Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

CLI Jadikan Rembug Kopi Nusantara sebagai Agenda Lebaran Kopi

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mengadakan acara Rembug Kopi Nusantara 2017 di Jakarta selama tiga hari mulai Rabu, 11 Oktober 2017.

12 Oktober 2017 | 19.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petani Kopi Papua menunjukan hasil produksi kopi mereka di acara Rembug Kopi Nusantara di Gedung Smesco Indonesia Jalan Gatot Subroto, Jakarta, 12 Oktober 2017. Tempo/Imam Hamdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mengadakan acara Rembug Kopi Nusantara 2017 di gedung Smesco, Jakarta, selama tiga hari, mulai Rabu, 11 Oktober 2017. Acara tersebut diikuti 25 kabupaten/kota penghasil kopi yang mendapatkan pendampingan dari TNI Angkatan Darat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Founder Coffee Lovers Indonesia Lisa Ayodya mengatakan event kali ini merupakan yang kedua kali diadakan pemerintah sebagai wadah untuk mempertemukan petani dan pencinta kopi di Indonesia. "Rembug Kopi Nusantara merupakan lebarannya pecinta kopi. Semua lapisan berkumpul dari petani sama pengusahanya," kata Lisa di lokasi penyelenggaraan, Kamis, 12 Oktober 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, acara ini bisa dijadikan program untuk mengenakan produk kopi di Indonesia, yang sangat beraneka ragam. Apalagi, bisnis kopi saat ini mulai digandrungi oleh anak muda. "Bisnis kopi di Indonesia, mulai tumbuh cukup baik," ujarnya.

Namun, seiring pertumbuhan industri kopi di Indonesia, kata dia, perlu diiringi dengan pemahaman terhadap varietas kopi itu sendiri. Jangan sampai, dia melanjutkan, orang Indonesia tidak bisa mencicipi kopi asli Indonesia, yang merupakan jenis terbaik di dunia.

"Sebab, masih sangat sedikit orang Indonesia yang meminum speciality kopi. Dan ini menjadi tantangan untuk melakukan sosialisasi," ujarnya.

Menurut dia, masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi kopi dengan campuran bahan lain seperti jagung. Bahkan, kopi kemasan yang dijual di pasaran, kuantitasnya lebih banyak campurannya. "Bisa dengan asumsi biji kopinya satu, jagungnya lima," ucapnya. "Sebenarnya, memang tidak masalah kopi dicampur, tapi kalau campurannya lebih banyak tidak akan ada rasa kopinya," ujarnya.

Selain itu, CSI menyoroti beberapa kopi kemasan dengan harga jual yang murah melabeli mereknya dengan kopi yang asli Indonesia, seperti kopi dari luwak dan Toraja. Menurut Lisa, hal itu akan menjadi kontradiktif jika melihat kualitas kopi sebenarnya.

Lisa menyayangkan kopi Indonesia dikomersialkan dengan sebuah merek dagang. Padahal, jika melihat harga kopi luwak sebenarnya bisa mencapai Rp 2 juta per kilogram untuk kualitas baik. "Bahkan, kalau kopi luwak di luar negeri harganya bisa Rp 6 juta per kilogram," ujarnya.

IMAM HAMDI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus