Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bos Pertamina, Siapa Dia

17 Agustus 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kursi Direktur Utama Pertamina kian terasa panas bagi Baihaki Hakim. Bekas orang nomor satu di Caltex Indonesia ini, sejak Februari 2000 lalu, dilantik sebagai Direktur Utama Pertamina dan kini didengung-dengungkan akan segera lengser. Desas-desus pelengseran sudah beredar sejak tahun lalu, tapi isu yang bertiup belakangan ini terlalu kuat untuk disepelekan. Apalagi sumber TEMPO di pemerintahan menyebutkan bahwa, "Pergantian Direksi Pertamina sebetulnya memang sudah disiapkan sejak awal tahun ini."

Rumor pelengseran Baihaki dibumbui dengan nama-nama calon penggantinya. Kala itu sempat beredar nama Deputi Menteri BUMN Roes Aryawidjaja dan Ari H.S.—keduanya orang dalam Pertamina—sebagai kandidat. Nama lain adalah Presiden Direktur LNG Badak, Harry Purnomo, yang juga pernah menjadi Direktur Pemasaran Dalam Negeri Pertamina.

Setelah melalui seleksi yang dilakukan tiga komisaris, yaitu Purnomo Yusgiantoro, Laksamana Sukardi, dan Boediono—Kwik Kian Gie dan Bambang Kesowo tidak ikut karena absen—akhirnya muncul nama Roes Aryawidjaja sebagai calon tunggal. Namanya diajukan kepada Presiden Megawati Soekarnoputri pada Maret silam oleh Purnomo dan Laksamana. Tapi, menurut sumber TEMPO tersebut, saat itu Megawati memberi isyarat menolak dengan menanyakan ketidakhadiran Boediono.

Sebulan kemudian, Purnomo, Laks, dan Boediono kembali mengusung nama Roes ke meja Presiden. Kali ini Megawati terang-terangan menampik. Ia meminta ketiga pembantunya itu mengajukan nama lain. Megawati sendiri tidak mempersiapkan seorang calon pun, sehingga proses penggantian agak tersendat.

Bambang Kesowo, yang tidak aktif melakukan seleksi, ternyata diam-diam mengelus jagonya sendiri, yakni Gatot Karyoso Wiroyudo. Gatot pernah menjadi Direktur Hulu Pertamina, tapi Megawati juga tidak berkenan padanya.

Alhasil, sampai sekarang belum ada kandidat yang pasti. Nama-nama calon yang baru masih terus bermunculan. Ada Cyril Noerhadi, bekas Direktur Utama Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Iin Arifin Takhyan, Direktur Jenderal Minyak dan Gas.

Kira-kira siapa akhirnya yang akan terpilih? Pertanyaan ini masih sulit dijawab. Purnomo Yusgiantoro cuma menyatakan semua nama di atas memang masuk daftar nominasi. Tapi diakuinya bahwa kini ia tak memiliki wewenang lagi. Setelah Pertamina menjadi persero dan ada perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), "Pemilihan direksi Pertamina akan menjadi wewenang Menteri BUMN," ujarnya.

Dalam penilaian orang-orang yang mengkritiknya, Baihaki dianggap sudah pantas dipensiunkan. Semasa ia memimpin Pertamina, kinerja BUMN yang memiliki aset Rp 150 triliun ini terus menurun. Secara keseluruhan, produksi minyak Pertamina dan produsen kontrak bagi hasil cuma sedikit melebihi 1 juta barel per hari. Jumlah itu tak memenuhi kuota dari organisasi produsen minyak dunia (OPEC), yang sekitar 1,3 juta barel per hari.

Kondisi itu terasa menyedihkan karena Indonesia memiliki cadangan minyak yang lumayan, sedangkan harga minyak dunia sedang bagus-bagusnya. Seandainya bisa meningkatkan produksi, tentu keuntungan yang diperoleh akan berlipat ganda.

Bekas Presiden Direktur Caltex Indonesia itu juga dianggap kurang menyuarakan aspirasi Pertamina dalam penyusunan Undang-Undang Migas di DPR. Akibatnya, keluarlah peraturan yang memecah Pertamina dalam tiga unit bisnis. Ia pun dinilai gegabah menutup perwakilan Pertamina di Amerika. Padahal negara itu merupakan pasar LNG yang besar di masa mendatang.

Baihaki sendiri tenang saja menanggapi kabar angin yang menerpa dirinya. Ia mengaku belum mendapat pemberitahuan dari pemerintah ataupun komisaris. "Jika merujuk pembahasan AD/ART, susunan direksi selama masa transisi tak akan mengalami perubahan," ujarnya. Dan masa transisi yang disebutnya itu berlangsung sampai November mendatang.

Soal penilaian atas kinerja Pertamina, ia mengaku sejauh ini belum mendapat teguran dari pemerintah. Perihal penutupan kantor di Houston, Texas, AS, ia melakukan itu demi efisiensi. "Kantor itu ditutup dua tahun lalu karena tak banyak yang bisa diperbuat oleh perwakilan Pertamina di sana," ujarnya tegas.

Baihaki berprinsip kantor perwakilan di luar negeri hanya akan tetap dipertahankan jika di sana memang ada pasar untuk produk Pertamina. Itu sebabnya ia tetap membuka kantor di Jepang. "Kantor itu penting untuk memasarkan gas di sana," ujarnya.

Nugroho Dewanto, Ali Nur Yasin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus