Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Dampak Virus Corona, Bagaimana Nasib Investasi Jepang di RI?

Presiden Direktur Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang alias Jetro Jakarta Keishi Suzuki berharap penyebaran Virus Corona berhenti.

12 Februari 2020 | 08.50 WIB

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (kanan) bersama Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi (kiri) saat pertemuan di Gedung Pancasila Kemenlu RI, Jakarta, Jumat, 10 Januari 2020. Pertemuan ini membahas tentang investasi dan khususnya investasi di Natuna. TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (kanan) bersama Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi (kiri) saat pertemuan di Gedung Pancasila Kemenlu RI, Jakarta, Jumat, 10 Januari 2020. Pertemuan ini membahas tentang investasi dan khususnya investasi di Natuna. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang alias Jetro Jakarta Keishi Suzuki berharap penyebaran Virus Corona tidak berlangsung panjang. Dengan demikian tidak ada imbas negatif dari virus yang menyerang pernafasan itu kepada transaksi antara Jepang dan Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sejauh ini belum terlihat jelas dampak langsung Virus Corona terhadap aktivitas bisnis Jepang dan Indonesia, tapi memang benar bahwa perusahaan Indonesia dan Jepang memiliki rantai pasok dari Cina, yang sekarang mulai berkurang (pasokannya)," ujar Keishi di Kantor Jetro Jakarta, Selasa, 11 Februari 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Untuk mengantisipasi dampak negatif dari berkurangnya pasokan itu, Keishi mengatakan perusahaan yang membeli bahan baku dari Cina perlu mencari alternatif sumber dari luar Negeri Tirai Bambu. Ia berujar setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda-beda, namun mereka disarankan mencari negara alternatif lain untuk membeli bahan baku atau komoditas.

Hingga saat ini, Keishi memang belum memegang data pasti berapa banyak perusahaan yang terdampak atas adanya Virus Corona. Namun, ia menuturkan dunia usaha masih menunggu dan memantau berapa lama virus itu akan bertahan dan menyebar. "Kami belum meramalkan soal ini, tapi kami akan melihat berapa lama ini akan terjadi," tutur dia. Karena itu, ia juga belum mendengar ada tidaknya pengusaha yang menahan investasi ke Tanah Air karena adanya penyebaran penyakit ini.

 Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan pemerintah akan melakukan rapat mengenai dampak ekonomi apabila penyebaran Virus Corona belum juga bisa dihentikan dalam jangka waktu dekat. Salah satunya adalah imbas virus Corona terhadap investasi ke tanah air.

"Investasi dari Uni Emirat Arab misalnya yang kemarin sudah ditandatangani US$ 18 miliar bisa saja berhenti karena orang Abu Dhabi juga kan enggak tahu di Indonesia aman atau tidak, bisa saja investasi ini di-hold," ujar Erick di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin, 10 Februari 2020.

Selain invetasi dari Uni Emirat Arab, Erick juga mengatakan ada salah satu perjanjian Indonesia soal investasi smelter alumunium yang salah satunya menggunakan teknologi Cina dan berpotensi terganggu juga dengan adanya kasus Virus Corona ini. "Karena itu, ini juga bisa proyek-proyek besar terhambat, proyek-proyek investasi."

Salah satu sektor yang dia khawatirkan juga adalah pada industri obat. Sebab, Indonesia masih mengimpor 60 persen bahan baku dari sana dan 30 persen dari India. "Terus kalau bahan baku tidak dikirim kita mau buat obat apa?"

Kekhawatiran Erick beralasan. Ia melihat apa yang terjadi di Cina memang bukan hanya masalah kesehatan semata. Virus Corona juga telah membuat anjlok indeks saham pasar modal Cina. Selain itu, para pekerja pun banyak yang tidak bisa bekerja dan hanya di rumah. Sehingga, produktivitas pun hilang.

Belum lagi, kata Erick, para tenaga kerja ahli yang kini tak mau datang ke Cina untuk sementara. Padahal, lima hingga enam tahun lalu Cina sengaja membuka banyak lapangan kerja untuk tenaga ahli asing yang keahliannya belum dimiliki di dalam negeri. Saat ini, tenaga ahli itu sudah kembali ke negara masing-masing lantaran khawatir akan penyebaran Virus Corona.

Selain di sektor industri padat karya yang terpukul, Erick mengatakan sektor pariwisata di Cina juga terpukul. Ia mengatakan selama ini salah satu kekuatan Cina adalah pariwisata domestik. Namun dengan adanya penyakit itu, orang pun tidak melancong. Persoalan pariwisata juga berimbas kepada perekonomian Indonesia, mengingat kunjungan warga Cina ke Tanah Air yang cukup tinggi.

Terakhir, Erick mengatakan Virus Corona juga menghantam rantai pasok ke Cina. Pasokan itu terhambat lantaran sulit melakukan pengiriman ke sana. Hal ini juga berimbas kepada ekspor Indonesia yang cukup besar ke Cina.

CAESAR AKBAR

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus