Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis Sepekan

16 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi Nasional Membaik

PEREKONOMIAN Indonesia pada triwulan pertama tahun ini lebih baik ketimbang tahun lalu. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan, Anggito Abimanyu, mengatakan, ekonomi nasional sepanjang Januari-Maret lalu tumbuh 5,7- 5,9 persen, jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar 4,8 persen.

Nilai ekspor dan impor pun tumbuh masing-masing 14,8 persen dan 11,4 persen. Sinyal positif juga datang dari pergerakan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang relatif stabil di kisaran Rp 9.100 per dolar. Dan cadangan devisa mencapai US$ 47,2 miliar (sekitar Rp 430 triliun) per Maret lalu. "Indeks saham gabungan bahkan sempat mencapai rekor baru pada level 1.922.1," kata Anggito.

Karena itu, ia optimistis laju perekonomian Indonesia tak akan terganjal oleh perlambatan ekonomi Amerika. Namun ekonom Bank BNI Tony Prasetiantono mengingatkan pemerintah agar tak lengah, sebab kemungkinan memburuknya ekonomi global akibat lesunya pasar AS masih terbuka.

Bhakti Kuasai Adam Air

KABAR bakal masuknya Grup Bhakti Investama ke bisnis penerbangan menjadi kenyataan. PT Global Transport Service, anak perusahaan Bhakti menandatangani perjanjian pembelian 50 persen saham PT Adam Skyconnection, perusahaan pengelola maskapai Adam Air. Acara ini dilangsungkan pada Kamis pekan lalu. Tak diketahui jelas berapa nilai transaksi. Hary Djaja, Direktur Utama Bhakti, hanya menyatakan, "Dananya masuk ke Adam Air."

Direktur Utama Adam Skyconnection, Adam Aditya Suherman, mengatakan, dana hasil penjualan saham akan digunakan untuk memperbarui pesawat yang sudah berumur 5-10 tahun. Juga untuk memperbanyak rute penerbangan regional, seperti ke Hong Kong, yang saat ini baru ke Malaysia dan Singapura. "Kami akan berekspansi dengan memperbanyak armada dan meningkatkan rute penerbangan," kata Hary Tanoesoedibjo, Komisaris Utama Bhakti, Jumat malam lalu.

BCA Tarik Dana di SBI

SETELAH berulang kali disentil Wakil Presiden Jusuf Kalla, Bank Central Asia memutuskan akan menarik dananya yang ditempatkan di Sertifikat Bank Indonesia senilai Rp 10 triliun. Bank swasta terbesar di Indonesia ini sempat kena "damprat" Kalla karena investasinya di instrumen moneter itu dinilai kelewat gede: Rp 23 triliun atau sepersepuluh dari total SBI. Sementara kredit yang dikucurkannya terbilang seret.

Dengan investasi sebesar itu, bunga SBI yang dinikmati BCA per tahun mencapai Rp 2,5 triliun. Padahal, total keuntungannya cuma Rp 4 triliun. Sampai sekarang, bank ini masih menikmati "manisnya" dana rekapitalisasi triliunan rupiah yang dikucurkan pemerintah setelah krisis ekonomi berkecamuk delapan tahun silam.

Wakil Presiden Direktur BCA Jahja Setiadmadja mengatakan, penarikan dana di SBI akan dilakukan bertahap. "Mungkin mulai bulan depan," ujarnya di Jakarta pada Rabu pekan lalu. Rencananya, dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi kredit dalam pembiayaan proyek infrastruktur. "Termasuk untuk pembiayaan jalan tol."

Enam Ribu Importir Terancam

DIREKTORAT Jenderal Bea dan Cukai merekomendasikan pencabutan izin enam ribu importir. Sebab, dari hasil pemeriksaan mereka terbukti menyalahi ketentuan yang berlaku. Meski begitu, kata akhir ada pada Departemen Perdagangan selaku lembaga yang berwenang mengeluarkan izin. "Mereka yang memutuskan," kata Direktur Teknis Kepabeanan Bea dan Cukai, Teguh Indrayana, Senin pekan lalu.

Menurut Teguh, 3.000 importir terbukti melanggar fasilitas kepabeanan. Sedangkan separuh sisanya tidak melakukan kegiatan impor selama satu tahun. Karena itu, Bea dan Cukai telah memblokir izin impor mereka. Dengan pemblokiran itu, importir yang aktif tinggal 9.000. Dari jumlah itu, 300 importir masuk golongan berisiko tinggi. "Mereka melakukan aktivitas impor secara sembunyi-sembunyi atau hit and run," kata Teguh. n

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus