Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dan seperempat abad kemudian ...

Terbentuknya dana bersama untuk menstabilkan penghasilan negara pengekspor bahan mentah. perjuangannya bermula sejak konperensi asia-afrika di bandung.

12 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTI EMPAT abad yang silam, sejumlah negara yang baru merdeka berkumpul di Bandung Ternyata mereka tak cuma ngomong politik Rata-rata miskin, hanya hidup dengan mengekspor bahan mentah ke negara industri, negara-negara AA (Asia-Afrika) itu bersepakat: harus ada tindakan bersama untuk menstabilkan harga dan permintaan internasional terhadap komoditi yang mereka hasilkan. Selama seperempat abad, "tindakan bersama" yang dicita-citakan itu nyaris omong kosong Konperensi Asia-Afrika sendiri tak bisa diulangi. Asia-Afrika memang cuma satu himpunan yang akhirnya maknanya hanya terbatas. Namun bila peta bumi tak sanggup mempersatukan, ada faktor lain yang menggabungkan mereka kemiskinan. Scperti kata Presiden Sekou Toure dari Guinea "Saya tak tahu soal Timur dan Barat, yang saya tahu hanyalah negeri-negeri kaya dan negeri miskin." Toh kemiskinan itu juga jadi penghalang harga bahan mentah di pasaran internasional biasa jungkir balik, dan penghasilan negeri-negeri miskin itu menjadi gampang goyah, karena tak ada pengamanan Untuk pengamanan diperlukan stok penyanga yang punya impak internasional. Tapi untuk menyediakan stok penyangga seperti itu, dibutuhkan dana yang besar. Negeri miskin tentu saja tak mampu--dan lingkaran setan pun jadi lingkaran kemelaratan dan kejengkelan. Negeri industri, yang membeli bahan mentah dari negeri miskin, tentu saja berkepentingan untuk membiarkan keadaan seperti itu Tapi memasuki dasawarsa '70, sesuatu yang dramatis terjadi. Gigi OPEC Negara pengekspor minyak bumi yang tergabung dalm OPEC di tahun 1973 tiba-tiba menyadarkan seluruh dunia, betapa tergantungnya negara-negara industri kepada hasil bahan mentah negeri miskin. Dalam hal OPEC, itu memang cuma berarti minyak bumi. Namun tak berdayanya negeri industri menghadapi kenaikan harga OPEC secara beruntun telah mengilhami negeri pengekspor bahan mentah lain untuk kasih unjuk gigi. Meskipun dengan gigi yang masih rapuh, Konperensi Tingkat Tinggi Negara Non-Blok di Aljier di tahun 1974 berhasil menyerukan semboyan yang kemudian dikenal sebagai "Tata Baru Ekonomi Internasional", untuk mengubah status-quo yang dirasakan tak adil oleh negara berkembang Dari sinilah satu rangkaian panjang dan rumit perundingan antara negeri kaya dan miskin, yang disebut dialog "Utara-Selatan", berlangsung. Forumnya yang paling utama tentu saja UNCTAD, organ PBB yang mengurus perdagangan dan pembangunan. Sejak lama UNCTAD terkenal sebagai tempat bersuaranya seruan, terkadang kers, agar ada bagian yang lebih baik bagi negeri berkembang, terutama dalam perdagangan. Sekjennya yang pertama, Raul Prebisch, seorang ekonom Argentina, sejak mula disambut hangat oleh Kelompok 77 (negara berkembang). Dasar pikirannya yang penuh kritik kepada negara kaya di "Utara" ialah: suatu aksi internasional untuk pembangunan ekonomi di dunia memerlukan pengorbanan sejumlah kepentingan nasional. Tari Prebisch tak banyak membawa hasil. Radikal Sekjen UNCTAD) yang kini, Gamani Korea, ekonom dari Sri Langka yan menjabat sejak 1974, berada dalanmasa yang lebih menguntungkan Kegigihan baru negeri berkembang setelah OPEC, secara menyolok nampak dalam sidang UNCTAD di Nairobi di tahun 1976. Satu kampanye yang sistematis dilancarkan untuk menggolkan suatu ide yang jelas: terbentuknya suatu Common Fund (Dana Bersama) yang didukung negara kaya dan miskin, sebagai instrumen untuk membiayai pengelolaan perdagangan komoditi di dunia. Tapi dalam sidang Nairobi itu, negara-negara industri tetap menolak mengikatkan diri bagi ide Common Fund Beberapa anggota delegasi mereka bahkan kadang iseng mencoret huruf "d" dalam Istilah itu menjadi Common Fund (Kesenangan bersama). Dan setelah kurang lebih satu bulan lanya bergulat, kesepakatan yang diperoleh hanyalah akan adanya langkah-langkah untuk mendiskusikan ide Dana Bersama itu. Dan diskusi yang berkepanjangan sejak 1976 itu berkali-kali mengalami kegagalan. Tapi negeri berkembang, terutama pengekspor pelbagai jenis komoditi, rupanya sudah pasti bahwa ide itu tak bisa diundurkan lagi. Dalam hal ini Indonesia berada di antara yang terdepan -- diwakili terutama oleh Dubes RI di Jenewa waktu itu, Alex Alatas, yang ditunjuk jadi jurubicara Kelompok 77. Di belakang Alex Alatas, tak kurang berdiri Widjojo Nitisastro, Menteri Koordinasi bidang Ekuin--yang oleh seorang diplomat Barat pernah dinilai sebagai"seradikal orang Aljazair dalam berbicara soal Utara-Selatan". Akhirnya, bulan lalu, menetaslah telur yang dierami praktis sejak Konperensi Asia-Afrika seperempat abad yang silam. Suatu persetujuan tercapai untuk diadakamlva Dana Bersama -- dengan negara hdustri sebagai penyumbang saham terbesar (68%), tapi dengan kekuatan suara yang terbatas. Saharn itu diberikan di samping kontribusi sebesar $ 1 juta yang harus dibayar tiap negara yang ingin jadi anggota lembaga keuangan yang unik ini. Tak ayal lagi, itu memang suatu kesepakatan yang bersejarah. Lagi pula, "inilah pertama kalinya sebuah ide yang dirumuskan negeri berkembang, berhasil diterima dalam forum seperti ini," seperti kata Alex Alatas. pekan lalu di Jakarta. Suatu perundingan global akan dimulai September yang akan datang. Dan negeri miskin, terutama pengekspor komoditi, boleh berharap bahwa di masa depan dari perundingan Utara-Selatan akan bisa lebih banyak yang dipetik hasilnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus