AKANKAH India menyesali jatuhnya Indira Gandhi? Sebab ternyata
bahwa protes terhadap kampanye sterilisasi yang ditunggangi
oposisi untuk menyingkirkannya April tahun lalu, kini membawa
kemunduran dahsyat dalam pertumbuhan penduduk.
Pelaksanaan keluarga berencana di negara berpenduduk 650 juta
itu, sejak turunnya puteri Nehru nyata sekali kemerosotannya.
Terutama dalam usaha pembatasan kelahiran memakai sterilisasi.
Sampai bulan April 1978 hanya 800.000 sterilisasi yang
dilaksanakan. Atau 10% dari yang pernah dicapai setahun
sebelumnya -- zaman Indira. Dan kira-kira hanya sepertiga dari
hasil sepanjang tahun 1975-76 pada saat mana bujuk rayu untuk
pemandulan mulai berubah menjadi cambuk paksaan.
Sudah angka sterilisasi menurun tajam, daerah yang dicapai pun
bukan daerah utara yang padat. 80% dari pemandulan yang bisa
dilaksanakan pemerintah Desai sekarang hanya daerah selatan dan
Gujarat. Padahal berperisaikan undang-undang darurat, Indira
bisa menerobos dan menekan pertumbuhan di daerah utara itu.
Dibandingkan dengan sterilisasi, kemunduran dalam metode
pembatasan kehamilan yang lain, seperei spiral, memang tak
terlalu drastis. Tapi target yang dicapai sekarang jauh dari
cukup. Dari 560.000 di zaman Indira, sekarang menjadi 200.000
saja. Ini berarti lebih separo dari peserta KB telah
mencampakkan alat anti-hamil dan siap untuk dibuahi. Membuat
pintu pertambahan penduduk terbuka.
Ransum Dipotong
Ahli-ahli kependudukan mulai cemas melihat keadaan India
sekarang. Jauh dari anak benua itu, di Ontario, Kanada, Agustus
lalu, Ketua Perhimpunan Keluarga Berencana India, dr Naraya
Bhatnagar menyatakan: "Satu-satunya jalan keluar dari krisis
penduduk di India adalah kewajiban pemandulan bagi penduduknya."
Di depan perkumpulan pelayanan keluarga berencana di sana ia
menyebutkan bahwa penduduk India sekarang saban tahun bertambah
20 juta jiwa. Angka kelahiran per kapita melonjak menjadi 52
bayi dari 34 per 1000 orang pada zaman pemerintahan Indira
Gandhi.
Penekanan pertambahan penduduk yang berhasil dicapai Indira
Gandhi tempo hari memang tak terlepas dari keadaan darurat yang
diberlakukan ketika itu. Dalam kampanye sterilisasi, sebenarnya
bukan rakyat jelata saja yang jadi korban. Para petugas KB juga
menderm nasib serupa. Mereka memang mendapa perangsang untuk
target yang telah dicapai, tapi mereka akan mendapat hukuman
setimpal kalau target yang telah ditentukan ternyata gagal. Gaji
mereka bisa dihentikan. Kenaikan pangkat ditunda. Dipindahkan ke
pekerjaan yang kurang enak atau samasekali dipecat. Kartu ransum
mereka bisa juga dipotong.
"Benda" Dipotong
Kekejaman memang berkecamuk ketika itu. Di Uttar Pradesh
misalnya petugas menangkapi orang-orang tua tak berdosa,
termasuk anak-anak, untuk disterilkan. Di Delhi dan Bombay orang
yang lagi enak-enak di jalanan maupun yang sedang meringkuk
dalam penjara diringkus. Mereka dimasukkan ke kampkamp
sterilisasi yang didirikan di bawah tenda-tenda warna-warni. Di
pinggir-pinggir jalan atau dalam pasar. Untuk memburu target!
Di Kota Muzaffarnagar para ulama Muslimin mengatakan bahwa para
pekerja pedesaan digiring masuk truk dan dipaksa mandul. Rakyat
jadi menggig!l ketakutan. Masyarakat Islam di sana punya fikiran
bahwa kejadian-kejadian itu merupakan rencana jahat orang-orang
Hindu untuk menyingkirkan mereka. Terhadap operasi vasektomi
misalnya masyarakat sendiri mengira bahwa "benda" mereka akan
dipotong.
Karena dikejar-kejar target, pemeriksaan kesehatan menjadi
kurang saksama. Terkadang terjadi infeksi. Atau operasi
pemandulan menjadi gagal. Di salah satu desa Punjabi, seorang
isteri yang sudah dikebiri ternyata juga masih hamil. Malang
wanita ini. Dia kemudian dibunuh oleh keluarganya sendiri,
karena dikira berzinah. Ia salah satu contoh pahit dari
pelaksanaan operasi pemandulan yang ceroboh ketika itu.
Seisi Dunia
Indira Gandhi memang bisa dituduh bengis, karena momok yang
muncul dari balik kampanye sterilisasinya. Tapi bagaimanapun
hasilnya memang cukup penting untuk merem pertumbuhan penduduk.
Mungkin juga bukan sterilisasi yang salah. Sebab buat India,
terutama penduduk pedesaannya yang terbelakang, pemandulan
dianggap satu-satunya jalan. Mungkin. Ini pernah diucapkan oleh
Karan Singh, bekas menteri kesehatan zaman Indira. "Haruslah
diakui bahwa aparat konstitusi tambahan yang jadi pusat
kekuasaan pada waktu itu bertanggungjawab terhadap keadaan
menyedihkan karena di berbagai tempat program keluarga berencana
menjadi paksaan dan membangkitkan kemarahan masyarakat," katanya
dalam sebuah wawancara dengan People, sebuah berkala KB yang
terbit di Inggeris.
Sementara itu Raj Narain, menteri kesehatan sekarang
mengolok-olok hahwa pada zaman Indira tak ada program
kesejahteraan keluarga. "Yang ada hanya keluarga berencana yang
dipaksakan. Pada akhir pemerintahannya Indira Gandhi telah
menentukan target 5 juta sterilisasi paksa," katanya.
Ia menyebutkan, janganlah tingkat pertumbuhan dihitung hanya
dengan metode sterilisasi. "Pemerintah telah mengajukan berbagai
fikiran dan metode keluarga berencana sukarela. Bhamachaia
(ajaran Hindu tentang pengekangan nafsu sex) merupakan salah
satu alternatif. Dia merupakan salah satu jalan terbaik. Dengan
Bhramacharia kita akan mencapai tingkat kesehatan yang bagus,
kebudayaan yang baik dan fikiran yang cemerlang. Sebab anda
tidak hanya akan memikirkan diri sendiri, anda akan memikirkan
seisi dunia," urainya. Tapi entah bagaimana parahnya
pertengkaran dengan pemerintah yang berkuasa di India sekarang,
tiba-tiba ia meletakkan jabatan Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini