkatkan peluang aliansi strategis, khususnya di bidang teknologi dan pendanaan, serta melakukan manuver bisnis yang lebih lincah untuk mendukung bisnis PLN.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan akan mengembangkan aset berupa jaringan Internet, marketplace, fasilitas isi ulang baterai kendaraan listrik atau electric vehicle charging, penukaran baterai alias battery swap, dan jasa teknisi listrik bernama ListriQu sebagai layanan yang dinamai Beyond kWh. Dengan kata lain, PLN sudah menjalankan bisnis di luar “pendapatan per kWh” atau pendapatan dari penjualan listrik.
Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN Hartanto Wibowo mengatakan salah satu strategi bisnis Beyond kWh adalah sistem paket alias bundling langganan listrik dan Internet. Layanan ini bakal memaksimalkan fungsi aset kabel serat optik milik PLN. Dia pun optimistis Beyond kWh bisa bertumbuh pesat. "Jauh lebih baik bila bisnis di luar penjualan listrik dikelompokkan menjadi satu subholding," katanya pada Sabtu, 1 Oktober lalu.
Sebelum ICON Plus menjadi subholding di bawah PLN, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir sempat mencetuskan ide penggabungan perusahaan itu dengan Telkom lantaran punya bisnis yang sama. Dalam rencana itu, layanan Internet ICON Plus akan digabungkan dengan IndiHome.
Belakangan, rencana ini batal karena Telkom menyatukan IndiHome di bawah Telkomsel sebagai penyedia layanan Internet fixed broadband dan mobile. Sedangkan ICON Plus diarahkan menjadi pemimpin subholding Beyond kWh untuk mendorong pendapatan baru PLN. "Infrastruktur PLN yang belum dimanfaatkan kini dioptimalkan menjadi sumber pendapatan baru," tutur Hartanto.
Anggota staf khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, mengatakan layanan ICON Plus tidak akan berbenturan dengan jasa Internet dari Telkom. Sebab, dia menjelaskan, ICON Plus sejatinya juga melayani kebutuhan Internet sebagai pendukung layanan jasa kelistrikan PLN. Di luar Internet, ICON Plus memiliki lini bisnis lain dalam jajaran subholding Beyond kWh.
Presiden Direktur PT Mora Telematika Indonesia Galumbang Menak menyebutkan layanan Internet Iconnet berpeluang cukup besar untuk berkembang lantaran memanfaatkan infrastruktur milik PLN. Namun, dia menambahkan, sejauh ini ICON Plus belum cukup progresif seperti penyedia layanan Internet lain. "Bisnis telekomunikasi ini tidak bisa dimonopoli," ucapnya.
WARISSATUL ANBIYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo