SEKELOMPOK mahasiswa Fakultas Teknik & Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Nihon, Tokyo, pertengahan Maret lalu melakukan
percobaan menerbangkan pesawat layang bertenaga manusia.
Pesawat itu diberi nama Ibis (sejenis bangau). Kerangkanya
terbuat dari sejems kayu gabus, sedang penampangnya dari kayu
cemara. Tubuhnya dibalut dengan kertas singkong, sejenis kertas
yang di Indonesia dikenal sebagai bahan pembuat layangan.
Percobaan dilakukan di lapangan udara AL Jepang Shimofusa, 20 km
dari Kota Tokyo, setelah Hiromu Tsurui (23 tahun) bersama 10
orang rekannya melakukan persiapan selama 11 bulan. Mereka
dibimbing oleh Prof. Hidemasa Kimura, seorang pencipta pesawat
penumpang turbo-jet YS-11--pesawat penumpang pertama yang dibuat
oleh tangantangan Jepang setelah perang dunia kedua.
Tsurui sendiri memang memiliki lisensi sebagai pilot pesawat
layang (glider), dan pada hari percobaan itu berhasil
menerbangkan pesawat layang itu sejauh 1000 m --terbang lurus
pada ketinggian 2 m dalam jangka waktu 2 1/2 menit. Ibis adalah
pesawat yang ke-12 dibuat oleh para mahasiswa tersebut.
Yang menarik: ia dimungkinkan bergerak berkat pedal yang dikayuh
sang pilot. Tsurui, bersama Yoshihisa Ieda (23 tahun)--yang juga
punya SIM pesawat kecil--tiap hari latihan mendayung sepeda:
beberapa jam selama 7 bulan, agar otot kaki mereka cukup
tangguh.
Percobaan yang sama pernah pula mereka lakukan Januari yang
lalu, dengan hasil dapat terbang setinggi 2,079 m. Itupun masih
terbilang sukses--dibanding ketinggian 1,071 m yang pernah
dicapai Briton, pemegang rekor dunia untuk pesawat bertenaga
manusia.
"Maksud kami yang utama ialah menciptakan pesawat non-polusi
dengan sumber energi yang paling ekonomis," kata Masahiro Sato
(22 tahun) yang di kenal sebagai pemimpin tim.
Tapi mungkinkah mencapai keinginan mulia itu hanya dengan
mengandalkan otot? Bayangkan: berat pesawat hampir 40 kg
(dengan panjang 7,8 m, sayap 19,4 m dan baling-baling 2,5 m).
"Tahun depan kami akan mencoba menaruh batere bertenaga sinar
matahari untuk menggerakkan motor pesawat," kata Sato.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini