Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian meyakini Indonesia bisa mulai mengekspor beras bila penyerapan dalam negeri per hari menyentuh angka 10.000/ton-20.000/ton saat masa panen raya 2 bulan ke depan. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimistis bisa mengekspor beras hasil produksi nasional bila prasyarat penyerapan itu terpenuhi.
Baca: Jokowi Minta Dikirimi 100 Truk Beras Sragen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita tunggu dulu hasil serap gabah 2 bulan ke depan, kalau tetap konsisten serap gabah diatas 10.000 ton sampai 20.000 ton per hari maka kita akan persiapkan ekspor," katanya pada Kamis, 11 April 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perum Bulog juga sedang bernegosiasi Lembaga Pangan Malaysia yakni Bernas terkait dengan potensi pemasaran beras Bulog ke negara itu. Kepala Departemen Industri Penelitian dan Analisa Bernas Malaysia Salman Muhammad mengatakan sudah mengetahui kualitas mutu beras Perum Bulog dan berencana mengadakan perjanjian dagang.
“Bernas Malaysia sudah sejak lama mengetahui kualitas beras Bulog yang baik sehingga perlu dilakukan kerjasama yang lebih serius yang bisa memberikan banyak manfaat dan saling menguntungkan bagi kedua negara”, katanya, Rabu1, 10 April 2019.
Bernas telah meninjau proses penggilingan dan kualitas beras yang dimiliki oleh perseroan. Bernas menyambangi Perum Bulog di Sulawesi selama pada 9-10 April 2019 untuk melihat proses pengolahan beras di Rice Milling Unit (RMU) dan menyambangi Pasar Induk Beras (PIB) Parepare, dalam rangka memastikan kelancaran kerjasama yang akan dibangun kedua lembaga pangan tersebut.
Sebelumnya, pada awal tahun ini, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menargetkan bisa mengekspor beras. Menurutnya, gudang Bulog yang berkapasitas 3,6 juta ton diperkirakan penuh pada musim panen tahun ini.
Buwas mengatakan salah satu indikator ekspor akan segera dilakukan ialah ketika gudang perseroan penuh. Menurutnya, bukan hal yang aneh apabila Indonesia yang masih impor beras tiba-tiba melakukan ekspor.
"Petani tidak perlu takut gudang penuh dan kami tidak bisa serap. Kami akan tetap serap dan nanti kami kelola dengan ekspor, sebab sudah ada beberapa negara Asean yang sudah kami hubungi dan siap untuk membeli karena butuh," ungkapnya usai rapat dengan Komisi IV DPR RI, Senin, 21 Januari 2019.
Di sisi lain, berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, kinerja serapan gabah per 10 April 2019, hanya sebanyak 148.787 ton setara beras atau 9 persen dari target Januari-April 2019 yang sebesar 1,62 juta ton setara beras.
Sementara itu, Kepala Bagian Humas dan Kelembagaan Bulog Teguh Firmansyah mengatakan,saat ini serapan setara beras Bulog telah mencapai 8.000 ton per hari. Dia menyatakan, Bulog optimistis serapan akan meningkat menjadi 20.000 ton per hari pada April hingga Mei 2019.
“Serapan kami mulai naik karena sudah saat panen raya. Dengan fleksibilitas 10 persen dari harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp3.700 kami yakin bisa menyerap dengan maksimal pada panen raya ini. Kalaupun harga beras bergerak di atas HPP, kami bisa melakukan penyerapan dengan skema komersial,” katanya, Rabu, 3 April 2019.