HUMOR, kata majalah Reader's Digest, adalah obat terbaik.
Seminar, kata majalah yang lain (mungkin TEMPO), adalah
penyakit menular.
Maka sebuah seminar tentang humor adalah sebuah obat menular
atau mungkin lebih tepat penyakit terbaik. Dan itulah yang
diselenggarakan oleh Lembaga Humor Indonesia, yang didirikan
oleh penulis humor Arwah Setiawan di tahun 1978 dan sejak itu
tiap tahun mengadakan kegiatan.
Seminar ini, seperti seminar lain yang banyak jumlahnya (hingga
dibatasi oleh pemerintah untuk penghematan anggaran) menampilkan
sejumlah ahli sebagai pembicara.
Dimulai 18 Desember 1981 pekan lalu, dan berakhir esoknya,
seminar di Teater Arena Taman Ismail Marzuki itu
mengetengahkan,seorang doktor filsafat, seorang ahli linguistik,
seorang kiai, seorang sarjana theologi, seorang guru besar
psikologi yang juga ahli masalah-masalah luar negeri, seorang
ahli ilmu jiwa, dan lain-lain, termasuk mereka yang tak jelas
keahliannya, misalnya wartawan.
Dengan dibayar Rp 75.000, tiap pembicara diharapkan menyiapkan
makalah, yang mungkin akan diterbitkan oleh Penerbit Gramedia,
penyeponsor acara ini. Sejumlah makalah memang berhasil masuk.
Tapi nampaknya pembicaraan dan suasana dalam diskusi lebih hidup
ketimbang makalah yang tertulis. Rahasianya: masing-masing
pembicara mencoba melucu.
Yang paling sukses agaknya Abdurrahman Wahid, kiai dari
Pesantren Ciganjur serta kolumnis yang banyak menulis itu. Salah
satu leluconnya ialah tentang orang Arab yang datang ke Paris.
Dia uk bisa bahasa Prancis, tapi cukup berani untuk tinggal di
hotel kelas satu itu.
Di hari pertama, waktu sarapan, pelayan hotel menyapanya dengan
sopan: "Bonjour".
Tamu dari Arab ini menyangka, bahwa si pelayan menanyakan
namanya. Dia pun menjawab: "Anna Abbas Hilmy". Mereka saling
senyum.
Keesokan harinya orang Arab itu ternyata mendapat tegur sapa
yang sama: "Bonjour."
Tamu kita pun menjawab lagi. "Anna Abbas Hilmy". (Saya Abbas
Hilmy). Tapi dia sendiri mulai heran, setelah tiap-tiap kali
ketemu, orang Prancis di hotel itu menanyakan hal yang sama.
Ia pun datang ke toko buku. Ada kamus kecil Prancis-Arab. Dia
baca di sana apa artinya "bonjour". Ternyata "selamat pagi",
semacam salam baik sebelum malam. Abbas Hilmy baru uhu sekarang,
kesalahannya selama ini. Toh masih ada satu soal belum terjawab:
kalau seseorang mengucapkan "bonjour" kepadanya, ia mesti
menjawab apa? Kilmus kecil itu kamus Prancis-Arab, dan bukan
Arab-Prancis, maka dia tak tahu apa jawabnya dari buku itu.
Tapi dia dapat akal. Untuk mengetahui apa jawaban yang tepat
bagi tegur sapa bonjour, dia harus mengucapkannya lebih dulu.
Lantas, ia harus menyimak baik-baik apa jawaban si orang
Prancis.
Maka waktu dia pagi-pagi ketemu pelayan hotel yang suka
mengucapkan selamat pagi kepadanya, dengan cepat mendahului.
"Bonjour!", serunya, merdu.
Jawab pelayan Prancis itu: "Anna Abbas Hilmy !"
Lelucon yang lain dikutip oleh Djoko Kentjono, ahli linguistik
Fakultas Sastra Universitas Indonesia, dalam makalahnya yang
setebal 20 halaman. Begini:
Seorang anak kecil menuntun keledainya melewati sebuah markas
tentara. Dua orang prajurit ingin menggodanya. "Untuk apa kau
pegangi kakak kandungmu itu erat-erat, buyung?" tanya salah
seorang dari mereka.
Jawab si buyung "Supaya tidak ikut jadi tentara."
Usaha Binatu
Apakah lelucon-lelucon seperti di atas jahat bagi orang yang
terkena baik orang Arab ataupun tentara? Tidak perlu marah,
demikian kira-kira nasihat Prof. Dr. Fuad Hassan. "Kepribadian
yang dihinggapi oleh kompleks rendah diri biasanya tidak mampu
mencerna suatu sajian humor yang langsung atau tak langsung
melibat dirinya," tulis Fuad Hassan dalam makalahnya, Humor dan
Kepribadian.
Lalu guru besar ilmu psikologi yang juga diplomat itu pun
menceritakan lelucon, yang dikutipnya dari kalangan menteri luar
negeri ASEAN.
Carlos Romulo pernah ketemu anggota delegasi RRC di PBB. Dia
berbisik, "Tahukah anda bahwa sebenarnya orang Cinalah yang
menemukan benua Amerika sebelum Columbus?"
Diplomat Cina itu tak percaya. "Kalau kami yang menemukan,
kenapa bukan kami yang sekarang menetap di Amerika?"
Jawab Romulo: "Soalnya para penjelajah Cina yang pertama itu
mendaki pegunungan Rockies. Di sana mereka melihat penduduk asli
Amerika orang-orang Indian. Karena mereka lihat Indian-Indian
itu tak berpakaian, para penjelajah Cina itu pun memutuskan
untuk tak jadi tinggal di Amerika. Sebab elas tak mungkin di
negeri itu mereka memulai usaha binatu."
Dan para hadirin pun tertawa grr-grr-grr. Lalu mereka seperti
sepakat seminar tak perlu pakai kesimpulan. Perlu humor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini