Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bos Bapanas Tanggapi Potensi Kritis Gula Konsumsi di Transisi Giling 2025: Produksi Harus Naik

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan pemerintah akan meningkatkan produksi gula konsumsi tahun depan.

31 Desember 2024 | 10.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi ditemui usai Rapat Koordinasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Menjelang HBKN Nataru 2024/2025 di kantor Bapanas, 5 Desember 2024. TEMPO/Hanin Marwah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menanggapi potensi kritis di masa transisi giling 2025 yang mengancam agenda menyetop impor gula konsumsi pada tahun depan. Ia mengatakan, pemerintah akan meningkatkan produksi komoditas itu tahun depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau stok akhir tahun ini sudah 700 ribu sekian, berarti itu yang jadi andalan stok awal tahun depan. Tapi produksinya harus naik. Ini semangatnya harus dikejar. Berat, iya berat. Berat memang. Tapi itu semangatnya itu harus diambil. Momentumnya juga harus diambil," ujar Arief saat dihubungi Tempo, Sabtu, 28 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk menggenjot produksi, Arief mengatakan, bibit tebu harus merupakan varietas unggul. Varietas ini dicirikan dengan tinggi mencapai 4 meter dan jarak antarruas 35–40 sentimeter. Ia mengatakan, mustahil produksi naik jika varietasnya stunting.

Arief menambahkan, varietas juga harus diperbarui setiap tahun. Varietas tak boleh sama dengan yang ditanam 5 hingga 20 tahun lalu. Varietas harus sudah adaptif terhadap berbagai cuaca, termasuk El Nino dan La Nina.

Selain bibit, Arief mengatakan pemerintah mengupayakan peningkatan pupuk bersubsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton pada tahun depan. Pupuk ini akan disediakan bagi total lahan seluas sekitar 2 juta hektare. Ia juga menagtakan pemerintah mengupayakan pembangunan dan perbaikan irigasi untuk menopang ketersediaan air.

Ekonom Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori sebelumnya meragukan ambisi pemerintah menyetop impor gula konsumsi pada tahun depan. Pasalnya, stok gula konsumsi akan kritis pada masa transisi giling sekitar Juni hingga September 2025.

Tahun depan, pemerintah membidik produksi gula konsumsi mencapai 2,58 juta ton. Angka ini naik dari produksi tahun ini yang diperkirakan mencapai 2,46 juta ton. Adapun stok akhir tahun ini yang akan menjadi stok awal tahun depan yakni sebesar 1,47 juta ton.

Khudori memperkirakan, stok 1,47 juta ton itu hanya cukup memenuhi kebutuhan selama 6 bulan atau sampai Juni 2025. Sedangkan musim giling tebu pabrik gula dalam jumlah kecil baru mulai pada Mei 2025 dan dalam jumlah besar mulai pada bulan berikutnya. Musim giling biasanya berlangsung sampai Oktober atau November.

Gula hasil giling tebu juga memerlukan waktu untuk masuk ke pasar. Khudori mengatakan, waktu yang diperlukan gula untuk masuk kepasar bisa setengah sampai satu bulan. “Kalau pemerintah tetap tabah dengan stok yang ada, titik kritisnya di situ,” ujar penulis buku Gula Rasa Neoliberalisme ini saat dihubungi Tempo, Selasa, 24 Desember 2024.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus