Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGI Grup Barito Pacific, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) adalah permata baru. Perusahaan yang berdiri pada 5 Februari 2018 dengan nama PT Barito Cahaya Nusantara ini menjadi payung bagi bisnis masa depan mereka, yaitu energi baru dan energi terbarukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu sektor yang digarap BREN adalah energi panas bumi atau geotermal. Bisnis ini berawal ketika Grup Barito milik Prajogo Pangestu mengakuisisi Star Energy, perusahaan pengembang energi geotermal, pada 2007.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam wawancara dengan Koran Tempo edisi 1 Oktober 2007, Prajogo mengaku bahkan sudah masuk ke Star Energy sebelum perusahaannya mengakuisisi PT Chandra Asri Petrochemical Center. Star Energy adalah perusahaan pengelola ladang geotermal Wayang Windu, Jawa Barat, yang didirikan Supramu Santoso. “Soal jumlah (saham), pokoknya bisa jadi komandan, lah, di sana,” kata Prajogo saat itu.
Prayogo Pangestu pada acara Rencana Emisi Saham PT Barito Pacific Timber di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, 7 Juli 1993. Dok.TEMPO/ Rully Kesuma
Pada 2009, Prajogo menguasai 51 persen saham Star Energy setelah konglomerat yang lahir di Bengkayang, Kalimantan Barat, 13 Mei 1944, ini menebus saham milik Supramu dan Nusantara Capital di perusahaan tersebut. Pada 2018, Prajogo lewat Grup Barito kembali menauri saham Star Energy. Ketika itu Barito Pacific menguasai 66,67 persen saham Star Energy. Pada Maret 2022, Prajogo lewat Green Era Pte Ltd membeli 33,33 persen saham BVPG Thailand di Star Energy sehingga kepemilikannya menjadi sangat dominan.
Aksi Prajogo itu berbarengan dengan ekspansi bisnis Star Energy. Pada 2017, Star Energy mengakuisisi tiga aset panas bumi Chevron di Indonesia dan Filipina senilai US$ 2,3 miliar. Akuisisi ini menjadikan Star Energy pemain utama sektor panas bumi di Asia Tenggara. Setelah masuk menjadi anak usaha BREN, Star Energy terus memperluas portofolio bisnis energi terbarukannya.
PLTB Sidrap terletak di daerah Matirottasi, Kec. Watang Pulu, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. baritorenewables.co.id
Dengan keberadaan BREN, Prajogo menjadi pengusaha energi dengan portofolio lengkap. Dia memiliki PT Indo Raya Tenaga—perusahaan patungan dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)—yang mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2 x 1.000 megawatt di Suralaya, Banten; perusahaan batu bara PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN); juga perusahaan energi bersih seperti PT Barito Wind Energy, pemilik baru Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidrap di Sulawesi Selatan.
Meski begitu, setelah menguasai 100 persen saham Star Energy, pada 19 Mei 2023, seperti tertulis dalam prospektus BREN, Prajogo lewat Green Era menjual sebagian sahamnya ke Prime Hill Fund—diwakili oleh Zhaocai VCC—sebanyak 875.956 lembar senilai US$ 56,160 juta. Green Era juga menjual saham kepada Jupiter Tiger Holdings—diwakili oleh HPWM Global Opportunities VCC—dengan jumlah dan harga yang sama.
Melalui BREN, Prajogo tak hanya dikenal sebagai raja kayu lewat PT Barito Pacific Timber, pemain properti lewat PT Griya Idola, ataupun pemilik bisnis batu bara dan petrokimia. Dia juga membuat gebrakan lewat bisnis geotermal, bisnis energi terbarukan yang berisiko besar.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Energi Baru Sang Raja Kayu"