Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayup-sayup terdengar rumor bahwa Dian bisa menjadi bos Danareksa lantaran kedekatannya dengan keluarga Presiden dan PDI Perjuangan. Benarkah? Soal PDI Perjuangan, ia memang mengakui aktif membantu partai itu selama masa kampanye dulu. Ia juga berterus terang sempat akrab dengan Yenny Abdurrahman Wahid, putri kedua Presiden, yang pertama kali dikenalnya dalam sebuah acara istighotsah Nahdlatul Ulama dan PDI Perjuangan, tahun lalu. Tapi, ia membantah kiprah dan hubungan itu yang mengantarnya menjadi Direktur Utama Danareksa.
Lulusan California State University bidang akunting dan keuangan itu mengaku menerima posisi Dirut Danareksa setelah berdiskusi dengan Direktur Jenderal BUMN, Nyoman Tjager. Nah, bagaimana kiatnya kelak mengelola Danareksa dan ke mana ia akan membawa perusahaan sekuritas pelat merah itu? Berikut petikan wawancara Nugroho Dewanto dan Leanika Tanjung dari TEMPO dengan Dian Wirjawan di kantornya yang baru.
Bagaimana perasaan Anda menduduki kursi Direkur Utama Danareksa, yang banyak diinginkan orang?
Saya menganggap ini sebagai amanah, tugas dari negara. Pak Glenn Yusuf telah membuat Danareksa menjadi perusahaan yang sangat andal di bidangnya, yaitu industri pasar modal. Dia telah membuat fondasi-fondasi yang kokoh. Walaupun kena badai krismon, Danareksa tetap dapat berprestasi, bahkan tahun lalu mencetak laba yang signifikan, Rp 88 miliar. Kuartal pertama tahun ini kinerjanya juga cukup bagus. Tapi saya belum bisa mengungkapnya karena belum diaudit.
Bisa diceritakan bagaimana proses Anda menjadi Direktur Utama Danareksa?
Akhir tahun 2000, saya bertemu Direktur Jenderal BUMN Pak Nyoman Tjager. Kami mengobrol soal pasar modal. Saya memberi masukan berdasar pengalaman selama bekerja di Merrill Lynch. Kemudian saya sempat sekali dipertemukan dengan Pak Prijadi Praptosuhardjo (Menteri Keuangan). Tiba-tiba dua minggu lalu Pak Nyoman memanggil dan memberi tahu bahwa saya dipertimbangkan menjadi Direktur Utama Danareksa. Setelah sempat berpikir, akhirnya saya menerima tawaran itu. Dasarnya untuk berbakti kepada negara sesuai dengan pengalaman yang saya miliki di sektor riil dan keuangan selama ini.
Benarkah Anda bisa menjadi bos Danareksa lantaran dekat dengan keluarga Presiden?
Kedekatan saya dengan keluarga Presiden dimulai saat diselenggarakan acara istighotsah bersama antara NU dan PDI Perjuangan, tahun lalu. Waktu itulah saya dikenalkan dengan Ibu Yenny. Kemudian orang mengait-ngaitkan kami berdua lantaran Yenny masih singel dan saya sedang dalam proses perceraian. Kebetulan, selanjutnya kami sering bertemu dan berdiskusi. Padahal sesungguhnya tak ada apa-apa di antara kami. Sekarang malah saya sudah jarang bertemu dengannya.
Bagaimana Anda mengelola staf senior Danareksa yang memiliki jam terbang tinggi? Benarkah akan ada pergantian manajemen?
Waktu diskusi dengan Pak Nyoman, saya katakan bahwa Danareksa sudah memiliki tim yang andal. Jadi, untuk apa saya membawa tim sendiri? Tim yang sudah ada sekarang adalah tim yang sudah berhasil membangun Danareksa. Mengapa mesti diganti? Tugas saya tinggal melanjutkan apa yang telah dibangun Pak Glenn Yusuf. Nanti, kalau keadaan berubah, saya akan mengajak berembuk teman-teman direksi untuk memformulasikan action plan baru. Tapi saat ini saya tak punya niat untuk reinventing the wheel.
Kedekatan Anda dengan keluarga Presiden dan PDI Perjuangan menimbulkan kekhawatiran Danareksa akan dimanfaatkan sebagai lumbung dana kekuatan politik?
Apa yang telah dikerjakan Pak Glenn sangat fantastis. Sistem chek and balances di sini sangat baik. Danareksa adalah satu-satunya BUMN yang telah diaudit oleh auditor independen Ernst & Young. Transaksi hanky panky yang dispekulasikan itu tak akan mungkin terjadi di sini. Dan saya tak memiliki intensi menjadi seorang partisan di sini. Saya katakan kepada teman-teman bahwa saya di sini sebagai seorang profesional yang nonpartisan. Kita harus bekerja semaksimal mungkin untuk membantu negara, yang sedang membutuhkan uang banyak.
Apa rencana Anda untuk Danareksa di masa depan?
Pak Glenn sudah membicarakan dengan timnya untuk menswastakan Danareksa. Saya sedang menelaah kembali rencana itu. Jadi-tidaknya tergantung pemilik saham dan kondisi pasar. Sebagai pemain di pasar modal, kita harus memiliki modal yang kuat. Kita enggak bisa beroperasi dengan mengandalkan utang. Kita juga akan tetap menangani proses swastanisasi BUMN dan penjualan aset di BPPN.
Bagaimana rencana merger Danareksa dengan Bahana?
Saya memang pernah mendengar itu, tapi saya rasa belum ada langkah konkret ke arah sana.
Bagaimana nasib perusahaan investasi yang Anda miliki setelah Anda menjadi Direktur Utama Danareksa?
Saya tutup. Nanti akan timbul conflict of interest. Saya juga tak ingin nantinya menimbulkan polemik. Tapi sayang, tuh, furniturnya. Saya sekarang sedang mencari orang yang mau membeli ruang kantor yang terletak di lantai 23 Gedung Bursa Efek Jakarta itu.
Benarkah Anda juga memiliki perusahaan bersama Inghie Kwik?
Tidak. Dulu memang ada keinginan seperti itu. Kemudian, kami memutuskan jalan sendiri-sendiri. Inghie itu kan lebih suka bekerja di bidang advisory merger dan akuisisi. Sedangkan saya lebih suka menggunakan uang tabungan untuk membeli saham perusahaan yang harganya tak merefleksikan nilai sebenarnya, kemudian saya tinggal salat tahajud. Jadi, tak perlu melakukan lobi atau memanfaatkan koneksi politik untuk mencari keuntungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo