KRISIS yang melanda Iran, ternyata membawa pengaruh juga kepada
Indonesia. Selama ini hubungan ekonomiperdagangan kedua negara
masih kecil. Tapi "yang masih kecil itu pun kini terhenti," kata
Zainul Yasni, Ketua Tim Koordinasi Peningkatan Ekspor ke Timur
Tengah, pekan lalu. Padahal sebenarnya tahun depan direncanakan
perluasan.
Tapi ketika Khomeini hendak kembali dari Paris ke Teheran PT
Tehnik Umum yang mengerjakan proyek kilang minyak di Isfahan
(Iran) menarik diri dari sana. "Akibatnya 50 tenaga kerja
Indonesia yang dibawanya juga dipulangkan " kata Sekjen Asosiasi
Kontraktor Indonesia, Santoso Sutrisno. Namun ketika Syah Iran
berkuasa, Indonesia sempat menarik petro-dollarnya sebesar US$
200 juta untuk pembangunan pabrik pupuk Urea di Dawuan, Cikampek
Jawa Barat.
Sebenarnya hubungan dagang antara kedua negara sudah berlangsung
sejak lama. Dari Iran, Indonesia antara lain mengimpor
permadani. Sedang Indonesia mengekspor teh, kopi, cassiavera
dan kayu. Tahun 1975 dari ekspor komoditinya Indonesia berhasil
menggaet devisa sebesar US$ 965.802. Tapi kemudian terus
menurun, sehingga 1978 lalu hanya mencapai US$ 783 ribu. Dari
Januari s/d Oktober lalu satu-satunya ekspor yang berjalan hanya
teh. Itu pun hanya bernilai sekitar US$ 37 ribu.
Menurut S. Purnama, Kepala bagian teh Kantor Pemasaran Bersama
Perkcbunan Ja-Bar/Sum-Sel, "ekspor teh ke Iran itu betul-betul
kualitas super." Dulu, pembayarannya menggunakan dollar Amerika.
"Kini mereka minra pembukaan Letter of Credit (L/C) berdasarkan
mata uang Pound-Sterling buat kita, menurut Purnama, (L/C)
dibuka dengan Pound-Sterling tidak menjadi persoalan." Meskipun
begitu, ekspor teh ke Iran dewasa ini "seakan-akan terputus."
Tak ada permintaan walaupun sudah disuran langsung, katanya.
Kendati demikian, ekspor teh ke negara-negara lain di kawasan
Timur Tengah tetap berjalan lancar. Bahkan kelihatan meningkat.
Mesir, misalnya, untuk Januari-November lalu mengimpor teh dari
Ja-Bar dan Sum-Ut saja seharga US$ 6,8 juta. Dari Irak senilai
US$ 191 ribu. Menurut Yasni, Irak juga meminta sekitar 200 ton
kayu jati dari Indonesia, yang sampai saat ini belum dilayani.
Pihak Irak akan mengekspor kurma dan belerang untuk keperluan
pabrik Petro Kimia Gresik. Dan negara yang kini giat sedang
membangun itu juga meminta tenaga kerja dari Indonesia. "Untuk
pengemudi alat-alat besar mereka butuh 500 tenaga," kata pejabat
Tim Koordinasi Ekspor ke Timur Tengah." Yang dikirim baru
sebanyak 45 orang dari 114 orang yang melamar.
Di Arab Saudi, dewasa ini tak kurang 18.200 tenaga kerja
Indonesia. Mereka ini bekerja di berbagai proyek pembangunan
perumahan, hotel, pemasangan jaringan telepon, peternakan ayam,
sopir bis sampai pengoperasian pusat computer dan bank. Dan
dari tenaga kerja ini Indonesia pun mendapatkan devisa. Transfer
uang melalui Algemene Bank Nederland, Jakarta, dari tenaga kerja
di Arab Saudi 1978 lalu berjumlah US$ 5 juta, lewat Citibank US$
3,3 juta. Sedang dari Januari s/d Juli 1979 berjumlah US$ 10,5
juta. Sedang transfer uang melalui Bank Bumi Daya Jakarta dari
bulan Desember 1976 sampai dengan Juli lalu berjumlah sebesar
US$ 9,5 juta. Atau rata-rata sebulan US$ 299 ribu. Dari izin
yang ada sekarang renaga Indonesia yang belum dikirim sekitar
7000 orang, sementara Aljazair meminta sebanyak 1000 tenaga
kerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini