WAKIL Ketua Umum DPP-INSA (asosiasi pemilik kapal) Harun Rasidi
lumayan sibuk. Hari-hari ini sering belum sejam ada di kantor
dia sudah pergi. Sering pula dia pergi ke luar daerah. "Sembilan
bulan saya sibuk, dan belum satu rupiah pun uang masuk," katanya
pada Klarawijaya dari TEMPO. Dia aktif menyiapkan kelahiran satu
usaha yang menangani soal muatan kapal laut yang kemudian diberi
nama PT Pasar Muatan dan Kapal Laut Indonesia, disingkat PT
Pasmindo. "Ada orang yang kaget dengan kelahiran Pasmindo, apa
boleh buat, kita jalan terus," katanya lagi.
Pasmindo didukung oleh INSA, GAVEKSI (asosiasi veem/EMKL) dan
Badan Angkutan Laut Indonesia atau BALI. Tujuannya untuk
mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat pengusaha pelayaran
dan EMKL/Veem. Perang tarip, merajalelanya permintaan korting,
rebate, manipulasi golongan barang dan praktek lainnya -- semua
itu dalam masyarakat pelayaran selama ini merugikan semua pihak,
pemerintah, pengusaha, pemilik barang, bahkan juga buruh
pelabuhan. Dalam hal terakhir misalnya pernah kapal Tampomas
berangkat dari Tanjungpriok menuju Belawan. Kapal itu disebut
membawa muatan 250 ton, tapi belakangan diketahui malah lebih
dari 1000 ton. Siapa yang rugi? Jelas pengusaha pelayaran,
pemerintah, juga buruh karena mereka dibayar berdasarkan berat
yang dikatakan hanya 250 ton.
Sekarang baru dua bulan Pasmindo berdiri. "Tak ada kesulitan,"
kata DirUt Harun. Sampai pekan ini, menurut Harun, Pasmindo
sudah beroperasi di 14 pelabuhan: mulai dari Belawan, Padang,
Palembang, Tanjung Priok, Semarang, Tanjung Perak, Ujungpandang
sampai ke Pontianak, Ambon dan Ternate. Armadanya sekitar 450
kapal, punya kurang lebih 50 perusahaan pelayaran nusantara dan
lokal. Alhasil, Harun beranggapan bisnis muatan untuk dalam
negeri sudah "beres". Dia optimis akan bisa merintis obyek
muatan untuk pelayaran samudera.
Tidak Kompak
Dari investasi yang direncakan Rp 1 milyar, saham dibagi 40%
INSA, 40% GAVEKSI dan 20% BALI. Tidak jelas berapa ketiganya
sudah menyetor.
Dalam bekerja, ada beberapa tahap yang ditempuh Pasmindo
pengumpulan (pooling) administrasi, fisik dan keuangan. Dari 14
pelabuhan yang dinyatakan sudah berkibar bendera Pasmindo, baru
Tanjungpriok, Belawan, Padang dan Surabaya saja yang sudah
sepenuhnya beres. Lainnya ada yang baru tahap pengumpulan
administrasi di samping ada juga yang sudah meningkat ke tingkat
pooling fisik.
Pada pokoknya Pasmindo tak lain dari semacam usaha broker atau
perantara. Pemilik barang, baik langsung atau melalui EMKL,
menyerahkan urusan pemuatannya ke kapal melalui Pasmindo.
"Memang ada orang luar yang dirugikan, yaitu calo," kata Harun.
Bayangkan, praktek calo selama ini menawarkan jasa ruangan kapal
kepada pemilik barang. Dia mengatakan, kapal susah. Orang itu
lalu menyediakan diri mencarikan kapal asal harganya dilebihkan
dari tarip resmi. Kontrak terjadi. Orang tadi menghilang sehari,
menemui pemilik kapal. Di sini ia berkata tentang kurangnya
muatan. "Ada, apabila anda mau kasih korting," kata orang tadi.
Apa boleh buat pemilik kapal merelakan kapalnya dengan muatan
yang ongkosnya di bawah tarip resmi.
Maka sudah dari dua pihak calo tadi menerima keuntungan. Tak
cukup dengan itu, hampir selalu calo yang sama datang pula ke
pemilik kapal yang lain. Di sana ia mengatakan bahwa kapal anu
sanggup menurunkan ongkos sampai sekian persen. Demi kapal tidak
kosong atau nongkrong, pemilik kapal kedua banting tarip lebih
rendah dari pemilik kapal pertama. "Begitulah, terjadi perang
tarip sehingga yang untung hanya calo, sementara pemilik kapal,
pemilik barang, dan pemerintah jelas rugi," Harun menyimpulkan.
Bahwa pemilik kapal kurang memperhatikan pelayanannya kepada
yang punya barang karena toh dia sudah dapat muatan dari
Pasmindo, bukan mustahil akan terjadi. "Perusahaan pelayaran
yang begitu, akan kita tinggalkan," menyela Imlhas Dyz, pembantu
Harun. Namun belum semua orang yang sering berurusan dengan soal
perhubungan laut mengerti Pasmindo. "Tujuannya belum jelas. Dari
bahan-bahan yang sampai pada saya sekarang, ini merupakan alamat
buruk bagi EMKL," ucap Soedaryanto, Direktur perusahaan EMKL PT
Arpeni, Tanjung Priok.
Lain pula komentar Haji Teuku Anwarsyah, Sekjen PB GAVEKSI, yang
kebetulan duduk sebagai salah seorang Direktur PT Pasmindo
mendampingi Harun. "Anggota GAVEKSI tak dipaksa bergabung dengan
Pasmindo, tapi justru sebagai anggota GAVEKSI mereka seyogyanya
bergabung," kata Anwarsyah. Rupanya masih ada anggotanya yang
belum kompak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini