Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis Sepekan

26 Juli 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mobil Naik Daun

PENJUALAN mobil pada semester pertama tahun ini meningkat tajam: 226.155 unit—naik 32,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dari jumlah itu, penjualan kendaraan non-komersial/kendaraan penumpang mencapai 147.876 unit. Karena itu, target penjualan mobil hingga akhir tahun ini, 420 ribu unit, diyakini akan tercapai. Toyota Astra Motor dalam siaran persnya memprediksi penjualan otomotif di dalam negeri pada semester II nanti juga akan tumbuh signifikan seiring rencana peluncuran sejumlah mobil baru.

Toyota menguasai 32,2 persen dari total penjualan 226.155 unit itu, atau 72.721 unit. Artinya, naik 45,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Honda mencatat kenaikan penjualan 99 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Presiden Direktur PT Honda Prospect Motor, Kenzi Otaka, mengatakan total penjualan Honda jenis sedan dan non-sedan naik 9.679 unit, sehingga total penjualan Honda hingga akhir Juni 2004 mencapai 19.412 unit. Penjualan separuh tahun ini hampir menyamai penjualan total Honda 2003 lalu, yaitu 21.650 unit.

Rame-rame Menghadang Udang

INILAH wajah perdagangan bebas dunia. Akibat Amerika Serikat menutup pasar udangnya dengan mengenakan bea masuk tinggi hingga 112 persen, Indonesia jadi korban. Betapa tidak, pasar Indonesia pun dibanjiri udang Cina dan Vietnam yang biasa dijual ke pasar Amerika.

Menurut catatan Departemen Kelautan dan Perikanan, hingga Juni lalu volume udang impor sudah mencapai 554 ton. Padahal biasanya volume impornya jauh di bawah itu. Pengusaha udang lokal pun kalang-kabut. Mereka khawatir, kalau tidak ditahan, volume udang impor makin menggelembung. Ujung-ujungnya, produsen udang di Tanah Air akan bangkrut perlahan.

Karena itu asosiasi produsen udang mengusulkan kepada pemerintah agar segera menaikkan bea masuk udang 40 persen. Menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini M.S. Soewandi, bersama Departemen Kelautan dan Perikanan, serta Departemen Keuangan, pemerintah tengah mengkaji kemungkinan kebijakan pelarangan sementara impor udang ke Indonesia.

Alternatifnya, menaikkan bea masuk udang 40 persen. Besaran ini sudah mengacu pada ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pemerintah mengaku sangat hati-hati karena khawatir terjadi "pembalasan" dari negara lain. "Diharapkan keputusannya dapat diambil dalam pekan ini," kata Rini.

Banjir Beras Impor

APARAT Bea dan Cukai di negeri ini tak pernah kekurangan tantangan. Setelah gula, daging, dan macam-macam, kini muncul urusan beras. Menurut data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dan Asosiasi Pedagang Beras Internasional (IRT), volume impor beras ilegal ke Indonesia sejak Januari hingga 12 Mei tahun ini mencapai 1,25 juta ton.

Berdasarkan data ini, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) memperkirakan hingga akhir tahun volume beras impor ilegal bisa mencapai 2 juta ton. Nah! Menurut Ketua Umum HKTI, Siswono Yudho Husodo, beras haram itu datang dari berbagai negara seperti Thailand, Australia, Amerika Serikat, Vietnam, Pakistan, dan India. Pintu masuknya hampir semua pelabuhan besar di Indonesia, termasuk Belawan dan Tanjung Priok.

Modusnya bisa mengganti dokumen impor, misalnya dengan menyatakan beras sebagai gandum. "Tapi penyelundupan itu tidak mungkin dilakukan tanpa kerja sama petugas Bea dan Cukai," kata Siswono kepada pers. Sayangnya, banjir beras impor ilegal ini terjadi ketika produksi padi tahun ini semakin baik.

Data HKTI menyebutkan, produksi gabah kering giling nasional sampai akhir tahun sebanyak 54 juta ton. Dari jumlah itu, yang jadi beras sekitar 33,7 juta ton. Padahal konsumsi nasional baru 33,1 juta ton. Artinya, swasembada pangan sudah terjadi pada tahun ini. Karena itu Siswono mendukung rencana pemerintah memperpanjang larangan impor beras yang dilakukan sejak Januari sampai akhir Agustus. "Bahkan harus ditutup sampai akhir tahun," ujarnya.

Lelang Bersyarat Gula Selundupan

PERJALANAN 56 ribu ton gula ilegal tampaknya berakhir setelah pemerintah memutuskan gula itu akan dilelang. Tapi pemenang lelang wajib membeli gula petani pada panen raya 2005 dengan harga minimal Rp 3.410 per kilo. Inilah kompensasi insentif harga yang diberikan kepada pemenang lelang. Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Rini M.S. Soewandi, menilai cara itu sama dengan logika yang dipakai dalam kebijakan tata niaga gula, yaitu melindungi harga di tingkat petani.

Ia menambahkan satu syarat lagi: gula itu hanya boleh dijual di luar Jawa. Sebab, dari panen tebu petani tahun ini, kebutuhan gula di Jawa diproyeksikan masih cukup sampai awal 2005. Karena itu, kuota impor gula 2005 harus dikurangi dengan jumlah gula yang dilelang. "Jadi, kalau kuota impor 2005 adalah 400 ribu ton, kuota itu harus dikurangi gula ilegal yang 56 ribu ton itu," katanya.

Daging Ilegal Dipulangkan

PEMERINTAH akhirnya jadi juga memulangkan 41 dari 141 peti kemas daging yang ditahan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Daging ini memang seharusnya tidak boleh masuk ke Indonesia karena berasal dari negara yang belum bebas dari penyakit ternak seperti mulut dan kuku dan sapi gila. Daging itu kini tinggal menunggu kapal yang akan membawanya ke Singapura dan Amerika Serikat. Lima kontainer daging dimusnahkan karena sudah membusuk. Sebelumnya, 10 kontainer daging dimusnahkan pada Juni lalu.

Bank Permata Laris Manis

IBARAT gadis rupawan, Bank Permata ramai dilirik investor. Hingga kini ada 32 investor yang menyatakan minatnya membeli 71 persen saham pemerintah yang akan dilego itu. Dari jumlah itu, 12 merupakan investor lokal, 20 investor asing. Menurut Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) M. Syahrial, sebagian besar investor merupakan institusi perbankan.

Investor lokal disyaratkan ekuitasnya harus lebih tinggi dari Bank Permata, atau kira-kira di atas Rp 2 triliun. Bank lokal yang mengaku berminat meminang Bank Permata antara lain Bank BRI, Mandiri, BCA, dan Buana. Untuk memuluskan penjualan ini, PT PPA akan melakukan penjajakan pasar, atau roadshow, mulai pekan depan, ke empat kota, yakni Singapura, Hong Kong, Kuala Lumpur, dan London. Pemerintah ingin bank ini bisa dijual 1,8 kali dari nilai bukunya. "Kami menargetkan, pada akhir Desember ini penjualan sudah selesai," kata Syahrial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus