Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Cepat Lambat Beradu Gaya

7 November 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAPPY Toilet, begitu julukan yang dianugerahkan Asosiasi Toilet Singapura kepada salah satu pompa bensin berbendera Chevron, akhir tahun lalu. Toilet di pompa bensin milik raksasa minyak dunia itu diganjar penghargaan karena dilengkapi fasilitas serba wah.

Selain tempat buang hajat dengan pengguyur lubang otomatis, tempat cuci tangan, mesin pengeringnya pun diatur sehingga percikan air tak berceceran ke lantai. Pokoknya rapi jali.

Di Negeri Singa itu, demi menggaet konsumen, para pengelola pompa bensin memang berlomba-lomba beradu gaya. Di Malaysia, ya, sami mawon. Beragam perusahaan retail minyak bahkan mempermaklumkan pompa bensinnya memiliki toilet paling resik. ”Tandas kami bersih,” begitu tulisan yang terpampang.

Pengunjung pun masih dimanja dengan berbagai toko makanan, sarana ganti oli, tempat pengisian angin ban, dan cuci mobil gratis. ”One stop service adalah strategi kami menarik pelanggan,” kata Ismail bin Muhammad Hussain, pemilik pompa bensin berbendera Petronas di Kuala Lumpur, yang berdiri di lahan seluas 1 hektare.

Tak mengherankan bila sejumlah stasiun minyak (nama pompa bensin di Malaysia) milik Projet atau ESSO bahkan kerap kebanjiran pengunjung hingga larut malam. Itu baru soal fasilitas. Dalam soal kecepatan pelayanan, jangan ditanya.

Bagi para pemburu waktu, tersedia layanan pembelian bensin dengan menggunakan kartu kredit. Tinggal gesek, tagihan baru datang ke rekening bulan depan. Pelanggan juga bisa mengambil uang tunai di mesin duit (ATM), selagi dompet timpas.

Lalu, bagaimana dengan di Indonesia? Menurut anggota Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, Eri Purnomohadi, stasiun pengisian bahan bakar minyak umum (SPBU) di Indonesia sesungguhnya sudah mulai berbenah dalam beberapa tahun terakhir.

Di sejumlah SPBU, keberadaan gerai makanan bukan pemandangan aneh lagi. Di Cibubur bahkan pembelian BBM sudah menggunakan kartu debet. ”Jadi, antrean mobil tidak panjang,” kata Eri.

Meski begitu, tampaknya tak semua pola di luar negeri bisa langsung diadopsi. Salah satu contohnya, pembayaran dengan kartu kredit. Bukan karena faktor teknologi, tapi karena kebiasaan masyarakat yang rata-rata membeli bensin di bawah Rp 100 ribu. ”Sulit mengklaim pembayaran menggunakan kartu kredit kalau harganya sekecil itu,” kata Eri.

Cepat atau lambat, pompa bensin memang akan menjadi lahan bisnis yang menarik. Tak mengherankan jika di negara asalnya, raksasa retail Prancis, Carrefour, dan Wal-Mart asal Amerika Serikat, tergoda berdagang bensin. One stop shopping, begitu semboyan mereka.

Yura Syahrul, T.H. Salengke (Malaysia)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus