Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Derita Peternak Sapi Perah Boyolali: Susu Dibuang karena Tak Terserap Pabrik, Pemerintah Belum Bertindak

Setiap hari, peternak sapi perah di Boyolali membuang 30-50 ribu susu bernilai Rp400 juta, bisa untuk 100 ribu porsi susu makan bergizi gratis Prabowo

10 November 2024 | 13.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap hari peternak sapi perah membang susu murni di Boyolali sebanyak 30-50 ribu liter senilai Rp400 juta gara-gara produksi mereka ditolak industri pengolah susu (IPS) karena ada pembatasan kuota. Jumlah itu bisa dipakai untuk memberi susu 100 ribu anak dalam program makan siang gratis Presiden Prabowo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akibat pembatasan itu, ratusan peternak sapi perah dan pengepul susu di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu, 9 November 2024, menggelar aksi protes dan mendesak pemerintah memberikan perhatian serius terhadap permasalahan yang sedang mereka hadapi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam aksi, para peternak dan pengepul susu itu mengangkut sekitar 50 ton atau 50 ribu liter susu dalam puluhan drum dan tangki dengan beberapa mobil bak terbuka dari lokasi pengepul menuju Kantor Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali. Dari kantor tersebut, susu-susu itu lalu dibawa menuju ke pusat kota, tepatnya di kawasan Tugu Susu Tumpah di Kecamatan Boyolali Kota.

Koordinator Aksi, Sriyono Bonggol, mengatakan sebagian digunakan untuk mandi susu dalam aksi solidaritas untuk para peternak ini. Sedang sebagian susu turut dibagikan gratis kepada warga pengguna jalan. “Total ada 50 ribu liter susu yang dibuang dalam aksi solidaritas ini. Jika di rupiahkan, uang yang dibuang dalam aksi ini mencapai Rp 400 juta,” ujar Sriyono kepada wartawan.

Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali menerima audiensi para penampung  yang mewakili para peternak sapi perah di wilayahnya yang produksinya dibatasi oleh Industri Pengolahan Susu (IPS). "Untuk menyelesaikan ini,  butuh waktu untuk ketemu dengan IPS. Ada apa IPS tiba-tiba mengurangi penerima pasokan susu. Kami berharap bisa kembali normal seperti sebelumnya," ujar Kepala Dinas Peternakan Boyolali, Lusia Dyah Suciati.

Ia mengutip pernyataan para pengepul bahwa alasan IPS membatasi pasokan susu, karena adanya perawatan pabrik, konsumen menurun, dan perbaikan standar kualitas.

Sejumlah KUD menghadapi masalah kelebihan produksi ini gara-gara IPS mengurangi jumlah yang biasa diterima. KUD Mojosongo, misalnya, setiap hari menerima susu dari peternak rata-rata 23.000 liter. Kalau seluruh koperasi di Boyolali bisa menampung 140.000 liter per hari, tetapi yang mampu terserap di industri baru sekitar 110.000 liter per hari. Artinya ada kelebihan produksi dari peternak yang tidak mampu terserap pabrik 30.000 liter per hari.

"Susu yang tidak terima ke industri kami buang karena susu tidak bisa tahan lama. Alasan industri tidak menerima itu, karena perbaikan mesin dan pasar sedang lesu  artinya produk dari industri itu, tidak mampu dipasarkan semua akhirnya mereka mengurangi jumlah produksi. Kami berasumsi kemungkinan banyak produksi impor banyak yang masuk dari susu, " kata Sriyono.

Pemerintah Belum Bergerak

Sejauh ini, pemerintah belum bertindak untuk mengatasi kelebihan pasokan susu peternak di Boyolali ini.

Wakil Ketua DPR Bidang Industri dan Pembangunan Saan Mustopa mengatakan, pemerintah seharusnya mendukung para peternak lokal di tengah gempuran suplai susu dari luar negeri.

"Kita berharap petani atau peternak lokal yang terkait terutama peternak sapi perah untuk susu, itu juga tetap mendapatkan prioritas perhatian dari pemerintah," kata Saan saat ditemui di Gedung Akademi Bela Negara Nasdem di Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu, 9 November 2024, seperti dikutip dari Antara.

Saan mengatakan, masuknya susu impor telah membuat para produsen lebih memilih bahan baku susu dari luar negeri dibandingkan yang diproduksi oleh peternak lokal. Walhasil, pangsa pasar susu lokal makin merosot dan pemasukan para peternak pun jeblok.

Di satu sisi, kata Saan, keberadaan susu dari luar negeri sangat dibutuhkan untuk menutupi kebutuhan susu secara nasional. Tapi di sisi lain, produksi susu dari peternak lokal seharusnya juga tetap jadi prioritas.

"Maka penting juga tadi untuk memenuhi kebutuhan secara nasional, susu ini alokasi untuk lokal tetap harus menjadi prioritas," katanya.

Oleh karena itu, Saan meminta pemerintah mencari solusi dengan mengeluarkan kebijakan yang strategis demi menyelamatkan para peternak yang memproduksi susu dalam negeri.

Septia Ryanthie | ANTARA berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan Editor Prabowo Minta Erick Thohir Lanjut Bersih-bersih BUMN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus