Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengejar target pemeriksaan 10 ribu tes polymerase chain reaction atau PCR per hari untuk mempercepat deteksi Covid-19. Pengadaan sarana dan prasarana pendukung tambahan tes PCR ini mengandalkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta hibah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaksana tugas Deputi II Bidang Penanganan Darurat BNPB, Dody Ruswandi, menyatakan pemeriksaan hingga 10 ribu tes per hari masih sulit dilakukan lantaran kapasitas laboratorium yang ada belum mencukupi. "Baik peralatan dan sumber daya manusianya masih terbatas," kata dia, kemarin. Padahal, pemeriksaan massal dapat mempercepat penanganan Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, pemerintah harus memastikan ketersediaan ruang rawat pasien. Pasalnya, tes massal berpotensi menambah panjang daftar orang yang terjangkit Covid-19. Dody mengatakan sejumlah pemerintah daerah sudah mulai mempersiapkan alih fungsi gedung tak terpakai hingga gedung baru. Pemerintah Provinsi Jawa Timur, misalnya, meningkatkan kapasitas bekas rumah sakit kelamin di Surabaya untuk penanganan Covid-19.
Dody menargetkan persiapan di laboratorium dapat rampung pekan depan. Dia mengatakan pemeriksaan massal berpotensi menambah jumlah kasus positif Covid-19. Jumlahnya diperkirakan mencapai 40 ribu kasus. "Jadi, jangan kaget jika mulai minggu depan angka positif melonjak," ujar dia. Dia memprediksi lonjakan jumlah kasus akan terjadi pada awal Juni dan, setelah itu, kasus Covid-19 diharapkan menurun.
Sekretaris Utama BNPB, Harmensyah, mengatakan peningkatan kapasitas laboratorium salah satunya dilakukan dengan menambah pengadaan reagen PCR. BNPB telah menyalurkan dana Rp 21 miliar untuk pengadaan barang tersebut serta santunan bagi petugas medis. Dana tersebut berasal dari hibah dalam dan luar negeri yang dihimpun BPNB. Harmensyah menuturkan nilai total dana hibah yang tersisa saat ini sebesar Rp 198 miliar. BNPB juga menggunakan dana ABPN untuk membeli reagen PCR.
Deputi Bidang Logistik dan Peralatan BNPB, Prasinta Dewi, mengatakan pengadaan reagen PCR di dalam negeri mencapai 991 ribu per 11 Mei 2020. Jumlah total reagen yang telah didistribusikan sebanyak 779 ribu. Prasinta mengatakan jumlah total reagen tersebut belum mencukupi kebutuhan pemeriksaan 10 ribu tes per hari. BNPB akan memfokuskan pengadaan PCR lebih banyak ke depan. BNPB belum akan mengadakan alat rapid test lagi. "Karena alasan akurasi," ujar dia.
Dalam investigasi Tempo bersama Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP), salah satu alat uji cepat yang beredar di dalam negeri diduga tak akurat. Alat tersebut antara lain Biozek, yang didatangkan Kimia Farma dari Inzek International Trading BV di Apeldoorn, Gelderland, Belanda. Barang tersebut diduga diproduksi di Cina oleh Hangzhou AllTest Biotech Co Ltd dan hanya dikemas ulang dengan merek Biozek oleh Inzek.
AllTest dan Inzek mengklaim alat uji cepat tersebut memiliki akurasi hingga 92,9 persen untuk mendeteksi immunoglobulin M (IgM) dan 98,6 persen untuk mendeteksi immunoglobulin G (IgG). Namun sejumlah penelitian menunjukkan hasil yang berbeda.
Penelitian Sir John Bell dari Oxford University menunjukkan tingkat akurasi peralatan uji cepat itu jauh lebih rendah. Buntut dari penelitian ini, Inggris membatalkan pembelian jutaan alat tes asal Cina tersebut. Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo serta Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno Putro tak merespons saat dimintai konfirmasi mengenai temuan tersebut. AHMAD FAIZ | IBNU SANIl | VINDRY FLORENTIN
BNPB Kejar Target Pemeriksaan Massal
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo