Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HINGGA dua pekan lalu, sudah empat hari dua mobil itu teronggok di pojok garasi. Air terus merongrong tubuh mulusnya, hingga merendam jok. Pemiliknya, Patrialis Akbar, tak kuasa berbuat apa-apa dalam kubangan besar yang tiba-tiba menghampiri rumahnya, juga para tetangga.
Dua hari kemudian, anggota DPR-RI itu baru bisa bernapas lega. Petugas bengkel menderek Chevrolet hitamnya, sedangkan Carnival cokelat bisa dikendarai meninggalkan Jalan Cakrawijaya V, Cipinang Muara, Jatinegara, menuju bengkel di Jalan Kalimalang, Pondok Bambu. Politisi Partai Amanat Nasional itu harus menunggu paling tidak sepekan, sebelum kedua mobil bisa dipakai lagi. ”Untung, ada teman yang mau meminjamkan mobil,” katanya.
Setelah banjir, bengkel memang bak panen raya. Lihatlah bengkel Astra Daihatsu Motor di Sunter. Agus Sri Mardianto, kepala bengkel, sudah hampir kewalahan. Tak kurang dari seratus unit mobil menunggu antrean di sana, sampai ke areal parkir. Bahkan satu ruas Jalan Laksamana Yos Sudarso di depan bengkel sudah digunakan. Untunglah, kemudian, ”Peugeot mengizinkan area parkirnya digunakan,” kata Agus.
Untuk menangani ”banjir pasien” itu, dibutuhkan tiga tenaga mekanik tambahan, sehingga semuanya 36 mekanik—belum terhitung tenaga di salon mobil. Ada tiga kategori ”pasien”: yang terendam seperempat, setengah, atau sekujur bodi. Biayanya pun berurutan: Rp 2,5 juta, Rp 4 juta, dan Rp 4,7 juta, belum termasuk penggantian suku cadang. Lama pengerjaan satu sampai tiga minggu.
Pendapatan bengkel meningkat hingga 200 persen. ”Yang biasanya sehari Rp 50 juta jadi Rp 200-an juta,” kata Agus. Namun, sebagai bentuk simpati, bengkel tetap memberikan diskon hingga 20 persen. Sampai pekan lalu bengkel ini sudah menyelesaikan 150 mobil korban banjir.
Bengkel Toyota Astra Motor di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, tak kalah heboh. Tenda biru dibentangkan di atas jalan keluar-masuk kendaraan di samping gedung utama. Di bawahnya, empat petugas terlihat tekun menyemprotkan air, membersihkan mesin, atau membongkar jok. Perbaikan kendaraan juga dibagi dalam empat kategori: air hanya mencapai karpet, mencapai kursi, sampai di bawah panel instrumen, dan di atas panel instrumen.
Akan halnya area parkir dan tenaga mekanik, keterbatasannya sama saja. Bahkan beberapa suku cadang harus dipesan. Dadi Hendriadi, kepala bengkel, terpaksa membuat daftar tunggu. Jika customer berkeras, akan dialihkan ke satu dari 23 bengkel Toyota Auto 2000 di seluruh Jakarta.
Hanya, untuk peralatan keselamatan seperti antilock braking system, traction control, atau airbag, yang didesain untuk digunakan selamanya, Dadi angkat tangan. ”Tidak bisa diperbaiki,” katanya. ”Harus diganti. Tapi kita kirim order dulu ke prinsipal di Jepang.”
Tak hanya bengkel besar milik agen tunggal pemegang merek yang kebagian ”rezeki banjir”. Lihatlah Nawilis. Manajer operasional bengkel ini, Bambang Setyono, mengatakan bengkelnya mengalami kenaikan pendapatan hingga 20 persen. Itu terjadi di bengkelnya di Tanah Abang dan di Jalan Radio Dalam—keduanya di Jakarta. Bedanya dengan bengkel pemegang merek, Nawilis akan menolak jika kerusakan tergolong parah, seperti turun mesin.
Muchamad Nafi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo