PENGUSAHA catering yang mencoba cari untung dari jamaah haji
tahun ini ternyata kecewa. Boleh dibilang hampir semua dari 19
perusahaan dari berbagai daerah yang ditunjuk pemerintah untuk
melayani makanan dan minuman jamaah rugi. "Biang keladinya
jadwal perjalanan yang bertambah empat hari," kata H. Soedja'ie
Natakusumah, direktur PT Jampang Kencana dari Jakarta yang
meladeni 200 orang jamaah.
Perjalanan haji itu sendiri sebenarnya tidak melenceng, yaitu 35
hari. Sedangkan hari-hari catering ditetapkan 26 hari saja.
Sebab selama 5 hari jamaah beristirahat di Jeddah urusan makan
minum ditangani Dharma Wanita Unit Dirjen Haji. Sedangkan yang
empat hari lagi (selama di Arafah dan Mina) mereka ditampung
para Syaikh. Tapi masa istirahat di Jeddah itu ternyata
diperpendek sampai 8 jam saja. Karena pemerintah Arab Saudi
tidak mengizinkan tinggal sampai berhari-hari di situ. Akibatnya
yang 4 hari istirahat itu menjadi tanggungan para pengusaha.
Buat JampanL Kencana ini berarti kerugian sekitar Rp 4 juta.
Kalau orang-orang bisnis catering itu mau main keras mungkin
bisa saja. Tetapi karena menyangkut makan-minum kaum kerabat
sendiri yang sedang menjalankan ibadat, soalnya menjadi lain.
"Kalau tidak diberi makan saya tidak tega. Lebih baik saya
layani saja," ucap Nyonya Soefiati Muksin dari CV Mutiara 71.
Dia merugi Rp 6 juta.
Bisnis catering di kalangan jamaah sesungguhnya bukan barang
baru. Tahun 1975 H. Nizmah Zaglulsyah, 41 tahun, artis yang
mengaku pernah membintangi sekitar 100 film itu boleh dikatakan
sebagai pionirnya. Nizmah memang sudah seak lama dikenal
sebagai pengusaha makanan-minuman. Bekerjasama dengan bintang
film Tina Melinda dia pernah membuka restoran Tiniz di Jakarta
Fair. Tahun 1975 dia melayani pejabat tinggi atau orang-orang
kaya yang sedang menjalankan haji. Tahun kemarin dia melayani
jamaah haji Golkar yang dipimpin Amir Murtono.
Tetapi buat pemerintah sendiri dibukanya lapangan usaha ini
untuk meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan jamaah
Indonesia. "Hampir tiap tahun selalu ada kebakaran yang
ditimbulkan kompor yang meledak," kata Dirjen Bimas Islam dan
Urusan Haji, Departemen Agama, H.A. Burhani Tjokrohandoko kepada
TEMPO. Di samping itu dengan memasak sendiri, karena terlalu
lelah jamaah tak sempat memasak sehingga kondisi mereka melemah.
H. Satijo Poerbosoesatijo SH, direktur Penyelenggaraan Urusan
Haji, mengatakan keadaan ini menjadi penyebab kematian. Menurut
catatan tahun 1980 angka kematian 1,4%, sedang tahun ini turun
menjadi 1,1%.
Pelayanan haji dengan catering ini terutama berjalan setelah
keluarnya Keppres nomor 3/1981 tentang pelayanan haji. Dari
66.333 jamaah musim haji tahun ini yang meminta pelayanan cuma
7.419 orang. Berasal dari Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur dan Ujungpandang. Biaya catering diambilkan dari uang saku
yang diterima jamaah masing-masing 150.000 real (Rp 2.700.000).
Sedangkan tarif catering 25 real sehari/orang. Cukup murah di
bandingkan harga rantangan setempat yang 15 real sekali makan.
Ketika akan berangkat para pengusaha sudah memperhitungkan dari
tarif 25 real itu keuntungan mereka berkisar antara 2 sampai 3
real. "Berarti jika sebuah perusahaan menjamin satu kelompok
terbang yang terdiri dari 376 orang, bisa dihitung uang masuk
sekitar Rp 49 juta. Keuntungan bersih ditaksir Rp 4 juta,"
hitung H. Muchtamil, ketua Asosiasi Katering Jamaah Haji
Indonesia, pensiunan navigator GIA.
Yang akur dengan perhitungan tadi cuma PT Catering Service
pimpinan H. Toto Soegondo yang melayani jamaah asal Kalimantan
Selatan. Kalau selera jamaah dari daerah lain ikut menggerogoti
biaya perusahaan karena mereka harus menambah rempah-rempah
Toto mengaku jamaah Kal-Sel tak banyak rewel. Tapi yang paling
menguntungkan katanya, Syaikh di mana para juru masaknya
menumpang sangat membantu. Persediaan air melimpah. Boleh
dikatakan dia tak pernah membeli air, sedangkan perusahaan lain
untuk kebutuhan air saja bisa mencapai Rp 500.000. "Di tempat
saya Syaikhnya malahan ikut makan," cerita Nyonya Soefiati dari
Mutiara 71.
Selain dari perpanjangan 4 hari yang harus ditanggung pengusaha
catering, ketidakpastian tempat jamaah juga ikut memperbesar
kerugian. Nizmah dengan perusahaannya yang bernama Anizah Jaya
dan ikut andil pula dalam PT Farniz Jaya menggerutu karena
jamaah yang harus dia layani dipindahkan pihak pemerintah Arab
Saudi ke tempat lain. "Saya harus mengeluarkan biaya pindah
dapur dan harus menyewa tempat lagi sebesar 10.000 real,"
katanya.
Kerugian yang menimpa kalangan pengusaha catering itu mungkin
tidak seberat sekarang. Soalnya sebagaimana diutarakan Burhani
Tjokrohandoko, sang dirjen urusan haji, biaya yang dikeluarkan
untuk perpanjangan 4 hari itu akan diganti pemerintah. Tapi tak
jelas apakah kerugian PT Rajawali Aero Service, Anizah Jaya dan
Nitour gara-gara 2000 jamaah dari Jawa Barat-yang mendadak
sontak membatalkan permintaan akan diganti juga. Padahal mereka
sudah telanjur mendatangkan juru masak masing-masing 15 orang
dengan biaya penerbangan Rp 1 juta plus gaji Rp 300. 000 per
orang.
Akibat pembatalan sepihak itu Anizah Jaya kata pemiliknya H.
Nizmah Zaglulsyah rugi Rp 20 juta Sedangkan Rajawali Aero
Service yang dipimpin Ketua Asosiasi Katering Haji H. Muchtamil
rugi Rp 5 juta. Tapi ia tampak pasrah saja. "Motivasi utama
catering haji ini hanya ikhlas. Ini sudah saya tanamkan kepada
anggota. Karena kita melayani tamu Allah. Jangan bersikap bisnis
semata-mata," katanya kalem.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini