Zaman keemasan minyak tanah akan berakhir di akhir Pelita VI nanti. Itu akan terjadi jika rencana pembangunan pabrik briket batu bara yang dilakukan PT Tambang Batubara Bukit Asam berjalan lancar. Pekan lalu, BUMN ini telah meneken perjanjian dengan China National Coal Mining Equipment, sebuah badan usaha milik pemerintah Cina, untuk membangun dua pabrik briket, masing-masing di Ciwandan, Jawa Barat, dan Gresik, Jawa Timur, pada akhir 1993. Investasi kedua pabrik, yang masing-masing berkapasitas 500.000 ton per tahun, menelan biaya sekitar US$ 23 juta, dan seluruhnya diambil dari kocek Bukit Asam. ''Dari Cina kami hanya membeli mesin-mesin dan teknologinya,'' kata Ambyo S. Mangunwijaya, Dirut Tambang Batubara Bukit Asam. Cina memang layak terpilih sebagai mitra. Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar di Negeri Tirai Bambu ini bukan lagi hal baru. Buktinya, dari 1,2 miliar ton briket yang diproduksi Cina setahun, hanya 25 juta ton saja yang diekspor. Itu berarti sebanyak 1,175 miliar ton briket dikonsumsi di dalam negeri. ''Dalam soal ini, Cina memang lebih maju ketimbang negara- negara lain,'' kata Ambyo. Itulah sebabnya, kelak untuk pembangunan empat pabrik lainnya, Bukit Asam akan tetap memakai mitra yang satu ini. Mengapa keenam pabrik briket dibangun di Pulau Jawa? Setelah diperhitungkan, kata Ambyo, ternyata lebih efisien mendirikan pabrik di daerah pemasaran daripada di lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku. Keuntungan lain, dengan lebih dekat ke pasar, investasi Bukit Asam diperkirakan akan kembali dalam waktu tujuh tahun sejak pabrik beroperasi. Hanya saja, pembuatan briket tidak akan dimonopoli BUMN. Selain Bukit Asam, yang pada akhir Pelita VI akan memiliki enam pabrik berkapasitas total 3 juta ton, akan ada beberapa perusahaan swasta yang ikut terjun. Mereka belum diketahui siapa yang berminat ditargetkan untuk membangun pabrik briket dengan kapasitas 1,8 juta ton. Jadi, klop dengan target konsumsi batu bara yang direncanakan sekitar 4,8 juta ton setahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini