Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

De Quiringaud Girang

Kunjungan Menlu Prancis Louis De Quiringaud, 67, dengan 20 industrialis & bankir Prancis ke Jakarta, untuk menarik minat Indonesia membeli barang-barang buatan Prancis, tapi belum berniat membuka Bank Prancis. (eb)

23 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENLU Perancis Louis de Guiringaud boleh ketawa ketika meninggalkan bandar udara Halim Perdanakusumah pekan lalu. Selama berkunjung di Jakarta selama 4 hari memang belum terdengar ada kontrak yang ditandatangani antara Perancis dan Indonesia tapi de Guiringaud, 67 tahun, yang membawa 20 industrialis dan bankir Perancis, berhasil mengantongi beberapa letter of intent, yang menunjukkan niat pemerintah dan swasta Indonesia untuk membeli barang-barang buatan Perancis. Bukan merupakan basa-basi agaknya kalau Menlu de Gluiringaud pada akhir kunjungannya menyatakan "saya merasa sangat puas atas segala aspek kunjungan saya." Meski pembicaraan dengan para pejabat dan usahawan Indonesia dikatakannya masih bertaraf penjajagan umum, tercatat keinginan pihak Indonesia untuk antara lain memesan 48 truk berat dari perusahaan Berliet, sekitar 6 sampai 8 helikopter Puma seharga US$ 3 juta satunya dan 3 pesawat terbang Transall C-120 untuk keperluan mengangkut para transmigran. Adapun heli Puma yang mempunyai versi militer itu, yang antara lain juga dimiliki Pertamina, juga akan dirakit di Indonesia dengan lisensi Perancis. Perancis memang sudah lama hadir , di Indonesia, sekalipun masih terbatas dalam hal menjual keahlian dan barang. Di bidang tenaga atom, seperti dikatakan Menlu de Guiringaud dalam wawancara khusus dengan TEMPO, sejak awal April 1969 ada kerjasama, antara lain untuk melatih ahli-ahli riset dan teknik dan eksplorasi uranium di Indonesia (TEMPO, 9 September). Penjual Senjata Tapi yang mengasyikkan para pengamat di Jakarta dari misi de Guiringaud adalah "kemungkinan pembelian senjata, heli Puma yang sudah dibuktikan kedekatannya untuk mengangkut tentara AS di Vietnam dan pesawat Transall keluaran mutakhir Perancis itu. Akan halnya pembelian senjata, seperti dikatakan pihak Hankam, memang masih bertaraf daftar penyusunan kebutuhan pihak angkatan bersenjata Indonesia saja. Namun rencana keberangkatan sebuah tim penilai dari Departemen Hankam ke Paris dalam waktu dekat ini tentu memberi harapan buat Perancis. Sementara pejabat Indonesia malah sudahmenyatakan keinginan untuk melengkapi Angkatan Darat kita dengan tank buatan Perancis. Pernah pula disebut kemungkinan pembelian pesawat tempur jet Mirage, yang terkenal dipakai angkatan udara di Libia. Dan Perancis memang dikenal sebagai salah satu penjual senjata dan peralatan militer kepada Dunia Ketiga. Tentang pesawat Transall, yang berharga antara $ 10 sampai $ 11 juta sebuah, bisa dibayangkan akan jatuh kepangkuan perusahaan Aerospatiale. Perusahaan raksasa yang sebagian besar sahamnya dimiliki pemerintah Perancis itu berkongsi dengan maskapai Messerschmitt-Blokow-Blohm dan VFW-Fokker, keduanya dari Jerman Barat, dalam membuat pesawat angkut itu. Itu bermula dari rencana pemerintah Indonesia untuk memindahkan kaum transmigran dari Jawa ke daerah lain lewat udara. Tak ayal lagi, gagasan itupun sempat menimbulkan persaingan hangat antara perusahaan AS Lockheed yang membuat pesawat Hercules C-100 dan gabungan perusahaan Perancis Jerman Barat tersebut. Kedua raksasa itu belum lama berselang telah mendemonstrasikan masing-masing kebolehan pesawatnya dalam penerbangan percobaan mengangkut kaum transmigran. Alhasil, saing-menyaing di udara Indonesia lebih memberi kans buat duet Perancis-Jerman Barat untuk tampil sebagai pemenang. Pesawat Transall C-120 yang bermesin dua turhoprop rupanya memiliki kelebihan untuk menggunakan landasan pendek yang kini dipunyai berbagai lapangan terbang perintis di Indonesia. Tapi pihak pengusaha Perancis yang ikut rombongan dc Guiringaud maupun kedutaan besar mereka di Jakarta, ketika ditanya maslh lebih suka menahan diri. "Ini kan baru letter of intent. Sebaiknya kita tunggu sampai rampung dulu," kata seorang pejabat kedutaan di Jakarta. Nomor 19 Namun yang dirasa masih amat mengganjel bagi pihak Perancis agaknya menyangkut masalah belum diizinkannya mereka untuk membuka cabang bank di Jakarta. "Kalau memang anda menghendaki investasi dan perdagangan yang lebih banyak dengan kami, selayaknya bank sebagai sarana perkreditan dan transfer dibolehkan unnlk beroperasi," kata seorang bankir yang ikut dalam rombongan Menlu Perancis. Suatu alasan yang masuk akal, memang. Tapi pemerintah Indonesia beranggapan adanya 11 bank asing yang membuka cabang di Jakarta dipandang sudah cukup. Bagi yang masuk belakangan, pemerintah membolehkan untuk membuka perwakilan. Credit Lyonnais, sebuah hank yang tergolong paling besar di Perancis, sejak lama memang sudah buka perwakilan di Jakarta. Dan Maret lalu sudah bertindak lebih maju dengan menjalin kerjasama dengan Panin Bank, bank swasta nasional yang terbesar di Indonesia. Tapi cara demikian rupanya belum dianggap cukup untuk merangsang investasi mereka. Kehadiran Perancis di Indonesia sampai sekarang boleh dikatakan lebih banyak menjual barang daripada menanam modal. Sebagai negara industri nomor 2 di Eropa, sesudah Jerman Barat, modal Perancis yang ditanam di Indonesia baru tercatat US$ 24,5 juta dalam 8 proyek. Dengan kata lain, Perancis baru menempati anak tangga ke-6 di antara negara Eropa yang menanam modal di Indonesia. Kalau dibandingkan dengan seluruh investasi asing yang beroperasi di sini, maka Perancis berada dalam urutan nomor 19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus