Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dioperkan, Usaha Sulit Dioperkan, Usaha Sulit

BUMN Singapura banyak yang merugi. Pemerintah mulai menggalakkan swastanisasi, terutama di sektor industri, untuk mengatasi resesi ekonomi. Swasta akan tertarik bila BUMN itu menguntungkan, seperti sia.

15 Februari 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENJADI swasta di Singapura ternyata tidak mudah. Di negara dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Asia itu, kecuali tahun lalu, tidak semua proyek bisa diambil swasta -- apalagi jika dananya berasal dari anggaran negara. Kesempatan swasta ikut menikmati kue pembangunan jadi kecil gara-gara campur tangan pemerintah lewat 450 perusahaan miliknya dianggap kelewat besar menguasai sektor-sektor penting. Situasinya mirip dengan keadaan di sini: sejak membangun rumah, jalan, membuat kapal, mengilang minyak, sampai menyelenggarakan penerbangan, hampir semuanya dilakukan perusahaan negara atau patungannya. Mungkin karena kurang lincah bergerak, tahun lalu, banyak di antara perusahaan itu rugi cukup besar. Iklim berusaha seperti itu kini bakal ditinggalkan. Seperti dinyatakan pihak Parlemen, pekan lalu, mulai tahun ini swasta akan diberi peluang lebih besar mengikuti tender, terutama, di proyek-proyek konstruksi. Sektor industri kontruksi, seperti diketahui, sudah bertahun-tahun menjadi ladang empuk perusahaan negara, dan karena itu paling gencar dikritik pihak swasta -- apalagi ketika mereka tak mendapat kesempatan ikut membangun jalan layang menyusuri pantai menuju Airport Changi. Asosiasi Kontraktor Singapura, tentu saja gembira menyambut keputusan itu. Koran The Straits Times, yang sebagian sahamnya dikuasai pemerintah, tak menyebut proyek konstruksi mana saja yang dalam waktu dekat akan diswastakan itu. Media ini hanya menyebut, sejak Maret sampai September 1985 lalu, sudah Sing.$ 107 juta dari proyek pemerintah senilai Sing.$ 409 juta yang diserahkan ke swasta. Toh, tidak berarti sektor lain tertutup bagi swasta. Dalam soal program komputerisasi sejumlah instansi pemerintah, mulai tahun ini dan tahun depan, pihak swasta diundang untuk turut memperebutkan proyek bernilai Sing.$ 50 juta itu. Dengan membagi-bagikan pekerjaan kepada pihak swasta, pemerintah berharap bisa mengatasi kesulitan ekonomi, dan sekaligus berusaha mendorong swasta agar bisa mengembangkan diri. Memang, jika dibandingkan dengan keadaan di Indonesia yang punya 215 BUMN, pagar ekonomi yang dibuat badan usaha milik negara (BUMN) Singapura cukup ketat. Cabang usaha yang dikuasai 450 BUMN, yang mempunyai tiga induk perusahaan (MND Holdings, Temasek Holdings, dan Sheng-li Holdings) itu, cukup beragam. Seperempat dari pendapatan nasional Singapura, di tahun 1983 lalu, berasal dari mereka ini. Tapi, ketika resesi mulai menohok Singapura, tidak sedikit dari BUMN itu yang rugi. Ambil contoh Keppel dan Sembawang Shipyard, dua perusahaan tempat Temasek masing-masing menyertakan modal 74% dan 68%, menderita kerugian Sing.$ 24,7 juta dan Sing.$ 5,1 juta pada semester pertama 1985. Tahun sebelumnya, Keppel rugi Sing.$ 174 juta.. Malangnya lagi, usaha pemerintah melakukan investasi di sektor industri petrokimia di tahun 1984 sebesar US$ 1 milyar jadi tidak berarti gara-gara Indonesia tidak lagi mengilang minyak di sana, dan Arab Saudi bisa menjual produk minyak lebih murah lagi. Tampaknya hanya Singapore Airlines, yang sebagian sahamnya sudah dijual ke masyarakat, November lalu, yang meraih laba: tahun lalu untungnya US$ 69 juta. Di masa sulit seperti sekarang, tentu, hanya perusahaan yang punya prospek bagus saja yang bakal laku dijual kepada swasta. Tidak jelas siapa yang bersedia mengoper galangan kapal, industri petrokimia, maupun pabrik baja, selagi banyak negara Barat masih dicekik resesi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus