Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menceritakan pengalamannya memungut sampah di laut dalam perayaan Hari Kemerdekaan ke-73 pada tahun lalu. Bos maskapai perintis tersebut berkisah kala itu ia sedang berada di Bitung, Sulawesi Utara, dan mengajak warga sekitar membersihkan kawasan pesisir pantai.
"Tahun lalu di Bitung saya ajak (masyarakat) bersihkan sampah di 110 titik," ujar Susi di rumah dinasnya, Jalan Widya Chandra V, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Agustus 2019.
Susi mengenang, saat itu ia dan masyarakat sekitar berhasil memungut 360 ton sampah plastik. Gerakan ini tak ia lakukan solo. Susi bersama komunitasnya, Pandu Laut, menggelar kegiatan seragam yang dinamai "Menghadap Laut".
Gerakan itu serentak dilakukan di lebih dari 73 lokasi. Sepanjang 2018, Susi dan Pandu Laut mengumpulkan sampah mencapai 366.549,92 kilogram. Sedangkan tahun sebelumnya 28.777,50 kilogram. Bila ditotal, selama 2 tahun, mereka mengumpulkan sampah sampai 395.327,42 kilogram di pesisir pantai.
Susi mengatakan saat ini Indonesia menjadi kontributor sampah kedua di laut terbesar secara global setelah Cina. Kondisi ini mengancam biota di laut yang semestinya dapat menjadi komoditas unggulan.
Untuk memeriahkan HUT RI ke-74 kali ini, Susi kembali akan menggelar kegiatan serupa untuk memperingati kemerdekaan. Gerakan tersebut bakal menggandeng sejumlah selebritas, seperti Kaka Slank hingga Tora Sudiro, dan bakal dilaksanakan di lebih-kurang 74 titik. Gerakan ini merupakan bentuk kepedulian terhadap wilayah konservasi perairan.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Plastik Indonesia atau INAPLAS, sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Adapun 3,2 juta ton di antaranya adalah limbah plastik dan yang dibuang ke laut.
Adapun peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Muhammad Reza Cordova, dalam penelitiannya akhir tahun lalu, memaparkan mikro plastik terbanyak ditemukan di permukaan air Sulawesi Selatan dan Teluk Jakarta. Di dua daerah tersebut terdapat 7,5 sampai 10 partikel per meter kubik. Pada sedimen di Aceh, Sulawesi Selatan, dan Biak juga ditemukan lebih dari 100 partikel per kilogram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini