Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Dicari: Cak Didu

TVRI stasiun Surabaya diresmikan. Hilangnya acara dari TV stasiun pusat jakarta yang direlay Surabaya menimbulkan keluhan dari masyarakat. Mereka kehilangan acara film kartun & keluarga Marlia Hardi. (md)

8 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIDAK semua penonton teve di Jawa Timur begitu saja senang ketika TVRI stasion Surabaya diresmikan, 5 Maret yang lalu. Hampir setiap hari koran-koran di Surabaya menyiarkan keluhan pembaca melalui rubrik surat yang disediakan. Bukan karena siarannya kurang baik, tapi disebabkan hilangnya sejumlah acara dari teve stasion pusat Jakarta yang selama ini direlay Surabaya. Seperti film-film kartun, cerita untuk anak dari keluarga Marlia Hardi yang biasanya disiarkan sebelum jam 19.30 malam. Sehingga beberapa anak yang tinggal di Jalan Diponegoro Surabaya, merasa perlu menulis surat pembaca di koran Jakarta. "Selamat tinggal kak Didu, selamat tinggal kak Joko," keluh mereka dalam surat karena acara-acara yang biasa tak dapat mereka nikmati lagi. Pihak TVRI Surabaya nampaknya memang belum menjawab langsung keluhan-keluhan tersebut. Sekalipun, menurut Halim Nasir, Kepala Bagian Siaran, keluhan yang datang bukan cuma surat pembaca tapi juga lewat telepon. Acara anak-anak dari stasion pusat Jakarta, katanya, memang diganti dengan acara produksi stasion Surabaya. Acara lokal itu sebenarnya penuh dengan acara hiburan. Hanya tujuh menit pertama ada siaran kata berupa siaran berita daerah dan sesekali laporan pembangunan. Selebihnya berupa tari, nyanyi dan adegan pentas. Tapi siaran dari stasion yang berkekuatan 10 kw itu (nomor dua setelah stasion pusat Jakarta), nampaknya belum berhasil menghibur penontonnya terutama anak-anak. Malahan ada anak yang merengek pada orangtuanya agar teve mereka diganti dengan teve lain yang ada cerita kartun Shazzan . Mencari Bentuk Acara Surabaya yang dibuat berbeda dengan acara dari Jakarta itu, menurut Halim Nasir, bukan tanpa alasan. Siaran bulan pertama ini menurut Nasir, sengaja untuk sekedar mengetahui apa sebenarnya yang dikehendaki rakyat Jawa Timur. Kepada Dahlan Iskan dari TEMPO Nasir mengaku punya idealisme untuk menjadikan stasion Surabaya memiliki wajah 'Jawa Timur'. "Sebab daerah ini memiliki kekayaan kebudayaan,"katanya. Kekecewaan penonton, menurut RM Sunarto, Kepala Sub Direktorat Siaran TVRI Pusat, lumrah saja. "Siaran Surabaya itu memang masih mencari bentuk. Tapi kalau masyarakat Jawa Timur senang sandiwara Marlia Hardi, apa salahnya diturutkan kemauannya," katanya. Sementara menurut Djaslan BA, Kepala Seksi Siaran TVRI Jakarta, sebenarnya ada acara Jakarta yang bisa diganti oleh daerah,. Misalnya, Taman Indria, Pramuka dan Bina Vokalia. "Tapi daerah seperti Surabaya misalnya, jangan menutup begitu saja siaran dari Jakarta kecuali kalau siaran penggantinya(misalnya acara hiburan) lebih bermutu," ucap Djaslan. Munculnya keluhan-keluhan itu nampaknya menyebabkan Halim Nasir mengambil jalan kompromi. Karena mulai April ini, film kartun siaran Jakarta seperti Shazzan akan direlay lagi. "Soalnya, film-film kartun itu disukai, mulai dari anak-anak sampai kakek-kakek, " ucap Nasir. Tapi cerita Kak Didu, Halim Nasir tetap berkeberatan. Katanya, dia sudah menghubungi Dewan Kesenian Surabaya (DKS) untuk membantu mencari gantinya. Pihak DKS setuju. Hanya soalnya sekarang mencari grup mana yang minimal bisa sama dengan grup keluarga Marlia Hardi itu. Nih, bakal ada Kak Didu Surabaya, yang ngomongnya tidak logat Betawi. Tapi Jawa Timuran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus