Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dari Swiss hingga Taiwan

Pemain global penyuplai daya mobil listrik mulai berdatangan. Stasiun pengisian kendaraan ramah lingkungan akan bermunculan.

2 November 2019 | 00.00 WIB

Pengisian baterai mobil listrik di kantor PLN di  Gambir, Jakarta Pusat, 29 Oktober 2019./ Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Pengisian baterai mobil listrik di kantor PLN di Gambir, Jakarta Pusat, 29 Oktober 2019./ Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Murdaya Widyawimarta Poo bolak-balik membenarkan perekat setagennya. Dengan langkah yang agak berat, pria 78 tahun itu berjalan perlahan di halaman kantor PT Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi Jakarta Raya di Gambir, Jakarta Pusat, yang sudah sesak dengan kerumunan orang pada Selasa sore, 29 Oktober lalu.

Sore itu, PLN baru saja meresmikan tiga stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) untuk mobil bertenaga setrum. Murdaya datang setelah seremoni rampung, ketika para pengunjung melongok ke tiga stasiun yang sedang dipajang. Orang terkaya nomor 22 di Indonesia versi majalah Forbes itu menuju salah satunya yang berada di tengah. “Ini bikinan ABB. You lihat bedanya,” kata Murdaya sambil berpromosi. ABB adalah perusahaan multinasional asal Zurich, Swiss, yang selama ini menjadi mitra bisnis Murdaya.

Tak jauh dari Murdaya, Johnny Tam berdiri membelakangi satu mobil setrum yang sedang dicas. Direktur Pengembangan Bisnis Senior Delta Electronics Thailand PLC dan Country Director Delta Indonesia itu hanya melirik tanpa banyak bicara. Di sebelahnya ada Edbert Kamtawijoyo, rekan bisnis Delta di Indonesia. “Ini mungkin pengisi daya mobil listrik pertama di Indonesia dan mungkin di Asia Tenggara dengan daya 150 kilowatt,” tutur Edbert menunjuk SPKLU dengan tanda ultra-fast charging.

Saat membuka seremoni pada sore itu, General Manager PLN Distribusi Jakarta Raya Muhammad Ikhsan Asaad mengatakan PLN baru membangun lima unit SPKLU di Jakarta. Satu terpasang di kantor PLN di Bulungan, satu di Mal Senayan City, dan tiga yang baru diresmikan pada sore itu di PLN Distribusi Jakarta Raya. “Kami akan ajak yang lain. Harganya tidak mahal,” ujarnya.

Satu unit lain terpasang di AEON Mall BSD City, Tangerang, Banten. Menurut Ikhsan, harga stasiun pengisian listrik dengan daya 50 kilowatt sebesar Rp 800 juta. Hingga akhir tahun, PLN akan menggratiskan biaya pengisian daya mobil listrik. “Ini bisnis masa depan,” ucap Ikhsan.

Taksiran harga listrik dari stasiun itu nantinya Rp 1.400-1.600 per kilowatt-jam. Stasiun pengisian ultracepat bisa mengisi penuh daya kendaraan dalam 15 menit, sementara stasiun pengisian cepat 40 menit.

Namun bukan hanya PLN yang akan menikmati gurihnya rantai bisnis mobil elektrik dengan cara berjualan setrum. Ada industri lain yang sudah mengincar potongan kue bisnis ini. Mereka adalah produsen pengisi baterai mobil listrik dunia.

Pada 2023, nilai pasar pengisi daya mobil listrik berdasarkan riset MarketsandMarkets akan menyentuh US$ 30,4 miliar atau sekitar Rp 427 triliun di seluruh dunia. Angka itu melompat tinggi dari estimasi nilai pasar pada 2018 yang hanya US$ 5,3 miliar atau sekitar Rp 74,5 triliun. Indonesia tergolong pasar potensial.

EKOSISTEM mobil setrum nasional makin terang setelah pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan pada 12 Agustus lalu. Aturan itu, yang terutama mengatur insentif industri mobil elektrik nasional, akhirnya terbit setelah ditunggu bertahun-tahun. Insentif itu antara lain bebas pajak barang mewah dan diusulkan bebas bea balik nama.

Sejak itu, mulai muncul peluang-peluang bisnis di rantai industri mobil setrum. Tidak seperti bisnis mobil berbahan bakar fosil, rantai industri mobil listrik lebih panjang. Anyaman bisnis mobil setrum melibatkan pabrik mobil, produsen baterai, produsen bahan baku baterai, penyedia listrik, juga pembuat pengisi daya.

Pemerintah terus mempercepat terbentuknya rantai ekosistem bisnis ini. Dalam rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi pada Selasa, 29 Oktober lalu, misalnya, pemerintah membahas kesiapan infrastruktur mobil listrik. Mulai akhir tahun ini, Grab, perusahaan yang antara lain menyediakan layanan transportasi, akan meluncurkan taksi berbasis mobil setrum.

Grab berencana menerjunkan mobil elektrik bikinan Hyundai di jalanan megapolitan Jakarta. “Karena ini mobil listrik utuh, butuh infrastruktur. Itu yang tadi dibahas,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto di kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Selasa, 29 Oktober lalu.

Rapat koordinasi itu, Airlangga menjelaskan, sekaligus mempertemukan Grab, PLN, dan Singapore Power. Singapore Power akan menyediakan infrastruktur pengisi daya, sementara PLN menjadi pemasok listrik. “Ini seperti stasiun pengisian bahan bakar umum antara Pertamina dan swasta,” ucap pelaksana tugas Direktur Utama PLN, Sripeni Inten Cahyani, setelah mengikuti rapat koordinasi pada 29 Oktober lalu.

Petugas mendemonstrasikan pengisian kendaraan listrik di stasiun pengisian daya di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

PLN sebetulnya sudah jalan lebih dulu. Menurut Sripeni, tanpa menunggu kebutuhan Grab, PLN sudah menanam sejumlah stasiun pengisian baterai di beberapa titik. Tiga di antaranya berada di kantor PLN Distribusi Jakarta Raya. Sripeni menghitung, pasokan setrum cukup untuk memenuhi kebutuhan 20 titik stasiun pengisian daya yang ditargetkan terbangun sampai akhir 2019. “Tahun ini segitu dulu. Yang dengan Singapore Power baru pada 2020,” ujarnya.

TAK cuma mengundang pemain asing, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ingin pemain lokal bisa memproduksi alat pengisi daya mobil setrum. Kebetulan, sejak 5 Desember 2018, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang gedungnya bersebelahan dengan kantor Luhut, memiliki unit pengisi baterai mobil listrik bikinan sendiri dengan daya 50 kilowatt di kantor mereka.

BPPT juga menaruh satu unit lain dengan daya 20 kilowatt di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Tangerang Selatan, Banten. “Intinya, kita mau charging station itu buatan Indonesia. BPPT sudah buat dan standarnya kita coba koneksikan supaya memenuhi standar internasional,” kata Luhut di kantornya di Jakarta, awal September lalu. Belakangan, BPPT bekerja sama dengan PT Len Industri memproduksi pengisi daya tersebut.

Saat peluncuran SPKLU PLN di Gambir, Selasa, 29 Oktober lalu, satu pengisi daya bikinan BPPT ikut dipamerkan. Masalahnya, pengisi daya itu belum teruji di pasar komersial. Karena itulah para pemain global bergerak cepat masuk ke ceruk bisnis ini.

Salah satunya ABB Group, yang dibawa Murdaya Poo, pendiri Central Cipta Murdaya Holding. Murdaya memanfaatkan kerja sama bisnisnya dengan ABB, raksasa elektrik asal Swiss, yang sudah berlangsung puluhan tahun melalui PT ABB Sakti Industri. Di perusahaan tersebut, Murdaya menguasai 45 persen saham.

Murdaya juga memanfaatkan kedekatannya dengan PLN untuk memuluskan langkah ABB masuk ke bisnis pengisi daya mobil setrum. Menggunakan PT ABB Sakti Industri, Murdaya mengungkapkan, dia telah bekerja sama kurang-lebih 35 tahun dengan PLN, dari penyediaan peralatan di pembangkit listrik, transmisi, hingga distribusi. “Sekring, meteran, itu kami juga bikin selama ini,” ucap pengusaha kelahiran Blitar, Jawa Timur, tersebut. 

Tapi bisnis pengisi daya mobil setrum baru Murdaya rintis dua tahun lalu, ketika pemerintah masih menggelar diskusi yang melibatkan industri untuk mempersiapkan ekosistem mobil elektrik. “ABB itu pemimpin pasar dunia,” ujar Murdaya.

Menurut riset MarketsandMarkets, sampai Oktober 2017, ABB telah memasang 6.000 pengisi daya arus searah (direct current/DC) di seluruh dunia. Jumlah itu membuatnya menjadi salah satu pemimpin pasar infrastruktur mobil elektrik global. 

September lalu, SP Group—dulu dikenal sebagai Singapore Power—juga telah menunjuk ABB sebagai penyuplai pengisi daya yang akan dibangun perusahaan tersebut. SP Group sebelumnya mengumumkan rencananya membangun 500 stasiun pengisian daya model DC di seantero Singapura pada 2020 untuk mempercepat pembentukan ekosistem mobil elektrik di negeri itu.

Riset dari Big Market Research menunjukkan, selain ABB, Delta Electronics saat ini mendominasi pasar pengisi daya mobil setrum dunia. Pemain besar lain adalah Volta, perusahaan yang berbasis di San Francisco, Amerika Serikat.

Peluang itulah yang membuat Johnny Tam dan Edbert Kamtawijoyo membawa Delta, pesaing ABB, masuk ke Indonesia. Menurut Edbert, saat ini mereka baru menyuplai satu unit pengisi daya ultra-fast charging berdaya 150 kilowatt untuk PLN. Kendati Delta berbasis di Taiwan, pengisi daya untuk PLN itu dibopong dari Slovakia. “Kami berharap dengan pengenalan seperti ini masyarakat tidak lagi khawatir untuk membeli mobil listrik,” tutur Edbert. “Pengisi dayanya sudah ada di mana-mana.”

PLN kini terbuka kepada siapa saja yang hendak membangun stasiun pengisian listrik. PLN, kata Sripeni, bisa luwes menyesuaikan diri dengan kebutuhan mitra. PLN bisa menjadi penyelenggara, yang menyediakan tempat dan pengisinya, seperti SPKLU di Gambir. PLN juga bisa menjadi pengelola atau penyuplai saja. “Investor langsung mendirikan SPKLU tidak apa-apa, asalkan listriknya dari PLN,” ujar Sripeni.

Selain Grab dengan Singapore Power, Pertamina dan Shell sudah menyatakan keinginannya mendirikan stasiun pengisian listrik. “Bila sudah saatnya di Indonesia untuk mengadopsi teknologi tersebut secara massal, kami siap memasang teknologi tersebut,” ucap Rhea Sianipar, Vice President External Relations PT Shell Indonesia, saat dihubungi, Jumat, 1 November lalu.

Pada September lalu, Shell telah membuka stasiun pengisian listrik di Singapura, yang ekosistem mobil setrumnya sudah jauh lebih maju. Di sana, Shell menggunakan Greenlots, perusahaan rintisan pengisi daya baterai mobil yang baru mereka akuisisi pada Januari lalu.

KHAIRUL ANAM, RETNO SULISTYOWATI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Khairul Anam

Khairul Anam

Redaktur ekonomi Majalah Tempo. Meliput isu ekonomi dan bisnis sejak 2013. Mengikuti program “Money Trail Training” yang diselenggarakan Finance Uncovered, Free Press Unlimited, Journalismfund.eu di Jakarta pada 2019. Alumni Universitas Negeri Yogyakarta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus