LUKISAN sebagai salah satu pilihan investasi pelan-pelan semakin berkembang. Bahkan ada kemungkinan dalam waktu beberapa tahun lagi menjadi boom. Setidaknya ini pendapat seorang kurator seni Paul Hasan Rouganiou, 48 tahun. Orang Prancis yang telah lima tahun menetap di Indonesia, dan kini telah beristri seorang dari Padang, itu kini hendak mengembangkan sebuah bursa seni di Jakarta. Paul, bersama seorang kolektor karya para pelukis nasional Api Surya Winata, 72 tahun, kini tengah menyiapkan sebuah bursa seni di Kebayoran Inn, Jakarta Selatan. Bursa seni bernama Paul Art Gallery (PAG), menurut Paul, diharapkan bisa diresmikan pertengahan bulan Februari ini, oleh Direktur Museum Fatahillah. Di PAG para investor bisa membeli atau menjual karya para pelukis nasional. Hal istimewa yang ditawarkan oleh galeri ini, investor boleh menjual kembali lukisan yang dibeli dengan harga lebih tinggi. Untuk karya pelukis terkenal (tentu saja mahal harganya,) minimal akan diberikan tambahan nilai 5% setahun. Sedangkan untuk lukisan yang masih relatif murah hasil karya pelukis muda akan diberikan tambahan harga minimal 10% per tahun. Garansi pembelian kembali ini berlaku sampai 10 tahun. "Kalau di bursa pelelangan internasional garansi sampai 30 tahun," kata Paul, yang mengaku pernah bekerja sebagai petugas pelelangan di Hotel Drovot (Paris). Drovot adalah bursa lukisan ketiga terbesar di dunia, setelah Sotheby dan Christy. Sebagaimana galeri-galeri umumnya, PAG juga menyediakan jasa perbaikan lukisan yang rusak, memeriksa keaslian lukisan, dan menilai lukisan untuk keperluan asuransi. Untuk langkah awalnya, bursa PAG telah menyiapkan sekitar 2.000 lukisan. Sebagian besar ini adalah koleksi A.S. Winata. Ada pula lukisan yang diburu Paul langsung dari pelukis yang selama ini enggan melepaskan koleksinya, antara lain pelukis Soerono. Beberapa koleksi lukisan yang kini dipajang di PAG bulan ini antara lain lukisan Cleopatra di dekat Spinx. Karya Basuki Abdullah ini dijual seharga Rp 60 juta. Gerobak Sapi guratan Soerono ditawarkan Rp 10 juta. "Kami juga memiliki koleksi karya Raden Saleh yang kini berharga sekitar Rp 350 juta," tutur Paul. Cara Paul membisniskan lukisan diakui Jim Supangkat, kurator Yayasan Seni Rupa Indonesia sebagai "Gimmick baru" dalam jualbeli barang seni. Meskipun cara itu biasa dilakukan oleh pedagang barang seni di luar negeri, di Jakarta sendiri, cara memberikan jaminan kenaikan harga 5-10 persen setiap tahunnya itu termasuk baru. "Mungkin ini eksperimen dagang," ucap Jim lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini