Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan teknologi untuk memperpanjang umur komoditas hortikultura. Teknologi tersebut dapat digunakan untuk cadangan konsumsi nasional dan ekspor hortikulutra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Sri Lestari mengatakan setidaknya ada 61 teknologi yang sedang dikembangkan oleh BRIN. Beberapa di antaranya sudah siap untuk digunakan.
“Berikut ada contoh aplikasi riset dan inovasi untuk produk Hortikultura dari BRIN. Jadi kira-kira ada 61 riset, dan ada beberapa yang sedang berjalan juga,” tutur Puji dalam acara webinar bertajuk Produk Sawit untuk Hortikultura – Peningkatan Kemitraan UMKM antar-Sektor pada Selasa, 4 Oktober 2022.
Teknologi-teknologi itu yang pertama adalah pengemasan map (atmosfir termodifikasi). Metode ini sudah pernah diujicobakan untuk mengekspor buah salak ke Malaysia. Setelah pembongkaran, kerusakan buah rata-rata kurang dari 2 persen atau turun dari sebelumnya kerusakan 70 hingga 80 persen.
Kedua, teknologi ethylene blocker 1-methylcyclopropene (1-MC). Teknologi ini memperlambat kematangan pisang. Teknologi 1-MC disebut dapat memperlambat kematangan 7 hingga 8 minggu. Selain itu, metode itu bisa memperpanjang umur pisang hingga 2 bulan.
Selanjutnya, terdapat teknologi instore drying untuk pengeringan dan penyimpanan bawang merah. Puji mengatakan teknologi ini dapat menjaga kualitas bawang meski telah disimpan lama.
“Keunggulannya bisa menekan kerusakan bawang merah dari 20 persen menjadi 10 persen. Mempertahankan kualitas warna, tekstur dan VRS, serta daya simpan menjadi 2 hingga 3 bulan dari 4 minggu, mengatasi kendala pengeringan bawang pada musim hujan. Tentu saja dapat menekan kehilangan hasil dan kerusakan,” ujarnya.
Kemudian, BRIN memiliki teknologi pengawetan buah dengan metode coating, yaitu pelapisan buah oleh bahan turunan sawit.
“Metode dengan coating ini sudah kita lakukan saat ini dan Insya Allah sudah bisa diaplikasikan dan diadopsi oleh pertani dan pengusaha. Bahan bakunya adalah dari turunan sawit, memang edible, kemudian murah, dan merupakan hasil kita sendiri” jelasnya.
Dengan teknologi tersebut, Puji menyampaikan keunggulannya, yakni dapat memperpanjang umur segar buah-buahan hingga 4 minggu, mencegah susut bobot selama pengiriman/penyimpanan, dan harga relatif murah dibanding produk sejenis lainnya. Di samping itu, kapasitasnya untuk 1 liter dapat meng-coating 30 kilogram buah mangga.
Sedangkan untuk produk teknologi pendukungnya, yaitu mesin spray coating dengan kapasitas 500 kilogram buah per jam, investasinya Rp 176 juta per unit.
Dari beberapa teknologi di atas, masih banyak teknologi riset lain, seperti teknologi khitosan untuk mempercepat tumbuh panen, teknologi pulsing untuk meningkatkan vase life, dan pengawetan pangan dengan menggunakan plasma dingin dan iradiasi. Menurut Puji, produk hortikultura mempunyai nilai tinggi dalam bentuk segar sehingga memerlukan penanganan khusus untuk menjaga kualitas produk sampai ke tangan konsumen. Karena itu, beberapa teknologi yang dikembangkan BRIN ini dapat menjadi solusi untuk mempertahankan kualitas produk buah dan pangan.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca juga: Erick Thohir dan Presiden IOC Bahas Kontribusi Olahraga di Tengah Ancaman Resesi Global
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini