Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pesawat bebas polusi

Ibis, pesawat non polusi dengan energi yang ekonomis bergerak berkat pedal yang dikayuh sang pilot. iblis dicoba di lapangan udara al jepang shimofusa. percobaan mahasiswa universitas nihon, tokyo. (tek)

8 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKELOMPOK mahasiswa Fakultas Teknik & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Nihon, Tokyo, pertengahan Maret lalu melakukan percobaan menerbangkan pesawat layang bertenaga manusia. Pesawat itu diberi nama Ibis (sejenis bangau). Kerangkanya terbuat dari sejems kayu gabus, sedang penampangnya dari kayu cemara. Tubuhnya dibalut dengan kertas singkong, sejenis kertas yang di Indonesia dikenal sebagai bahan pembuat layangan. Percobaan dilakukan di lapangan udara AL Jepang Shimofusa, 20 km dari Kota Tokyo, setelah Hiromu Tsurui (23 tahun) bersama 10 orang rekannya melakukan persiapan selama 11 bulan. Mereka dibimbing oleh Prof. Hidemasa Kimura, seorang pencipta pesawat penumpang turbo-jet YS-11--pesawat penumpang pertama yang dibuat oleh tangantangan Jepang setelah perang dunia kedua. Tsurui sendiri memang memiliki lisensi sebagai pilot pesawat layang (glider), dan pada hari percobaan itu berhasil menerbangkan pesawat layang itu sejauh 1000 m --terbang lurus pada ketinggian 2 m dalam jangka waktu 2 1/2 menit. Ibis adalah pesawat yang ke-12 dibuat oleh para mahasiswa tersebut. Yang menarik: ia dimungkinkan bergerak berkat pedal yang dikayuh sang pilot. Tsurui, bersama Yoshihisa Ieda (23 tahun)--yang juga punya SIM pesawat kecil--tiap hari latihan mendayung sepeda: beberapa jam selama 7 bulan, agar otot kaki mereka cukup tangguh. Percobaan yang sama pernah pula mereka lakukan Januari yang lalu, dengan hasil dapat terbang setinggi 2,079 m. Itupun masih terbilang sukses--dibanding ketinggian 1,071 m yang pernah dicapai Briton, pemegang rekor dunia untuk pesawat bertenaga manusia. "Maksud kami yang utama ialah menciptakan pesawat non-polusi dengan sumber energi yang paling ekonomis," kata Masahiro Sato (22 tahun) yang di kenal sebagai pemimpin tim. Tapi mungkinkah mencapai keinginan mulia itu hanya dengan mengandalkan otot? Bayangkan: berat pesawat hampir 40 kg (dengan panjang 7,8 m, sayap 19,4 m dan baling-baling 2,5 m). "Tahun depan kami akan mencoba menaruh batere bertenaga sinar matahari untuk menggerakkan motor pesawat," kata Sato.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus