Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harga Beras Melonjak
HARGA beras di sejumlah daerah kembali melonjak tajam. Di Solo, beras jenis IR-64 yang paling rendah kualitasnya sempat mencapai harga Rp 5.500 per kilogram pekan lalu. Di Manado, harga beras jenis yang sama bahkan mencapai Rp 7.000. Padahal, normalnya, harga beras jenis ini berkisar Rp 4.000 per kilogram.
Menurut Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, harga itu melejit karena pasokan beras terhambat. "Cuaca buruk menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan," katanya. Agar harga kembali normal, pemerintah telah mengalokasikan 20 ribu ton beras untuk operasi pasar selama bulan Februari. Jika harga tetap tinggi, pemerintah akan mengimpor 500 ribu ton beras lagi, di luar impor 500 ribu ton pada Maret-April 2007.
Menteri Koordinator Perekonomian Boediono yakin, lewat operasi pasar, harga beras akan segera turun. Kenyataannya, operasi pasar belum menampakkan hasil. Misalnya, di Yogyakarta, 50 ton beras yang dipasok Bulog Divisi Regional Yogyakarta ludes dibeli masyarakat dalam waktu satu jam. Dan harga beras tetap tinggi. Di beberapa kota lain, para pedagang malah ikut antre menikmati beras operasi pasar tersebut.
Penanganan Banjir Butuh Rp 2,7 triliun
BADAN Perencanaan Pembangunan Nasional memperkirakan upaya penanganan banjir di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) bakal menelan dana lebih dari Rp 2,7 triliun. Anggaran sebesar itu diperlukan untuk pembangunan kanal banjir di wilayah timur Jakarta serta penanganan wilayah hulu di Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur. "Daripada kehilangan dana setiap tahun atau lima tahunan, sekaligus saja biayanya dihitung semua," kata Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzetta.
Direktur Perkotaan, Tata Ruang, dan Pertanahan Bappenas Luky Eko Wuryanto memperkirakan jumlah total kerugian akibat banjir selama sepekan per 1 Februari lalu di kawasan Jabodetabek mencapai Rp 8 triliun. Khusus di wilayah DKI Jakarta, kerugian mencapai lebih dari Rp 4,7 triliun. Angka ini mencakup kerusakan aset infrastruktur pemerintah serta hilangnya kesempatan bagi dunia usaha.
Bimantara Jual Saham MNC
KELOMPOK usaha Bimantara akan menjual 20-30 persen saham PT Media Nusantara Citra (MNC) ke publik. Saham perusahaan induk dari tiga stasiun televisi swasta, RCTI, TPI, dan Global TV, itu rencananya akan dilego lewat penawaran umum saham perdana (IPO) pertengahan tahun ini.
Director & Corporate Secretary Bimantara Edwin Kawilarang mengatakan dana hasil penjualan saham akan digunakan untuk memperkuat bisnis media pe-nyiaran, khususnya di bidang program siaran, investasi peralatan, dan jaringan media cetak.
Dana itu akan dipakai pula untuk mengakuisisi sedikitnya 51 persen saham Indovision, televisi berlangganan dengan sistem teknologi satelit. "Indovision akan menjadi anak perusahaan Bimantara," kata Edwin pekan lalu. Rencananya, Bimantara akan berganti nama, sesuai dengan fokus perusahaan di bisnis media dan telekomunikasi.
Bakrie Bidik Jawa Tengah
PT Bakrie Telecom Tbk. membidik Jawa Tengah untuk meluaskan pangsa pasar Esia. Selama ini, produk telepon seluler yang berbasis teknologi code division multiple access itu baru dipasarkan di wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.
Menurut Direktur Jasa Korporasi Bakrie Telecom Rakhmat Junaidi, Jawa Tengah dipilih karena wilayah ini bersama Jawa Timur merupakan pengguna jasa telepon seluler terbesar setelah Jakarta. "Semarang dan Solo merupakan prioritas utama," katanya di Semarang, Senin pekan lalu.
Hingga akhir tahun ini, Bakrie menargetkan bisa membuka jaringan baru di 17 kota di seluruh Indonesia. Menurut Deputi Presiden Direktur Bakrie Telecom Erik Meijer, sudah dianggarkan dana belanja modal sebesar Rp 2 triliun untuk keperluan tersebut. Di antaranya untuk membangun 800 menara base transceiver station baru.
DA Candraningrum, Sohirin (Semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo