LOMBA suku bunga deposito berjangka kini sedang berlangsung
antara bank swasta nasional dengan bank-bank asing di Jakarta.
Masing-masing bank mencoba merayu masyarakat dengan tingkat
bunga yang menarik dalam jumlah yang bervariasi. Misalnya The
Hongkong and Shanghai Bank di Jalan Hayam Wuruk, Jakartal
menaikkan suku bunganya sampai 1% dibandingkan Mei lalu.
Perlombaan ini dimulai oleh European Asian Bank dengan memasang
iklan di surat kabar September lalu. Bank swasta seperti Bank
Umum Nasional (BUN) dan Panin Bank kemudian mengikutinya.
Semuanya menerima deposito berjangka dalam rupiah maupun dollar
Amerika. Untuk deposito berjangka 12 bulan misalnya, BUN
memasang bunga 19% per tahun untuk simpanan minimal Rp 500 ribu.
Panin sank 163h% per tahun dengan jumlah minimal 2 juta untuk
rupiah dan 5000 untuk dollar Amerika. Sedang The Hongkong sank
untuk di bawah Rp 20-juta memberi bunga 13% setahun. European
Asian hanya menerima deposito untuk jangka waktu 6 bulan, sampai
Rp 50 juta dengan bunga sebesar 13% per tahun.
Menurut I Nyoman Moena, Ketua I Perbanas, kalangan bank swasta
khawatir melihat perang bunga itu, karena bank swasta non devisa
kini dihadapkan pada likuiditas yang cukup berat. Tapi menurut
Gubernur BI, Rachmat Saleh "tak ada larangan bank-bank asing
menarik deposito rupiah." Getolnya bank asing menarik deposito
itu menurut Rachmat, karena pinjaman luar negeri dewasa ini
dianggap terlalu mahal.
Terpukul
Pendapat itu diakui oleh A. Sutama, manajer deposito The
Hongkong and Shanghai Bank. "Untuk meminjam dari bank-bank luar
negeri, bukan tidak bisa, tapi bila diputarkan keuntungannya
sangat tipis," katanya. sunganya saja sudah mencapai 14,5 sampai
15,6% per tahun, belum termasuk pajak yang biasanya dipungut
10%. Dinaikkannya suku bunga deposito The Hongkong Bank sebesar
1% itu menurut Sutama "untuk lebih merangsang pemilik uang
rupiah menyimpan uangnya di bank."
Yang terpukul adalah bank swasta nasional non devisa. Seluruh
dana deposit bank swasta nasional yang pada September lalu
berjumlah Rp 78,1 milyar, turun menjadi Rp 75,8 milyar pada
Okrober. Sedang dalam tempo 1 bulan, dana deposit bank asing
dari Rp 191,2 milyar melonjak jadi Rp 192,1 milyar. Maka menurut
Moena, "keadaan bank swasta sekarang ini betul-betul terjepit.
Ini memerlukan intervensi dari sl."
Ada juga bank swasta nasional yang menarik deposiro berjangka
dengan setengah hati. Suku-bunga deposito berjangka rupiah yang
dipasang Panin Bank misalnya masih di bawah suku bunga yang
diberikan oleh BUN. "Sekedar menyesuaikan diri dengan keadaan "
ujar Priyatna Atmaja, General Manajer Panin Bank. Panin juga
menerima deposit berjangka untuk dollar Amerika. "Belakangan
banyak orang kita menyimpan dollarnya di Singapura dan
Hongkong." Daripada lari ke luar negeri lebih baik kita tahan di
dalam negeri," lanjutnya.
Pasar uang antar bank yang biasanya penawaran dan permintaan
dana dilakukan per telepon (call money) kini pun ramai.
Masalahnya. banyak bank yang kini kekurangan likuiditas atau
butuh rupiah buat melayani permintaan nasabahnya. Menurut
kalangan perbankan, sebelumnya yang ikut call terbatas pada
lembaga keuangan non bank dan bank-bank, tapi kini juga dimasuki
perusahaan, yayasan dan asuransi. Untuk 1 minggu suku bunga
mencapai 17% per tahun sedang untuk 1 bulan bunganya 19% per
tahun. Bagi pemilik uang lebih kini tinggal memilih untuk jumlah
ratusan juta rupiah dapat ditawarkan di Pasar Uang sedang
kurang dari jumlah itu ke deposito berjangka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini