TAPI apa lagi peranan IPMI? Kongresnya yang terakhir ini
memutuskan bahwa IPMI adalah organisasi yang tidak terlibat
secara struktural dengan perguruan tinggi. Ia tampak terbentur
pada kenyataan bahwa pemerintah menginginkan agar pers mahasiswa
memusatkan perhatian pada penulisan yang berkaitan dengan
kegiatan kampus.
Antony Zeidra Abidin, bekas ketua Llmum IPMI Pusat, tetap
berpendirian bahwa pers mahasiswa berperan sebagai alat kontrol
sosial. Pemberitaannya tidaklah hanya terpusat pada masalah
kampus belaka kata Abidin yang tadinya memimpin koran Salemba
(universitas Indonesia). Departemen Penerangan memberangus koran
itu (6 Mei) yang menyusul nasib Kampus (ITB) sebulan lebih dulu.
Pers mahasiswa dituntut supaya menyesuaikan diri. Tulisan dan
karikatur tajam mengenai masalah politik, soal luar kampus,
tidak dibenarkan lagi tampaknya.
Penerbitan mahasiswa itu, kata Menteri Muda Urusan Pemuda dr.
Abdul Gafur, secara konsepsional haruslah menjadi bagian dari
sistem pendidikan tinggi. "Yakni mengembangkan penalaran,"
tambahnya. "Koran mahasiswa seharusnya memperlihatkan nilai
intelektual masyarakat ilmiah."
Kelemahan pers mahasiswa bukannya tidak ada. Ismid Hadad,
misalnya, melihat penyajian pers mahasiswa kini secara
jurnalistik jelek sekali. Ia menilai kecenderungan pers
mahasiswa membahas masalah abstrak, dan besar tapi tidak
disertai ketrampilan yang cukup. "Nafsu besar, tapi tenaga
kurang," kata Ismid, bekas wakil ketua umum IMI Pusat, kini
pemimpin umum majalah Prisma.
Menteri Muda Garuf pun menyebut banyak pers mahasiswa kini tidak
digarap secara profesional. Pada hakikatnya penerbitan mahasiswa
yang berorientasi ke masalah umum, "tidak ada yang baik,"
tambahnya.
Tidak Jelas
Yang dinilai baik oleh Gafur adalah Clayperon, diterbitkan
mahasiswa Fakultas Teknik Sipil UGM, dan Media lesculapius,
diterbitkan mahasiswa Fakultas Kedokteran UI. "Dulu ketika baru
terbit, Salemba itu baik, tapi lama-lama isinya berubah,"
sambungnya.
Dengan niat membenahi penerbitan mahasiswa, Menteri Muda Gafur
ingin memakai IPMI sebagai jalur ketiga untuk membina generasi
muda. "Ini sesuai dengan keputusan kongres IPMI sendiri yang
ingin tetap berada di luar kampus," katanya.
Tidak jelas langkah apa yang akan diambilnya. Yang pasti ialah
setelah Salemba, Gelora Mahasiswa, Kampus, Media ITS, dan Alma
Mater (IPB) dibredel, IPMI seolah kehilangan pijakan.
Apa lagi yang akan dilakukan lPMI? "Kami akan segera mengajukan
memorandum kepada pemerintah agar pers mahasiswa mendapat
kebebasan lebih luas," kata Wikrama Iryan's Abidin, ketua umum
IPMI Pusat (1980-1982). "Kami menolak IPMI dipakai sebagai jalur
ketiga pembinaan generasi muda. Kalau kami menerima, berarti
IPMI kehilangan sifat independennya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini