Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dalam Terkaman Para Raksasa

10 Oktober 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LOMPATAN Heidelberger ke Indocement hanyalah satu buih dari gelombang penyerbuan raksasa industri semen ke seluruh dunia. Sejak 15 tahun lalu, enam perusahaan semen multinasional begitu rakus mencaplok perusahaan semen yang lain dan melebarkan sayapnya ke delapan penjuru angin. Mereka adalah Holderbank (Swiss), Lafarge (Prancis), Blue Circle (Inggris), Cemex (Meksiko), Heidelberger Zement (Jerman), dan Ciments Francais (Prancis). Sulit dibantah, ekspansi merupakan karakter dasar industri semen. Bubuk abu-abu itu pada dasarnya merupakan produk lokal. Di darat, semen sulit diangkut lebih dari 400 kilometer. Karena itu, pabriknya harus didirikan dekat dengan pusat-pusat pasar. Dan pasar semen yang paling cepat adalah negara-negara berkembang, tempat kota-kota begitu cepat mekar dan jalan-jalan terus diperpanjang. Itulah sebabnya keenam raksasa tersebut menyerbu keluar dari negeri asalnya. Itu alasan pertama. Alasan kedua, penyerbuan ini didorong oleh kekhawatiran disaingi. Meskipun sulit diangkut lewat jalan darat, semen termasuk gampang dikirim ke sana-kemari melalui laut. Itu sebabnya semen bisa juga diekspor melintasi benua. Jika keenam raksasa itu tak menyerbu negeri lain, merekalah yang akan kena serbu. Produk mereka terancam di rumah sendiri karena semen impor lebih murah. Ongkos produksi semen di Thailand, misalnya, cuma US$ 12 sampai US$ 15 per ton. Ditambah dengan biaya angkut dan pemrosesan US$ 30, semen Thailand sudah bisa didatangkan sampai ke pantai barat Amerika Serikat. Padahal, kalau pasar lagi baik, di tempat ini harga semen bisa mencapai US$ 70 per ton. Artinya, menurut analis industri semen dari Credit Suisse First Boston di Singapura, Simon Francis, produsen semen Thailand punya peluang untuk menjala untung sampai US$ 20 per ton jika mau mengekspor produknya hingga ke Amerika Serikat. Dengan dua alasan itu, keenam raksasa semen tersebut mulai menyerbu negera-negara tempat industri konstruksi berkembang pesat. Pertengahan hingga akhir 1980-an, mereka menyerbu Amerika Utara. Selain membeli pabrik semen, mereka terus menambah kapasitas produksi. Akibatnya, output keenam raksasa itu sebagian besar berasal dari kawasan ini. Memasuki awal 1990-an, Eropa Timur bangkit. Dengan sigap, para raksasa semen ini menyulap Eropa Timur menjadi seperti Amerika Utara. Dan pada 1995-1997, setelah krisis Meksiko berlalu, mereka ganti menyerbu Amerika Latin. Dan sejak dua tahun lalu, bertepatan dengan krisis, mereka mencaplok pabrik-pabrik semen di Asia yang dijual (pada mulanya) dengan harga obral. Mula-mula pabrik semen di Asia hanya dihargai US$ 70 per ton kapasitas. Tapi belakangan angka itu berlipat dua menjadi US$ 150 per ton kapasitas, hampir sebanding dengan harga membangun pabrik semen sendiri. Nafsu ekspansi perusahaan semen multinasional itu bertemu dengan kebutuhan pabrik semen Asia Tenggara yang terseok-seok memikul beban utang. Klop. Tahun lalu, ketika hampir semua aktivitas bisnis runtuh di Asia, tercatat ada 14 akuisisi pabrik semen dengan nilai sekitar US$ 1 miliar. Menurut The Economist, hingga Juni lalu hanya ada enam produsen semen di Asia Tenggara yang belum berjodoh, termasuk Indocement. Keenam raksasa semen dunia itu kini menguasai sedikitnya 60 persen kapasitas produksi pabrik semen Asia, naik tiga kali lipat dibandingkan dengan dua tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus