Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan industri hilir kopi sangat pesat. Perusahaan riset Euromonitor mencatat, dalam periode tersebut pertumbuhan jumlah kedai kopi di Jakarta mencapai 10 persen per tahun dan populasinya 1.500 unit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski terkesan padat, peluang bisnis kedai kopi masih menjanjikan. Apalagi tren konsumsi kopi di Indonesia terus meningkat, ditopang oleh tren kopi spesialti (kopi grade tinggi). Kondisi ini juga menjadikan Indonesia pasar yang gurih bagi produsen alat-alat peracik kopi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu yang bermain dalam bisnis ini adalah Toffin Indonesia. Chief Executive Officer Toffin Indonesia, Tony Arifin, mengakui perusahaannya menikmati pertumbuhan pesat lantaran budaya minum kopi kian pekat. Saat berkunjung ke kantor Tempo, Rabu pekan lalu, Tony memaparkan pandangannya soal industri kopi dan kafe. Berikut ini petikan wawancara Tony dengan jurnalis Tempo, Praga Utama.
Kafe kian menjamur. Tapi yang bertahan hanya sebagian. Bagaimana prospek bisnis ini?
Dalam 3-4 tahun terakhir, bisnis kopi baik meningkat pesat. Berdasarkan pengamatan kami, rata-rata usianya hanya dua tahun. Kondisi itu mengecewakan karena masih banyak peluang yang bisa dimanfaatkan.
Apa sebetulnya faktor krusial yang menentukan usia sebuah usaha kedai kopi?
Harga jual. Banyak kafe yang mematok harga makanan dan minuman mereka mendekati harga di gerai besar. Padahal konsumen sebetulnya belum mampu.
Tapi kenapa kafe franchise asing, seperti Starbucks, laku?
Sebetulnya tak banyak konsumen Starbucks yang benar-benar datang untuk minum kopi. Produk yang disukai pembeli adalah minuman lain seperti frappuccinoatau green tea latte. Motif konsumen datang ke sana untuk mendapatkan whole experience, dari brand, suasana, hingga fasilitas.
Jadi, seharusnya harga jual di kafe bisa lebih murah?
Kami pernah membuka kafe di Pluit, Jakarta Utara, tapi hanya bertahan setahun. Setelah dianalisis, penyebabnya adalah harga minuman yang terlalu mahal. Padahal kami menjual minuman dan makanan lebih murah 30 persen dibanding Starbucks atau Coffee Bean & Tea Leaf. Lalu tiga bulan sebelum menutup kafe itu, kami menjual kopi Rp 10-15 ribu. Eh, penjualan meningkat empat kali lipat.
Apakah dengan harga itu, pengusaha bisa balik modal?
Ini yang jadi persoalan pengusaha kafe. Mereka terpaksa menjual menu dengan harga tinggi untuk mengejar profit dan balik modal. Menurut saya, ada pandangan yang salah bahwa saat membuka kafe perlu modal besar. Padahal modal kecil juga bisa.
Apa yang bisa ditekan?
Biaya sewa tempat dan interior. Banyak pengusaha yang belanja sampai miliaran rupiah untuk sewa tempat dan menata interior. Padahal seharusnya mereka mengutamakan menu. Kami membuat riset yang kemudian kami tawarkan ke peretail seperti Maxx Coffee dan Indomaret. Intinya, kami menyarankan agar mereka menjual produk berkualitas dengan harga serendah mungkin. Maxx kemudian membuka Maxx Corner dan Indomaret juga membuka Indomaret Point. Dengan konsep yang kami tawarkan, penjualan Maxx Corner 45 kali lipat ketimbang gerai reguler mereka. Indomaret Point juga sukses, dalam beberapa bulan mampu membuka 60 gerai.
Bagaimana prospek bisnis kafe atau warung kopi ke depannya?
Pengusaha kafe jangan membidik kota besar. Kalau mau menangkap peluang, cari wilayah yang belum ramai. Jakarta, Bandung, Bali sudah terlalu padat. Kafe bisa dibangun dengan konsep komunitas, dijadikan tempat berkumpul dan melayani daerah sekitarnya saja. Ini bisa menjadi kekuatan pengusaha independen untuk melawan dominasi gerai-gerai kopi besar. Pengusaha juga tak bisa hanya mengandalkan kopi, tapi juga mesti banyak pilihan menu.
Bagaimana Toffin memanfaatkan tren kopi saat ini?
Toffin berdiri sejak 11 tahun silam, sewaktu tren kopi belum seramai sekarang. Kami cukup beruntung karena memulai lebih cepat. Maka kami bisa menangkap banyak peluang. Tren kopi sangat mendorong penjualan kami. Sementara di awal kami hanya mengandalkan penjualan lewat sirup dan bahan baku minuman kafe, sekarang sales kami ditopang oleh penjualan mesin, dari penggoreng (roasting) kopi, mesin espresso, hingga alat seduh manual. Berdasarkan data yang dirilis Asosiasi Eksportir Mesin Kopi Italia, sebagai negara utama pembuat alat kopi, pangsa pasar kami di Indonesia lebih dari 85 persen untuk semua lini produk. Untuk mesin espresso, melalui merek Nouva Simonelli dan Victoria Arduino, pangsa pasar kami 60 persen. Terbesar di Jakarta dan Bali.
Apa kiat Anda untuk mempertahankan posisi tersebut?
Kami terus berekspansi. Kini kami punya tujuh anak perusahaan, salah satunya di Singapura. Kami juga terus menggandeng merek-merek alat kopi terkemuka. Total ada sekitar 20 merek internasional yang kami pegang. Selain menyediakan solusi untuk bisnis, kami menyasar pasar retail dan produk consumable. Yang terbaru, kami akan membuka Toffin Coffee Showroom di Pluit pada bulan ini. Tempat ini nantinya tak hanya jadi toko untuk menjual produk-produk kami, tapi juga menjadi semacam hub untuk komunitas industri kreatif di bidang kopi. Toffin Coffee Showroom akan menyediakan aneka pelatihan soal kopi serta kajian-kajian mengenai teknik dan alat-alat kopi.
Selain menjadi pemasok alat untuk kafe dan bisnis skala besar, apa strategi Toffin untuk menjangkau pasar retail, apalagi tren kopi juga mulai merambah ke rumah tangga...
Tren menyeduh kopi secara manual (manual brew) sudah mewabah di kalangan perorangan. Orang tertarik ngulik kopi. Kami melihat ini sebagai peluang. Karena itu kami menggandeng Hario-produsen alat seduh kopi asal Jepang- dan membuka dua gerai khusus di Aeon Mall BSD serta Hario Cafe, Pluit. Di tempat ini kami sering mengadakan pelatihan gratis bagi penyeduh kopi pemula. Tapi harus diakui, penjualan minuman terbesar justru bukan kopi murni. Orang masih suka minuman kopi dicampur susu seperti cappuccino dan latte, fancy drinks.
Biodata
Nama lengkap: Tony Arifin Ng
Usia: 36 tahun
Riwayat Pendidikan
-SD, SMP, SMA Kristen Yusuf Jakarta
-1999-2002, Sarjana Keuangan Universitas Tarumanegara, Jakarta
Riwayat Pekerjaan
-2002-2003, salesman PT CIF Transportasi Indonesia
-2003-2005, Store Manager Giornale Cafe, Jakarta
-2007-sekarang, pendiri & CEO Toffin Indonesia
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo