Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Debat Ahli Dan Jalan Orang Tua

Guru paling bergembira menyambut larangan dioperasikannya video game. Tapi ada ahli yang berpendapat video game bermanfaat. Orang tua mulai senang beli untuk dipasang di rumah.

26 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LARANGAN pemerintah terhadap video-game yang dioperasikan di tempat-tempat umum ternyata memancing rupa-rupa pendapat. H. Chalid Mawardi nampak kaget dan agak kecewa. Ketua Komisi I DPR-RI (bidang Hankam dan Luarnegeri) tersebut pernah menyaksikan, malahan ikut mencoba permainan itu. "Memang bisa membuai," katanya kepada TEMPO. "Tetapi setelah saya dengar pemerintah melarangnya, saya kecewa sekali. Permainan saja kok dilarang." Menurut Ketua Gerakan Pemuda Ansor itu kalau memang takut pada akibat permainan video itu pemerintah bisa menempuh jalan dengan memberlakukan pembatasan-pembatasan dalam pengoperasiannya. Misalnya kapan dan siapa saja yang boleh memakainya. "Seperti mengatur bioskop," katanya. Pandangan serupa juga dikemukakan V.B. da Costa SH anggota Komisi III DPR (bidang Hukum). Dia malahan menolak anggapan video-game berpengaruh buruk terhadap generasi muda. "Sebab segi positifnya lebih banyak, orang bisa santai sambil melatih otak," katanya kepada surat kabar Kompas. Dia juga tidak sependapat dengan pikiran yang menyatakan permainan tersebut akan membuat anak-anak tidak betah di rumah. "Seandainya anak itu memang bisa dikekang di rumah, walau ada seribu video-game di luar, anak itu pasti tetap bisa diatur," tambahnya. Kalangan guru sekolah banyak yang setuju dengan larangan Pangkopkamtib tanggal 15 Desember itu, terutama mereka merasa terganggu karena muridnya suka bolos untuk main video. Namun ada juga dari kalangan pendidikan yang berpendapat lain. "Sampai saat ini saya belum menemukan segi yang negatif dari video-game," ucap Dr. A.S. Munandar, Dekan 11akultas Psikologi Universitas Indonesia. Munandar, menurut pengakuannya, sekitar setengah bulan yang lalu pernah mengamati permainan tersebut di pusat pertokoan Ratu Plaza di Jalan Sudirman, Jakarta. "Dari yang saya lihat, permainan ini merupakan paduan reaksi antara pengamatan dan gerak. Hal ini dapat melatih daya analisa si pemain. Apalagi jika permainan ini memungkinkan orang untuk membuat program sendiri, maka hal ini dapat melatih daya pikir seseorang," ulas sarjana yang mengajar untuk mata kuliah psikologi perusahaan. Ia sependapat dengan sejumlah ahli psikologi Amerika yang beranggapan permainan video dapat meningkatkan taraf kecerdasan. "Soalnya permainan yang berprogram itu mengandung pelajaran. Bahkan mungkin lebih menarik dari pelajaran biasa, karena ada unsur permainannya. Menurut saya permainan ini mestinya bukannya dilarang, tapi justru harus dirangsang," katanya tersenyum. Ahli psikologi yang lain, Dr Singgih D. Gunarsa bependapat permainan video ini tidak hanya memberikan rekreasi bagi anak-anak yang memang membutuhkannya. Dia juga berguna untuk pendidikan. "Permainan ini akan melatih konsentrasi dan koordinasi sensomotorik. Dengan kata lain mengembangkan kemampuan imajinasi." Memang, permainan dalam ilmu pendidikan tidak dilarang. Selain untuk mengembangkan kemampuan imajinasi, dia juga dipergunakan untuk penyegaran kembali setelah dihimpit persoalan berat. "Belajar memang memerlukan hiburan," ulas Dr. Jahja Qahir, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan--IKIP Jakarta. "Tapi hiburan macam apa yang sekaligus bermanfaat?" tanyanya pula. Dia menganggap gambar-gambar yang disajikan dalam permainan video tidak mendidik, karena gambar-gambarnya fantasi belaka. Bukan kenyataan. "Jika isinya baik dan bisa merangsang gairah belajar, permainan itu akan saya dukung. Tetapi setelah saya lihat gambar-gambarnya, saya kira permainan itu akan banyak menyita waktu belajar mereka. Perhatian mereka dalam belajar akan berkurang," katanya. Anak-anak sekolah sendiri yang sedang kecanduan dengan permainan elektronis ini tidak bisa menunjukkan sesuatu yang membanggakan yang mereka peroleh dari permainan itu. Sedangkan para guru hanya mengharapkan manfaat. "Permainan itu hanya memboroskan uang, waktu dan anak menjadi malas. Yang berhubungan dengan pendidikan tidak ada. Misalnya yang berhubungan dengan sejarah atau berhitung. Pokoknya murid yang main di Aldiron Plaza dan kepergok gurunya biasanya malu," cerita Wirwahyu, Kepala Sekolah SMA VI yang terletak tidak begitu jauh dari pusat perdagangan Blok M Jakarta. Guru-guru sekolah yang mengajar di beberapa sekolah yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan itu piling sebal menghadapi demam video yang menjangkiti murid-muridnya. Murid-murid banyak yang menunggak SPP karena dijadikan\modal main. Ada juga yang diam-diam mengambil uang receh dari dompet ibunya. Tak heran merekalah yang paling bergembira mendengar larangan pemerintah. Tetapi mereka menghadapi masalah baru. Game & Watch yang juga dilarang dioperasikan sebagai kegiatan bisnis ternyata menggantikan video-game. Murid sering kepergok sedang memainkan alat itu di dalam kelas sementara guru sedang mengajar. Untuk menyalurkan kegemaran yang tak terbendung itu kalangan orang tua ada pula yang punya pikiran untuk membeli home game dan memasangnya di rumah. Suatu hari setelah pulang menyaksikan pameran video game di Ratu Plaza, Nyonya Rachmat Muljomiseno (istri anggota DPR dari Fraksi FPP) punya rencana untuk membeli alat permainan tersebut. "Saya pikir alat ini dapat menjadi hiburan rumah yang menarik bagi cucu-cucu saya kalau mereka mengunjungi rumah kami," kata nenek dari 15 cucu itu. Mereka yang sudah membeli dan memasang alat permainan itu di rumah, kelihatan sedikit-banyak agak tenteram. Tak ada alasan lagi untuk cemas mencari-cari ke mana anaknya. "Saya merasakan manfaat home game itu buat keluarga saya," tutur Nyonya Tetty, 29 tahun yang bertempat tinggal di daerah Tebet, Jakarta. Jam belajar untuk anak-anaknya katanya tidak terganggu. Ia mengatur kapan alat itu boleh dimainkan. Alat itu juga mendatangkan suasana santai di rumahnya, karena suami sering pula ikut main untuk memeriahkan suasana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus