Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Susan, Biru Eksklusif

Tak betah ngantor, dia bikin tas dengan merek sederhana. Kini 80 persen produknya diekspor.

26 Juli 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUK ukuran pengusaha, usia perempuan ini tergolong muda, 29 tahun. Apalagi jika diingat bisnisnya sudah merambah ke berbagai belahan bumi dengan omzet miliaran rupiah. Dengan merek sangat Indonesia, Biru, Susan Aryanthi, pemilik PT Biru Dirama, memproduksi tas pesta dan kasual yang umumnya terbuat dari bahan kain dipadu berbagai aksesori.

Susan merintis usahanya pada April 1999, dengan modal awal sekitar Rp 10 juta. Selang lima bulan kemudian, ia memberanikan diri membuka gerai di Plaza Indonesia. Produksi tas yang 100 unit sebulan pada 1999, hanya dalam setahun meroket jadi 500 unit sebulan. Kini produksi tasnya sudah mencapai rata-rata 800 unit sebulan. Omzetnya? "Masih di bawah Rp 10 miliar setahun," kata wanita kelahiran Jakarta itu.

Sebelum membuka usaha ini, Susan bekerja di Boston Consultant Group, Jakarta. Setelah dua tahun, jebolan sekolah bisnis Boston University, Amerika Serikat, itu akhirnya tak betah. Bukan soal gaji. Ia ingin membuat produk berselera tinggi dan punya merek sendiri. Ternyata teman-teman sekantornya dulu suka pada produk Biru. "Saya merasakan kepuasan batin di usaha ini," katanya.

Tak bisa dilupakan, putri ketiga pasangan dokter ahli jantung Prof. dr. Teguh Santoso dan Dewi Santoso ini juga sangat beruntung didukung kedua orang tuanya. Mereka meminjaminya rumah di kawasan elite Pondok Indah, Jakarta, yang digunakannya sebagai workshop. Itu sebabnya modalnya tak besar. Tapi soal workshop, katanya, tak mesti di kawasan elite. Yang penting justru alat kerjanya.

Ketika memulai usaha, dia dibantu tiga karyawan. Dua tukang sulam dan satu penjahit. Awalnya Susan sempat bermitra dengan seorang temannya yang berpendidikan desain. Tak sampai setahun mereka pisah karena beda selera. Kini ia didukung lebih dari 60 karyawan, yang dipilih selektif. Kriterianya: tinggi produktivitas dan bisa bekerja sesuai dengan target.

Susan tidak ngoyo menggenjot produksi, demi menjaga mutu. Peningkatan produksi biasanya terjadi pada Agustus-Desember. Itulah musim libur, banyak acara pesta, Natal, Lebaran, ditutup Tahun Baru. Agar produknya terserap pasar, Susan selalu membangun komunikasi dengan pembelinya, terutama di luar negeri, tentang tren mode, warna, dan aksesori yang digandrungi pada musim tertentu.

Komunikasi ini penting, karena kini 80 persen produknya diekspor. Tadinya hanya ke Amerika dan Singapura. Belakangan melebar ke Malaysia, Brunei Darussalam, Kanada, Denmark, dan Inggris. Pasar dalam negeri terkonsentrasi di Jakarta, meski ia pernah membuka cabang di Surabaya. "Saya lebih baik berkonsentrasi di pasar ekspor dan Jakarta," kata wanita yang tahun lalu menikah dengan Rufi Susanto, pengusaha alat-alat kesehatan itu.

Susan ingin tas buatannya tetap eksklusif, agar bisa bersaing dengan tas impor bermerek. Karena itu tak mengherankan bila konsumennya rela membeli tas Biru yang kini harganya bergerak antara Rp 700 ribu dan Rp 1,7 juta. Sekitar 50 persen bahan baku produknya didatangkan dari luar negeri. Bahan dari dalam negeri pun dicari yang berkualitas tinggi.

Satu dari pelanggan tas Biru adalah Moza Pramitha. Wanita muda yang sering menjadi pembawa acara ini mengakui, desain Biru memahami kebutuhan konsumen. Ukurannya pas, corak dan warnanya bervariasi, mudah disesuaikan dengan pakaian. "Harganya juga pas," kata Moza. Lagi pula, "Buat apa beli tas yang sangat mahal tapi dipakai sebentar, karena mode selalu berubah?"

Taufik Kamil

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus