Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 membawa kabar buruk bagi banyak sektor industri, tak terkecuali properti. Menghadapi kondisi ini, PT Metropolitan Land Tbk., tetap optimistis bertahan dengan mengoptimalkan segmentasi pasar yang sudah ada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Keuangan Metropolitan Land Olivia Surodjo mengatakan, perseroan tetap mengincar konsumen pasar menengah dan menengah ke bawah. Menurut dia, di segmen menengah ke bawah, perseroan membanderol hunian dengan harga di bawah Rp1,5 miliar. “Segmen pasar menengah ke masih memiliki daya beli untuk menyerap penawaran produk properti,” katanya, Kamis, 28 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati, dia melanjutkan, untuk waktu sehabis lebaran biasanya produk properti belum menjadi fokus pembeli. Apalagi ditambah pandemi Covid-19. “Tapi tetap harusnya pasar menengah dan menengah bawah harusnya masih oke,” kata Olivia.
Emiten berkode saham MTLA itu menargetkan pemasaran tahun ini bisa menyentuh Rp2 triliun sampai dengan Rp2,1 triliun. Berdasarkan laporan keuangan 2019, perseroan memiliki persediaan aset lancar real estate mencapai Rp2,30 triliun. Aset itu terdiri dari bangunan siap dijual Rp 76,77 miliar, bangunan dalam konstruksi Rp194,83 miliar dan tanah yang sedang dikembangkan Rp2,03 triliun.
Di sisi lain, MTLA belum berniat memberikan potongan harga atau diskon untuk menjaga penjualan. Manajemen perseroan memilih untuk membatasi pengeluaran atas kegiatan promosi iklan dan pemasaran. Selain itu, menunda pengembangan proyek - proyek baru, memperlambat pembangunan proyek komersial yang sedang berlangsung dan menunda pembelian lahan baru.
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham MTLA tengah naik 3,09 persen atau 12 poin menjadi Rp400 pada 15.00 WIB. Price earning ratio MTLA tercatat 6,29 kali dengan price to book ratio 2,18 kali.
Sebelumnya, CEO Indonesia Property Watch Advisory Group Ali Tranghanda memperkirakan harga properti bakal menurun selama kuartal II tahun 2020. Penurunan harga properti ini menyusul merosotnya bisnis properti akibat wabah virus Corona atau Covid-19.
Ali mengatakan penurunan harga properti berpotensi dialami oleh pasar primer maupun sekunder alias bekas. "Kuartal kedua kayaknya akan ada penurunan 5 persen hingga 8 persen di pasar primer, sedangkan pasar sekunder masih di bawah 5 persen," ujarnya, Kamis, 7 Mei 2020.
Ia juga memprediksi bahwa selama kuartal kedua tahun ini tekanan hebat melanda bisnis properti termasuk segmen residensial. Apalagi, tanda-tanda melesunya bisnis ini tercermin di survei IPW kuartal pertama di 2020. Salah satu faktor penurunan harga properti adalah tingkat permintaan dan daya beli yang menurun menyusul ketidakpastian ekonomi akibat Corona.
Terlebih, masyarakat lebih memilih menyimpan dananya atau membeli kebutuhan pokok lain selama ketidakpastian ekonomi ini masih berlangsung. "Tingkat permintaan [terhadap properti] bisa dikarenakan turunnya daya beli atau turunnya minat (membeli rumah untuk sementara waktu)," ujar Ali.
BISNIS.COM