Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Demi Berita Sumbernya Dibayar

Pers inggris kini mengenal checkbook journalism yakni wartawan memberikan uang kepada sumber berita sebagai imbalan untuk memperoleh informasi & foto eksklusif. seperti kasus untuk yorkshire ripper. (md)

30 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERS Inggris kini mengenal checkbook journalism. Sebutan itu dipakai bila wartawan ketahuan memberikan uang kepada sumber berita sebagai imbalan untuk memperoleh informasi dan foto eksklusif. Persoalannya, tulis wartawan TEMPO Gabriel Gay di London, mengguncangkan hati nurani masyarakat Inggris. Adalah majalah satiris Private Eye (London) yang pertama kali menyatakan bahwa koran Daily Mail (London) telah memberikan œ 250 ribu (satu pond bernilai sekitar Rp 1.600) untuk memperoleh cerita ekslusif dari Nyonya Sonia Sutcliffe. Soal pembayaran itu tentu tidak akan menggegerkan seandainya tidak menyangkut perkara Peter William Sutcliffe, 34 tahun, yang dituduh melenyapkan nyawa 13 gadis Inggris. Pembunuh yang digelari Yorkshire Ripper itu lama menjadi buronan pihak berwajib, dan menyebabkan ketakutan meluas terutama di kalangan wanita. Sementara Sutcliffe berlarut-larut diadili di Pengadilan Old Bailey (London) sebelum ia dijatuhi hukuman seumur hidup, di luar ruang sidang terjadi perkembangan menarik. Setelah membaca tulisan di Private Eye itu Nyonya Doren Hill (ibu Jacqueline Hill, salah satu korban Sutcliffe), segera menulis surat kepada Ratu Inggris Elizabeth II. Di situ ia menyesalkan pembayaran oleh sejumlah pers Inggris untuk memperoleh cerita eksklusif dari peristiwa pembunuhan itu. Upaya pembayaran itu, demikian Anelay Hart, pengacara Nyonya Hill, terasa menjijikkan. Tindakan pers itu, lanjut Hart, jelas menganiaya perasaan kliennya tadi. Nyonya Hill sendiri menolak menerima uang dari suatu koran tapi koran News of the World, Sunday People, Daily Star, dan Daily Mail diduganya telah mengeluarkan lebih dari œ 150 ribu. Ia sangat jijik, katanya, jika ada anggota keluarga pembunuh anaknya, maupun teman pembunuh, bisa menarik keuntungan dari peristiwa itu. Dengan menulis surat (21 Februari) kepada Ratu Inggris, Nyonya Hill berusaha meyakinkan bahwa asas crime does not pay (kejahatan tidak membawa keuntungan) masih berlaku. Surat serupa juga dikirimkannya kepada Menteri Dalam Negeri dan sejumlah anggota Parlemen Inggris. Di luar dugaan, William Heseltine, Sekretaris Pribadi Ratu Inggris, mengirim surat balasan, 26 Februari. Dinyatakannya Ratu bisa memahami perasaan Nyonya Hill jika benar Daily Mail akan menerbitkan cerita yang diperolehnya dari sumber berita dengan imbalan uang. "Sekalipun tindakan itu tidak melawan hukum dan (penguasa) sulit melakukan campur tangan," tulis Heseltine, Ratu Inggris "ikut merasa muak." Sesudah reaksi Ratu Inggris itu tersiar lewat Press Association, Davis English, Pemimpin Redaksi Daily Mail, kontan mengirim telegram dari New York. la sangat menyesalkan sikap Istana Buckingham yang spontan tadi, karena ia sudah berniat menyanggah surat Nyonya Hill. Yang sangat mengherankan pula, katanya, Heseltine tidak mengecek kembali keakuratan surat Nyonya Hill sebelum memberi jawaban. English membantah bahwa Mail pernah memberi uang kepada Sonia, istri Peter Sutcliffe. Namun pembayaran sebesar œ 5 ribu pernah diberikannya kepada ayah Sutcliffe sebagai imbalan atas sejumlah foto dan informasinya. Hal serupa, kata English, juga dilakukan koran lain. Nyonya Maria Szurma, mertua Sutcliffe, juga menyatakan bahwa anaknya (Sonia) tidak pernah menerima uang dari koran mana pun. Hura-hura di luar ruang sidang itu akhirnya sampai juga ke telinga Sir Michael Havers, Jaksa Agung Inggris. Sir Michael, yang juga jaksa penuntut dalam perkara Yorkshire Ripper itu, memperingatkan bahwa pemberian uang kepada saksi (oleh pers) bisa menodai penjelasan bersangkutan di pengadilan. Saksi Trevor Birdsall, teman Sutcliffe, mengaku ia menerima œ 500 dan tambahan œ 65 setiap minggu dari koran Sunday People. Tambahan œ 65, berikut makan dan tidur gratis di suatu hotel di London itu diperolehnya sejak 6 Januari. Birdsall tidak terikat kontrak. Tapi ia kini hidup bersama seorang wanita, Gloria Conroy, yang dikontrak œ 2.000 oleh Sunday People. Ini diakuinya terus terang. Dan sebagai imbalannya tentu, Birdsall, sang sopir, menceritakan kehidupan Sutcliffe yang dikenalnya kepada koran itu. Jaksa Agung Sir Michael kemudian melarang Birdsall memberikan segala keterangan (kesaksiannya) kepada siapa pun -- tidak terkecuali pers. "Jika anda melanggar perintah ini, saya akan segera menggunakan kekuasaan," ujarnya. "Persaingan Hina" Selain Mail, koran Daily Star ternyata juga memberikan œ 1.000 kepada pelacur Olivia Reivers, yang tidur bersama Sutcliffe ketika pembunuh itu tertangkap. Pelacur itu masih mengharapkan tambahan œ 3.000 jika keterangannya diterbitkan Star. Juga Daily Express memberikan œ 350 kepada sejumlah sahabat Sutcliffe yang telah memberikan beberapa foto pembunuh itu ketika sedang mengail. The Sun, The Sunday Mirror, dan saluran televisi ITN disebut pula telah mengeluarkan uang untuk memperoleh informasi. Tapi News of the World segera mencabut kembali upaya pembayaran œ 110 ribu kepada istri Sutcliffe setelah Nyonya Hill mengungkapkan skandal tadi. Persatuan wartawan Inggris (NUJ) - seperti suara Istana Buckingham -- menyebut perlombaan seprofesi dengan imbalan uang itu merupakan "persaingan hina". Tapi persaingan tak terelakkan. Pers Inggris beranggapan bahwa cerita apa pun di seputar Sutcliffe pasti akan menarik pembaca. Dengan menghalalkan cara itu, pers kuat tentu akan unggul. Dan checkbook journalism juga pernah dilakukan David Frost. Untuk mewawancarai bekas Presiden AS Richard Nixon, Frost membayar US$ 600 ribu. Kemudian ia mengedarkan hasil wawancaranya itu (Mei 1977) ke-147 stasiun televisi di Amerika dan negeri lain. Dari situ Frost memetik keuntungan US$ 1 juta. Tindakan Frost itu, waktu itu, dikecam berbagai pihak -- antara lain Leon Jaworski, Jaksa Penuntut pengadilan skandal Watergate. Dulu itu menyangkut politik, dan dihalalkan. Tapi orang kini di Inggris bertanya Dari peristiwa sedih semacam Yorkshire Ripper itu, layakkah pers mengeluarkan uang untuk memperoleh informasi?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus