Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Cerita Seorang

Sindikat singapura menampung tekstil jepang selama 1 tahun di gudang-gudang, berpusat di high street. setelah menyulap jenis barang, tahun dibuat diterbangkan lewat kemayoran dan ngurah ray bali.

19 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PABRIK-PABRIK tekstil jointventure Djepang sudah tjukup banjak disini. Bahkan untuk sementara waktu sudah dipandang djenuh untuk melajani pasaran Indonesia. Menurut pedagang Lie di Pasar Pagi, baik jang joint-venture maupun jang non pribumi dan pribumi banjak sudah jang memprodusir tetoron dan kain tetrex. Anehnja, disamping hiruk-pikuk perdagangan tekstil dalam negeri, arus tekstil jang masuk tidak legal dari luar negeri tetap tangguh sampai kini. Dari negara mana sadja ribuan collie tekstil itu bisa menjelusup kemari? Djawab: Mana lagi kalau bukan Hongkong dan Singapura. Namun pangkal alirannja tidak lah bermula disitu. Dari seorang jang kasarnja bisa disebut "penjelundup" atau menurut istilah GINSI lebih di kenal dengan importir tidak resmi, TEMPO berhasil memperoleh gambaran mengapa tekstil luar negeri dapat memukul mundur pasaran disini: Dumping. Produksi tekstil di Djepang sudah lama mentjapai tingkat gemah-ripah. Pasaran dalam negeri sudah tidak sanggup menampung djutaan yard tekstil jang keluar dari produksi mesin-mesin modern disana. Maka tidak ada djalan lain ketjuali melempar keberbagai pendjuru dunia. Mulai dari Australia sampai ke Amerika orang bisa membeli tekstil buatan negara Sakura. Begitu terhamburnja ekspor tekstil Djepang hingga Indonesia tidak terketjuali merupakan sasaran utama. Djepang mau tidak mau harus melakukan politik dumping. Bagi pedagang-pedagang di Singapura, keadaan ini merupakan kabar baik. Djepang sendiri tidak banjak mengekspor langsung ke Indonesia, tapi lebih suka untuk melempar tekstilnja liwat Singapura. Untuk menampung tekstil Djepang, sekumpulan pedagang-pedagang Singapura telah membentuk sindikat jang tjukup kuat. Dibawah pimpinan seorang agen utama, keturunan Bombay India, sindikat itu kabarnja berpusat di daerah High Street. Sedihnja, sindikat itu tidak langsung memasukkan tekstil itu ke Indonesia. Tapi biasanja mereka menjimpan sampai setahun dalam gudang-gudang mereka. Maka tidak heran kalau toko-toko di Pasar Baru sering mendjual tekstil Djepang jang sudah setahun terlambat. Kemayoran. Dari Singapura, tekstil Djepang itu tidak perlu sulit-sulit diangkut liwat laut. Dizaman modern ini angkutan udara lebih njaman untuk digunakam Sindikat di fligh Street itu biasanja lebih suka mentjarter pesawat terbang untuk meng-angkut barangnja sampai di Kemayoran. Pesawat tjarteran jang biasanja digunakan antara lain milik Saber Airlines, Singapura. Djuga pesawat-pesawat dari PN Aereal Survey di Indonesia dimanfaatkan untuk mengangkut tekstil. Ini sudah berdjalan dua tahun, dan pentjarteran pesawat udara seperti itu bukannja tanpa se-izin Pemerintah disini. Disamping Kemayoran, tekstil-tekstil jang masuk liwat Singapura itu tidak djarang singgah dipelabuhan udara Ngurah Rai di Den Pasar. Sesungguhnja prosedur jang di tempuh sindikat tekstili-High Street itu bukan tidak melalui pintu-pintu resmi. Mereka mengimpor tekstil dari Djepang,menjimpan digudang-gudang Singapura, lalu membawa tekstilnja20keluar dengan membajar bea. Bagi Pemerintah Singapura, ini berarti keuntungan jang tidak sedikit. Karena penjelundupan administratip seperti sering terdjadi di Indonesia sulit di lakukan dinegaranja Lee Kuan Yew. Dokumen. Riwajat penjelundupan dokumen itu sesungguhnja dimulai ketika pesawat-pesawat tjarteran mendarat di Kemayoran. Tjara-tjaranja klasik sekali. Check-price jang semestinja dibajar diturunkan djauh lebih rendah, dilakukan pula manipulasi tentang kwalitas dan djumlah barang dan sebagainja lagi. Fasilitas jang diperoleh PMA kadang-kadang djuga disalahgunakan. Pembebasan padjak jang seharusnja terbatas pada bahan baku dan bahan penolong industri biasanja merembet sampai kepada kebutuhan kantor dan rumah tangga, sepetti kendaraan, lemari es, kipas angin sampai kain gordijn dan bahan pakaian untuk karjawan. Kalau satu yard tekstil jang mestinja kena padjak Rp 0,30 disunglap mendjadi hanja Rp 0.10, kalau kain tetoron mendadak sontak bisa berubah mendjadi blatju diatas dokumen, kalau barang buatan tahun lalu ditulis tahun terachir, maka apa lagi jang di harapkan Menteri Keuangan dari hasil bea bukai? Oknum. Tekstil dan barang kelonong jang masuk dari luar negeri itu begitu banjaknja sehingga tidak bisa ditampung digudang-gudang Kemayoran. Walaupun kabarnja direktur utama Garuda Wiweko sedjak dua tahun lalu sudah mengusulkan pada PN Angkasa Pura untuk memperbanjak gudang-gudang disana. Tapi keinginan Wiweko untuk membantu lantjarnja penjimpanan barang itu rupanja bertabrakan dengan kepentingan mereka jang sengadja tidak ingin melihat beresnja pergudangan. Maka ditempuhlah satu tjara jang paling tidak kentara untuk menjimpan barang-barang dari Hongkong ataupun Singapura. Gudang-gudang banjak jang disewa diluar daerah pabean Kemayoran. Pengangkutannja keluar Kemayoran dilakukan pada djam-djam ketika orang sedang njenjak tidur dan dengan alat-alat jang istimewa pula. Truk jang dikawal oknum-oknum tentara. Sudah tentu barang-barang jang disimpan diluar Kemayoran tidak membutuhkan permainan dokumen, karena mungkin sadja dokumen resmi tidak lagi dibutuhkan disini. Kooer. Kedatangan Menteri Ali Wardhana ke Tandjung Priok dan Kemayoran baru-baru ini sedikit banjak tjukup mengagetkan. Bagi para bea tjukai ini merupakan isarat untuk lebih mcngetatkan pemeriksaan. Tapi apa djadinja? Bukan pesawat-pesawat tjarteran itu jang mereka tunggu, tapi penumpang-penumpang biasa jang satu dua mungkin sadja membawa barang selundupan dikantong atau kopernja mendjadi sasaran utama untuk diperiksa. Ini sudah tentu bukan maksud Ali Wardhana. Akibat dari masih hebatnja penjelundupan dokumen tentu sadja membuat para importir resmi mendjadi gerah. Disamping sudah banjak jang mentjari lapangan usaha lain tidak sedikit importir jang tadinja resmi kemudian mendjelma mendjadi tidak resmi. Daripada sulit-sulit mengimpor barang, kan lebih enak menjadi tukang tadah tjukong-tjukong di Singapura.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus